𝙹𝚊𝚞𝚑 𝚍𝚒 𝙼𝚊𝚝𝚊

3 2 0
                                    

Catatan: Cerita ini hanya fiksi, bila ada kesamaan nama tokoh, latar, dsb., itu hanya kebetulan semata.

Tema: Pesan untuk Kamu
Hari ke-6

***

Lilya
Hai, Cal! Sudah sampai di tempat tujuanmu? Selamat, ya! Mimpi yang sering kamu ceritakan dulu, sekarang jadi kenyataan.

Maaf banget aku 'gak bisa datang ke rumahmu untuk perpisahan. Waktu itu ada janji pertemuan penting, yang mana impianku selama ini akan jadi nyata.

Enggak apa, 'kan, Cal? Eh, atau jangan-jangan kamu marah? Hiks ....

Pesan itu sampai ke nomor ponsel Callista, seorang siswi SMA yang sedang mendalami seni tari di sekolah kesenian ternama. Sekarang dia tinggal di asrama perempuan yang mengharuskannya hidup mandiri.

Callista dan Lilya merupakan teman seperjuangan sejak di sekolah dasar. Dua anak yang sama-sama yakin jika hubungan mereka tidak akan hancur apabila Tuhan menghendaki. Buktinya, saat SMP mereka tidak satu sekolah, tapi kedekatan di antaranya tetap terjaga, apalagi dengan perkembangan zaman yang sudah lebih canggih.

Callista menutup bukunya, dia meraih ponsel di meja belajar. Begitu melihat pesan dari teman terbaiknya, gadis itu buru-buru membuka. Seusai membaca pesan Lilya, senyum manis tersungging di bibirnya. Kemudian ia membalas.

Callista
Enggak apa, kok, Ly. Lagian kita masih bisa teleponan kalau kangen, 'kan? Kayak biasanya, hahaha!

Eh, omong-omong, sukses ya pertemuannya! Semangat, Ly! Aku yakin kamu bisa jadi fotografer yang hebat di masa yang akan datang.

Begitulah kira-kira pesan balasan dari Callista.

Lilya kini berada di kamar, ia sedang menikmati hasil jepretan miliknya yang tersimpan di kamera, duduk di atas kasur sembari menyeruput segelas susu hangat. Segera setelah pesan Callista sampai, ia membukanya dengan antusias. Lilya tersenyum senang.

Selintas pernah muncul di benak mereka, mungkin keduanya memang ditakdirkan bertemu untuk saling mengasihi dan melengkapi hidup satu sama lain, mengobati lingkungan sekitar yang biasanya dipenuhi toksik.

Dan walau hubungan harmonis biasanya terpisahkan oleh jarak, tapi keduanya masih yakin, hubungan mereka pasti tetap terjaga jika Tuhan memang menghendaki.

The end.

***

—Rabu, 13/04/22

Lapangan KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang