WaN 12 : The Feels

224 30 0
                                    

Seminggu telah berlalu pasca pertemuan yang tak terduga itu, membuat belakangan ini Jihyo selalu bertemu Suho di berbagai tempat.

Setiap Suho memanggil nama bahkan mencoba mengajaknya berbicara, Jihyo selalu kabur dari hadapannya.

Jihyo bimbang.

Sudah banyak sekali pikiran yang terlintas di otaknya, entah tentang pekerjaan, anak-anak serta tentang mantan-mantan suaminya yang kembali hadir di hidupnya.

Walaupun kelihatan biasa saja, namun ingatan-ingatan buruk kadang masih hinggap di pikirannya.

"Baik pak, nanti saya coba telepon dari pihak client nya" ucapnya dengan raga yang akan keluar dari ruangan Taeyong.

"Jihyo-ssi"

"Ya.." ia memutar tubuh dengan sedikit tersenyum.

"Kamu mau gak datang lagi ke acara keluarga saya?"

Jihyo memudarkan senyuman yang sedari tadi menghiasi wajahnya.

"Usul saya sih gimana kalau pak bos kencan buta"

Taeyong terdiam.

"Atau gini aja, saya akan carikan pak bos wanita muda yang cantik. Nanti pak bos tinggal bilang saja tipe ideal anda seperti ap-"

"Jihyo, kamu ngerti gak si maksud saya"

"Emang pak bos mau nya gimana hm?" ujarnya sambil bersedekap dada menatap Taeyong.

Taeyong membuang muka dan memijit alisnya.

"Ya udah kalo gitu sana-sana kerja" usirnya.

"Cih.." Jihyo menyunggingkan bibirnya.

"Nanti kirim saja ke e-mail tipe idel anda" ucapnya saat hendak menutup pintu.

Braak...

"Dia tuh gak peka sama sekali atau sebenernya peka tapi pura-pura gak tau sih" geramnya setelah menggebrak meja.

...

"Halo selamat siang, anda telah menghubungi LTY Big. Dengan Jihyo disini, ada yang bisa saya bantu"

"..."

"boleh saya tau ini dengan siapa?"

"..."

"Oke pak, izinkan saya menghubungkan panggilan anda kepada pak Lee Taeyong, bisa tolong tunggu sebentar"

Beberapa menit kemudian.

"Terima kasih sudah menunggu, tapi pak Lee Taeyong sedang tidak bisa saat ini. Apa anda ingin meninggalkan pesan untuk beliau atau menelepon kembali nanti?"

"..."

"Boleh tolong ulangi nomornya"

"..."

"Baik apa ada lagi yang bisa saya bantu?"

"..."

"Baik pak selamat siang" Jihyo meletakan telepon gagang itu.

"Sebentar lagi udah masuk jam istirahat"

"Aawh kageet!!"  ia segera memegangi dada supaya jantungnya tidak copot saat suara bariton tiba-tiba terdengar di dekat telinganya.

Taeyong terkekeh.

"Ada apa lagi Pak, anda disini?.. O-oh sudah tau kriteria wanita idamannya ya"

"Oke kalo gitu saya ketik-" tangan yang hendak menyentuh keyboard itu di tarik dan di genggam Taeyong.

"Permisi pak" datanglah Sowon sebagai pembubaran aksi mereka yang sedang memegangi tangan satu sama lain.

Jihyo mengalihkan kegugupannya dengan menyelisik rambutnya ke belakang telinga.

We are Nine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang