WaN 29 : Jokbal

155 21 1
                                    

Tiba-tiba terdengar bunyi bel dan banyak orang berlarian kesana kemari dan bilang kalau rumah sakit kebakaran.

"Semuanyaa tolong keluaar..."

"Ada kebakaran..."

"Kebakaraann"

Dua keluarga yang sedang menunggu buru-buru keluar. Dokter mengevakuasi pasien-pasien ke lapangan parkir yang tersedia di rumah sakit tersebut.

"Tantee, eomma.. tante eomma gimana.." ucap Sinbi menangis di tengah kepanikan itu mengingat kalau Sowon di ruang rawat.

"Tenang Sinbi, semua pasien pasti di evakuasi ko.." ucap Irene tersenyum meyakinkan.

"Hiks hikss.. srooottt... glekk.." -Sinbi.

"Anjim gue baru liat lo nangis sambil meler, mana di telen lagi ingusnya" kekeh Joy dengan wajah yang sedang sedih karena kondisi. Di antara panik dan ngakak, Seulgi menyimak percakapan mereka, ia jadi ikut terkekeh.

Sinbi hanya bisa menyeka air mata yang membasahi wajahnya dan memberi tatapan sinis untuk mereka.

Di sisi lain, lampu ruangan ICU khusus masih menyala, berarti di dalam masih ada dokter, perawat serta Jeongyeon yang masih dalam keadaan tengkurap tidak sadar. Proses penjahitan punggung Jeongyeon belum selesai oleh sebab itu mereka masih stay walaupun terdengar bunyi bel.

Jika kalian bertanya, kenapa Jeongyeon tidak segera di evakuasi? jawabannya, kalau tidak segera di selesaikan, bisa saja penjahitan pada punggungnya akan gagal dan bisa menyebabkan robekan di kulit punggungnya.

BRAAAKK~

"Dokter!! Ayo keluar.. rumah sakit kebakaran!!" ucap seorang perawat lelaki yang mendobrak paksa pintu ruang ICU.

Tepat setelah benang jait khusus kulit itu di putuskan oleh gunting silver. Dengan segera mereka keluar mendorong pasien alias Jeongyeon untuk di evakuasi ke tempat yang lebih aman.

Walaupun kondisi baju dokter serta perawatnya belum sempat di bersihkan akibat darah Jeongyeon, tapi mereka tetap berjalan agar Jeongyeon aman. Mereka jalan lumayan lambat, itu mereka lakukan demi kondisi pasien, terlebih lagi Jeongyeon baru saja di jahit. Supaya jahitan tidak lepas.

Bruuuuzzhhh~

Braak~

Tiba-tiba saja api membesar di area pintu dan ada atap yang rubuh hampir mengenai mereka, untungnya para tim medis yang mendorong kasur Jeongyeon belum sampai di bawahnya.

Beberapa jeritan dari para perawat wanita yang terkejut. Namun di ruangan lain mereka mendengar seperti ada suara wanita yang menangis meminta tolong karena belum keluar.

.           .           .

Chaeyoung mengutarakan syukurnya dengan cara menangis kencang kala melihat Jeongyeon di dorong ke lapangan parkir menuju kumpulan keluarganya, Chaeyoung fikir Jeongyeon tidak selamat ketika melihat api rumah sakit itu semakin besar.

"Eonniii...." teriaknyaa sambil menangis. Tzuyu juga menangis sampai terdengar isakannya, namun seperti biasa ia hanya diam seakan menikmati ritme tangisannya sendiri, walaupun aslinya dia juga takut seperti Chaeyoung.

"Dokter, kenapa eonni-ku gak sadar? dia tidur atau mati dok?" tanya polos Chaeyoung.

Semua menatap Chaeyoung kaget, "Tolol hiks hiks" Yeri menoyor pala Chaeyoung membuatnya menoleh. Seulgi dan sirclenya tertawa dengan suara kecil.

"Pasien hanya pingsan, namun kondisi nya saja yang lumayan kritis" tanpa aba-aba dokter menjelaskan.

1 Bulan kemudian...

We are Nine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang