07⚡Juara Perwakilan

585 98 20
                                    

"Rusa Jantan."

Sepetak potret berbingkai bergerak terbuka setelah Nanon menyebutkan kata kunci untuk memasuki ruang asrama Gryffindor. Kepalanya sempat menoleh sesaat sebelum melangkah masuk, memeriksa posisi Ohm yang masih berada di ujung koridor bawah tangga. Melihat dan menunggunya masuk lebih dulu sebelum dirinya sendiri kembali ke asrama Slytherin.

Tiga hari menginap di gunung bersama Ohm cukup membuat Nanon mengerti dan lebih mengenal sosoknya. Apalagi sekarang ia tahu, bahwa jiwa mereka terikat. Nanon membawa sebagian jiwa Ohm bersamanya. Jika Nanon merasa sakit, Ohm juga akan merasakannya. Sekarang, semuanya tidak akan pernah sama lagi.

Di dalam kamar, Chimon sedang berlatih merapal mantra di atas tempat tidur Drake dan beberapa kali terkekeh bersama. Mereka tetap asik melakukannya bahkan ketika Nanon datang. Ohm benar, ia bisa menjadi Nanon dengan sangat baik tiga hari kemarin. Teman-teman sekamarnya sama sekali tidak ada yang menyadari bahwa Nanon yang sebenarnya baru pulang kembali ke asrama sore ini. Padahal jika mereka sedikit saja lebih memperhatikan, Nanon melangkahkan kakinya dengan sangat canggung untuk bisa sampai ke tempat tidurnya.

* * *

Tepat pukul 19:00 sajian makan malam sudah terhidang lengkap di atas meja empat asrama dan meja para guru di aula utama. Nanon datang bersama Chimon dan Drake, sedangkan Sing dan Neo sudah turun lebih dulu.

Sepanjang derap langkahnya hingga sampai ke meja asrama Gryffindor, sosok Nanon tak lepas dari perhatian sepasang mata garang di meja asrama Slytherin. Ohm mengunyah makan malamnya sambil memperhatikan satu-satunya Horcrux manusia miliknya yang bertubuh hampir sama besar dengannya, Ohm hanya unggul beberapa senti lebih tinggi. Jika dibandingkan dengan yang lain, sebenarnya justru Nanon adalah Horcrux-nya yang paling indah. Lihatlah binar matanya saat bicara, lesung pipinya yang terlihat saat ia tersenyum. Indah, bukan?

Ohm sangat pandai mengendalikan diri. Meski di dalam hatinya ada senyum yang merekah, tapi di wajahnya hanya ada satu sudut bibir yang sedikit menyungging ke atas. Sangat sedikit. Sehingga tidak ada satu orang pun yang menyadarinya kecuali Nanon yang diam-diam juga sedang memperhatikannya. Mata mereka bertemu sesaat sebelum keduanya sama-sama meneruskan makan malam dengan perasaan canggung. Seperti ada rindu yang terkurung.

Ting. Ting. Ting. Ting.

Mae Godjie meminta perhatian dari seluruh pasang mata dalam aula utama dengan dentingan cawan emas di tangannya.

"Malam ini, kita akan mengumumkan para juara dari masing-masing sekolah yang akan bertanding dalam Turnamen Triwizard ke 145."

Seluruh ruangan seketika hening. Semua mata tertuju pada lingkaran batas usia yang mengelilingi Cawan Api, semuanya menunggu dan memasang pendengaran baik-baik.

Mae Godjie memasuki lingkaran dan berhenti tepat di hadapan Cawan Api. Satu tangannya terulur dan semburan api biru menjulur keluar bersama selembar kertas perkamen kecil dengan pinggiran yang terkapar.

"Juara dari Sekolah Sihir Siam, Pluem Purim!"

"Wooooo...!" Suara tepuk tangan dan sorak sorai memenuhi seluruh penjuru aula utama bersama dengan langkah Pluem ke depan.

Setelah riuh suara mulai mereda, Mae Godjie kembali mengulurkan telapak tangannya di atas Cawan Api.

Buzzz.

Satu perkamen kecil dengan pinggiran terbakar muncul lagi ke udara dan jatuh tepat di tangan Mae Godjie.

"Juara dari Akademi Beauxbatons Indonesia. Pevita Pearce!"

You're My Horcrux (OhmNanon) ⚡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang