Ohm menghela napas lega, ternyata ia tidak merasakannya sendirian. Hatinya tidak bertepuk sebelah tangan. Pemuda berlesung pipi dalam pelukannya ini juga sangat merindukannya. Apa lagi perasaan yang lebih membahagiakan selain mengetahui seseorang yang kau cintai merasakan perasaan yang sama denganmu?
"Kau memelukku sangat erat seperti tidak akan ada hari esok." Bisik Ohm menggoda Nanon yang sedang memejamkan matanya di sela perpotongan lehernya.
Tapi yang digoda malah semakin mengencangkan pelukan. Jemari putihnya mencengkeram erat jubah asrama Slytherin yang membungkus punggung kokoh Ohm.
"Teruslah bersikap seperti ini. Dalam 5 detik aku bisa membawamu kembali ke sarang cinta kita."
Nanon buru-buru melepaskan pelukannya. Ia paham yang Ohm maksud sarang cinta mereka adalah tenda bernuansa hijau emerald di puncak Doi Luang. Sudah dua kali mereka melakukan pelarian ke sana. Pertama saat Nanon terluka, kedua saat Ohm terluka. Hingga akhirnya Nanon tahu, itu adalah tempat yang selalu Ohm tuju ketika ia ingin menghilang dari orang-orang.
"Takut?"
Melihat Ohm yang tidak mau berhenti menggodanya, Nanon hanya bisa merunduk. Saat merasa malu seperti ini, jika ditambah dengan memandang wajah Ohm tepat di matanya, hati Nanon pasti akan melemah. Melemah sampai pada titik siap untuk menyerahkan diri seutuhnya.
Bahaya.
Tidak. Tidak sekarang.
"Phi, kita perlu bicara." Tegas Nanon akhirnya setelah mampu menguasai diri.
Ohm meraih kedua tangan Nanon dan menggenggamnya. Detik berikutnya mereka sudah berada di pondok tepi danau. Di tempat ini lah untuk pertama kalinya Ohm mengakui perasaannya setelah Pesta Dansa malam itu.
Nanon membuang napas lalu tersenyum, "P'Ohm! Karena kau mahir bukan berarti kau bisa memindahkanku kapan saja semaumu begini. Sudah cukup aku pusing dan mual pulang pergi dari Sukhothai dengan Portkey tadi sore."
"Kenapa kau tidak menolak? Aku tidak pernah suka menggunakan Portkey."
"P'Kay membawaku tanpa aba-aba, Phi. Tiba-tiba sepatu boots itu berputar-putar dan menjatuhkanku begitu saja di tepi sungai Ping. Huh..."
Ohm tersenyum melihat lesung pipi yang berulang kali terlihat saat Nanon mengeluh, "Berhentilah tampak lucu. Aku tidak akan bisa menahan diri lebih lama jika kau terus begitu."
Nanon bungkam, tapi hatinya tak bisa diam.
__/ "Alohomora!" Ohm mengarahkan tongkat sihirnya pada kenop pintu yang seketika terbuka.
*Alohomora : Mantra membuka pintu yang terkunci.
"Sini, duduklah." Ohm menepuk tempat duduk kayu di dalam pondok setelah masuk lebih dulu dan duduk di sana. Nanon menurut untuk menduduki ruang kosong di sebelahnya, "Kau ingin minum?"
"Tidak, terima kasih."
"Jadi, apa yang mereka katakan?"
"Umm... Apa kau pernah mendengar nama Max-Tul Dua Serangkai?"
Ohm diam sejenak tanpa berkedip. Berpikir dengan cara keren yang berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Normalnya, orang berpikir santai sambil memutar mata ke atas, atau melirik ke segala arah untuk menemukan jawaban. Tapi tidak dengan Ohm, dia hanya diam dan sama sekali tidak berkedip, tapi tetap terlihat tampan meski sedang bergeming.
"Sepertinya aku pernah menemukan jejak kedatangan mereka di Goa Oh dan gunung Phra That."
"Tempat kau menyimpan dua Horcrux-mu yang dihancurkan kelompokku malam itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Horcrux (OhmNanon) ⚡
FanfictionDemi meraih kehidupan abadi, Ohm Pawat berencana membuat Horcrux dengan cara membelah jiwanya hingga menjadi tujuh bagian. Sayangnya, setiap pembuatan Horcrux, harus ada tumbal yang dibayarkan yaitu kematian satu nyawa. Saat ia membunuh seseorang ya...