17⚡Laskar Ohm Pawat

612 90 25
                                    

"Phi baik-baik saja?"

Ohm mengatupkan bibirnya, 'lucu sekali anak ini', batinnya. Bukankah seharusnya dirinya yang mengkhawatirkan Nanon?

Dikecupnya sekali lagi bibir pemuda yang kedua pipinya ditangkupkan oleh jemari tangannya itu, "Mmmuah, seharusnya aku yang mengkhawatirkanmu. Mmmuah, kau yang sedang berduka dan aku tak ada di sampingmu. Mmmuah, bisa-bisanya malah kau yang menanyakan keadaanku." Ohm memandangi wajah putih lelaki yang disayanginya itu lekat-lekat dan berkata dengan sangat tulus, "Maaf."

Nanon tersenyum menampakkan lesung pipinya yang menggemaskan, "Tak perlu meminta maaf, Phi. Semua itu bukan salahmu. Bisakah kita duduk dan bicara? Mau sampai kapan Phi mengunciku di pilar begini?"

Mendengar nada manja yang setengah merengek itu membuat Ohm mengendurkan tangkupan dan perlahan-lahan melepasnya dari wajah Nanon.

"Sambil duduk juga kau masih bisa menciumiku." Nanon berbisik ketika mereka berjalan beriringan menuju tempat tidur.

Ohm menahan senyumnya, "Kau menggodaku."

Keduanya sama terkekeh sembari melangkah menuju tempat tidur berbalut sprei berwarna hijau mint yang biasanya. Enaknya menjadi penyihir, pekerjaan-pekerjaan sepele seperti mengganti sprei tempat tidur tidak perlu dilakukan secara rutin seperti Muggle. Cukup mengayunkan tongkat dengan merapal mantra bersih-bersih, pekerjaan rumah bisa diselesaikan dengan mudah. Maka tidak heran jika seluruh ornamen, tata letak, serta warna-warna yang terlihat mata di dalam tenda ini tidak pernah berubah.

"Jadi, apa yang harus kita bicarakan?" Ohm langsung menanyakannya setelah mereka berdua mendaratkan tubuh di atas tempat tidur. Awalnya Ohm hanya duduk. Tapi setelah melihat Nanon berbaring terlentang, Ohm memilih untuk mengambil posisi telungkup di sampingnya.

"Sekolah menjadi kacau. Apakah Phi sudah membaca berita?" Nanon menyelipkan kedua lengannya sebagai bantalan kepala.

Ohm mengangguk. Sejujurnya menghadapi Max-Tul bukanlah perkara sulit. Ia pun sama sekali tidak merasa takut. Menghabisi mereka itu perkara mudah. Justru ketakutan terbesarnya adalah jika Nanon ikut serta dalam pertempuran dan terluka. Tidak! Membayangkannya saja Ohm tidak sanggup.

"Jadi... Setelah mata pelajaran Pertahanan Terhadap Ilmu Sihir Hitam ditiadakan di Siam, aku dan beberapa teman dari seluruh asrama ingin membentuk Laskar untuk mengasah kemampuan sihir pertahanan. Dah karena seluruh sudut sekolah dijaga ketat, aku memutuskan untuk membawa mereka semua berlatih di pondok Markas Pelahap Maut."

Ohm tetap tenang, meskipun ada rasa terkejut mendengarnya, "Kau sudah bertemu mereka?"

"Umm. Mereka bahkan mengakui rahasia percintaan para Pelahap Maut. Kami tidak menyangka dan lihatlah... Kau harus tahu. Penyihir berdarah nurni dan campuran atau kelahiran Muggle bisa hidup berdampingan, bahkan-menjadi-pasangan!" Nanon memberikan sedikit penekanan lebih pada tiga kata terakhir dalam kalimatnya, "Apakah kau tahu itu?"

Ohm mengangguk, "Ya, aku tahu. Umm. Non..."

"Hmm?"

"Kenapa kau mau berlatih sihir pertahanan terhadap ilmu hitam? Apa pentingnya itu untuk kalian?"

Nanon memusatkan pandangannya pada sosok di samping atasnya, "Setelah kejadian P'Phem, kau pikir aku akan membiarkanmu berurusan dengan Dua Serangkai tanpa melakukan apa-apa?"

"....."

"Kehilangan P'Phem sudah menyisakan lubang besar di hatiku, Phi. Kalau harus kehilanganmu juga....." Nanon mengedikkan bahunya, "Memikirkannya saja aku tidak berani."

Ohm tidak bisa menahannya lagi. Direntangkan lengan kirinya melingkar ke atas perut Nanon dan diselipkan ke pinggangnya. Dengan gemas ia mengeratkan tubuh mereka, mengikis jarak yang sebenarnya tak begitu banyak. Sementara tangan kanannya membelai pucuk kepala Nanon, bibirnya perlahan turun dan kembali ke tempat yang selalu ingin ia singgahi.

You're My Horcrux (OhmNanon) ⚡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang