1:02

14 1 0
                                        

Ternyata duniaku sedang tidak baik-baik saja. Ada seseorang mencoba masuk dan menawarkan diri sebagai obat penawar...

-Puzzle-

"Sha."

Langkah Shaira langsung terhenti. Suara itu dalam dan tenang, tapi cukup membuat jantungnya seolah lupa ritmenya.

Shaira mengenal suara itu. Perlahan ia menoleh dan mendapati sosok Aldan berdiri beberapa meter di belakangnya. Lelaki itu masih mengenakan pakaian yang sama seperti sore tadi saat mengantarnya, kemeja hitam yang digulung hingga siku, dan tas selempang di pundak. Sepertinya memang belum pulang.

"Saya," sahut Shaira, refleks, meski dalam hati bingung harus seperti apa sekarang.

Aldan berjalan perlahan mendekati Scoopy-nya yang terparkir di halaman Warpat.

"Makan bareng saya," ucapnya tiba-tiba, tanpa basa-basi, lalu langsung berbalik lagi menghampiri motornya.

Shaira masih berdiri di tempat. Diam. Matanya mengikuti langkah lelaki itu, tapi tubuhnya belum bisa diajak kerja sama. Apa dia nggak salah dengar barusan?

Aldan menyalakan motornya lalu berhenti tepat di depan Shaira. Pandangannya tetap tenang, tanpa tekanan, tapi ada sesuatu di balik cara bicaranya yang kalem itu. Entah kesungguhan atau kebiasaan bikin deg-degan.

"Ayo," ucapnya lagi, kali ini lebih pelan tapi tegas.

"Hah?" Shaira akhirnya bereaksi, tapi tetap dengan wajah kaget dan bodohnya yang belum bisa dia sembunyikan.

"Kenapa?" tanya Aldan dengan nada datarnya yang khas.

"Hah? Enggak... Sebentar, aku kasih kunci motornya Fahira dulu," ucap Shaira buru-buru, lalu langsung balik arah dan masuk ke dalam Warpat.

"Loh, Sha? Nggak jadi?" tanya Fahira heran.

"Jadi, tapi nggak pakai motor kamu. Makasih Ra, aku duluan ya," ucap Shaira cepat dan segera melangkah lagi, menyisakan ekspresi kaget sekaligus bingung di wajah Fahira.

Di luar, Aldan sudah menunggu. Ia menoleh sekilas saat melihat Shaira datang menghampirinya.

"Udah?" tanyanya singkat.

Shaira mengangguk tanpa suara. Dalam hati, ia ingin teriak tolong banget ini kenapa mendadak banget sih?! Tapi tubuhnya malah menurut naik ke atas Scoopy Aldan seperti robot yang habis di-reset.

"Makan di mana?" tanya Aldan sambil menatap jalanan.

"Hah? Apa?!" suara Shaira terdengar lebih keras dari seharusnya. Deru motor dan klakson jalanan membuatnya nyaris tidak mendengar pertanyaan itu.

"Makan di mana?!" ulang Aldan, kali ini lebih keras, tapi tetap tenang.

"Terserah!" balas Shaira spontan. Dan jawaban itu diangguki saja oleh Aldan tanpa banyak tanya lagi.

Tak lama, Scoopy berhenti di depan rumah makan Padang yang sederhana tak jauh dari kampus.

"Nasi Padang, mau?" tanya Aldan, kini menoleh menatap Shaira.

Shaira mengangguk cepat, "Mau." Senyumnya sekilas muncul, lega karena tempatnya nggak serem-serem amat.

Di dalam, Aldan memberikan piring kosong, "Ambil aja sendiri. Di sini sistemnya prasmanan."

"Minum?" tanya Aldan setelah Shaira selesai mengambil makanannya.

"Es jeruk ada?" tanya Shaira balik.

Aldan mengangguk dan melangkah memesan minuman. Shaira memperhatikan punggungnya sebentar, lalu menghembuskan napas dalam. Kenapa deg-degannya belum hilang juga sih?

Puzzle Piece (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang