1:14

5 1 0
                                        

Terimakasih sudah menjagaku hari ini...

-Puzzle-

Di bawah terik matahari Shaira merutuki dirinya memang sangat ceroboh seperti yang Fahira selalu katakan kepadanya. Hari ini Shaira ada presentasi dan dia berhasil meninggalkan flashdisk miliknya di atas meja yang seharusnya dia bawa karena materi dan persiapan presentasi berada di dalam flashdisk tersebut.

Hanya sepuluh menit waktu yang Shaira miliki untuk ke Kos dan kembali lagi ke kampus. Shaira sangat pesimis jika dia mampu menempuh waktu tersebut untuk menyelamatkan dirinya hari ini.

Kunci motor Fahira sudah berada di tangannya. Sekarang dia sedang berlari ke arah parkiran mencari motor Fahira.

Cukup. Dengan mengebut dan berlari cukup membuat Shaira kembali lagi ke kampus dengan penyelamat hidupnya. Satu menit lagi sebelum dosen datang ke dalam kelas Shaira sudah harus lebih dahulu datang.

"Sha," panggil seseorang tiba-tiba menghalangi langkah Shaira yang terburu.

"Eh Mas, nanti dulu ini aku mau kelas. Misi ya, Assalamualaikum," ucap Shaira mengabaikan Aldan, mengingat dirinya sedang terburu mengejar menit dan detik sebelum dosen masuk ke dalam kelasnya.

"Waalaikumsalam..." ucap Aldan menggeleng melihat Shaira berlari menuju kelas yang kebetulan bersebelahan dengan kelas Aldan yang sudah selesai.

Aldan tersenyum pelan dan berjalan meninggalkan kampus. Niatnya ingin berbicara dengan Shaira tertahan mengingat ucapan Shaira yang menghentikannya karena dia terburu-buru kelas.

"Al, ada undangan BEM," ucap Cintya selaku Wakil Ketua Himpunan memberikan lembar surat undangan kepada Aldan yang baru saja menginjakan kaki di sekre.

"Belum duduk, Cin," sahut Bian mewakili Aldan yang memang baru saja melepaskan sepatu di depan sekre.

"Wedi lali aku yan," ucap Cintya menanggapi ucapan Bian.

Aldan hanya tersenyum menanggapinya. Dia sudah terbiasa dengan Cintya seperti ini. Sama seperti Aldan, Cintya juga termasuk manusia cekatan tapi mudah lupa. Tidak jarang juga Aldan selalu mengingatkan Cintya untuk membawa note atau buku disetiap rapat. Itu termasuk solusi dari sifat lupa yang Aldan beri kepadanya.

"Perwakilan yang ikut?" tanya Aldan kepada Cintya.

Gadis cantik itu membuka ponselnya untuk melihat undangan digital yang juga dikirim oleh salah satu staff BEM kepadanya.

"Rapat kali ini bahas sosialisasi bencana dan juga peralihan masa ospek mahasiswa baru. Jadi aku kepikiran dan mungkin abis ini bisa di diskusikan, aku melibatkan departemen sosial dan juga departemen PSDM untuk ikut rapat bersama BEM. Selain karena departemen keduanya juga terlibat nantinya dalam menginformasikan kepada pengurus himpunan dan menambah wawasan atau gambaran lebih dalam dari masing-masing departemen juga proker-proker yang akan mereka pegang. Ada tanggapan?" jelas Cintya diakhiri dengan pertanyaan kepada Aldan.

Tatapan mata Aldan masih terfokus pada lembar undangan yang berada di tangannya, "Internal?" tanya Aldan.

"Kenapa?"

"Departemen Internal bukan seharusnya dilibatkan juga? Karena bagaimanapun BEM ini masih berada di lingkup kampus. Departemen Internal harus tau perkembangan untuk di share kepada anggota melalui forum yang internal bawa," jelas Aldan singkat.

"Apa notulensi nggak cukup, Al?" tanya Cintya.

"Lebih baik dilibatkan agar mereka belajar juga, terutama staff. Apa ada batas jumlah perwakilan?" tanya Aldan balik.

Puzzle Piece (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang