Aku benci orang jahat, dan aku benci diriku sendiri karena menjadi jahat. Egois, kata itu yang menjadikanku serakah untuk pertama kalinya...bahkan diriku sendiri, tidak bisa memaafkan...
-Puzzle-
Shaira tersenyum ramah kepada pelayan yang mengantarkan pesanan makanan miliknya dan Zaidan. Sudah hampir lima belas menit mereka duduk sambil menunggu pesanan, tapi belum juga dari keduanya membuka topik pembicaraan.
"Khm, jadi...kenapa?" tanya Shaira menatap Zaidan dengan senyum canggung. Ingatkan Shaira setelah ini dia harus ikut casting karena sekarang dia sedang berlatih memerankan perempuan tegar padahal hatinya rapuh.
Zaidan tertawa renyah, "Sangat lo banget Sha!" Lempar Zaidan menanggapi pertanyaan Shaira.
"Why? Ada yang salah dari pertanyaan gue?" Shaira menaikkan satu alisnya bertanya.
"Teman lama kalau ketemu nanya kabar, bukan nanya kenapa? Salah gue datengin lo kesini?" tanya Zaidan.
Shaira memutar bola mata malas, kenapa Zaidan mengatakan pertanyaan retoris seperti ini. Bukankah dia tau jawabannya.
"Lo tau jawabannya kan?" tanya Shaira dengan cuek.
"Kok jadi jutek gitu ke gue?" Zaidan dengan wajah memastikan jika dia tidak salah tangkap sikap Shaira.
"Nggak usah di perjelas ya, Anjir!" sebal Shaira.
Zaidan tertawa menanggapi, "Gue harap setelah ini kita nggak canggung dan musuhan itu mana, Sha? Lo aja sekarang kaya musuhin gue, Sha."
Shaira menatap Zaidan kesal, bisa-bisanya lelaki itu mengutip chat yang dia kirim ketika menyatakan perasaan.
"Bacot banget kenapa sih?! Tujuan lo apa? Gabut banget lo jauh-jauh ke sini, kalau alasan lo mau ketemu gue doang," ucap Shaira meledek Zaidan.
"Fakta sih." Shaira terpaku.
Boleh nggak sih Shaira teriak sebentar saja. Bukan karena perasaannya kembali, eh tapi kan emang Shaira belum move on total. Kalau gini caranya jadi gagal deh!
"Gue bunuh ya, lo!" ancam Shaira setelah mendengar jawaban Zaidan yang tidak masuk akal di telinganya membuat Zaidan tertawa terbahak-bahak.
Ganteng. Nggak pernah bosan dalam hati Shaira bilang kalau Zaidan ganteng dan selalu. Indah banget ciptaan Tuhan di depan Shaira sekarang.
Tawa Zaidan berhenti. Tatapan yang tadinya ramah kini menatap Shaira serius. Ini pembahasan sensitif. Perasaan yang seharusnya tidak Shaira libatkan dalam pertemanan mereka membuat suasana menjadi berantakan.
"Thanks, Sha." Shaira mengernyit mendengar ucapan terimakasih Zaidan kepadanya.
"Thanks for... what?" tanya Shaira bingung.
"Kenapa bisa jatuh ke gue, Sha?" tembak Zaidan dengan pertanyaan lagi, tidak ingin menjawab pertanyaan Shaira.
Shaira diam, dia tau ujung pembicaraan ini ke arah mana. Seulas senyum tipis Shaira sembunyikan sebelum akhirnya dia menghela napas berat.
"Kalau bisa memilih. Pasti bukan lo orangnya. Gue sendiri nggak paham sejak kapan perasaan gue jatuh ke lo, semuanya mengalir gitu aja." Shaira menatap Zaidan tersenyum ke arahnya.
"Kenapa baru sekarang?"
Shaira membuang pandangan sebelum menjawab pertanyaan Zaidan.
"Karena gue mau berhenti sekarang. Capek jatuh sama orang yang nggak pernah tau perasaan gue selama empat tahun. Empat tahun! Lo bego atau gimana nggak sadar perasaan gue," sinis Shaira.

KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece (Selesai)
Chick-LitBiarkan aku menyusun satu persatu puzzle permasalah dalam hidupku, nanti setelah semuanya selesai. Biarkan aku menetapkan pilihan. Menata masa depan denganmu atau tanpamu... -Shaira Ai Darnisha- - DILARANG PLAGIAT cover & cerita : DISAFRA