1:18

3 1 0
                                    

Sekarang kita harus bagaimana? Buatku, membiarkan hati terus mencintaimu adalah hal menyakitkan.

-Puzzle-

Zaidan menghentikan mobil miliknya di depan gerbang rumah Shaira. Memperhatikan Shaira yang berusaha menenangkan diri. Gadis itu tidak pernah bisa bohong kepada Zaidan. Hafal sekali dengan tingkah laku Shaira.

"Masuk sana," usir Zaidan lembut kepada Shaira.

"Mama bakal tau nggak ya? Kalau gue abis keluar sama lo semalam ini?" tanya Shaira khawatir.

Zaidan menggeleng pelan, "Gue udah izin ke nyokap lo soal ini," ucapan Zaidan membuat Shaira membelakkan mata tidak percaya. Bagaimana mungkin?

"Jangan bercanda lo!" geram Shaira karena menurutnya tidak lucu jika Zaidan bercanda di waktu yang tidak tepat seperti ini. Bisa-bisanya Shaira sedang cemas dan dia balas dengan candaan. Tidak lucu sama sekali.

"Beneran, dah sana masuk."

"Dan..." panggil Shaira sebelum memutuskan keluar dari mobil Zaidan.

"Hm?" Zaidan menoleh.

"Beneran udah putus?" tanya Shaira tidak yakin. Tadi sekali sebelum Zaidan membawanya pulang ke rumah. Lelaki itu mengatakan yang sejujurnya kepada Shaira jika dia sudah memutuskan hubungan dengan kekasihnya.

Perasaan yang dipaksa hanya akan membuat hati semakin sakit. Terlebih lagi Zaidan memang tidak memiliki perasaan apapun pada kekasihnya itu.

Jahat jika mengingat bagaimana gadis yang dia temui di bangku kuliah itu menyatakan perasaan dengan kesan memohon dan meminta Zaidan untuk menjadi kekasihnya. Tentu saja Zaidan merasa kasihan dan iba. Ingin menolak tapi kasihan, ingin menerima tapi tidak cinta. Zaidan pernah ada di posisi itu sampai akhirnya dia menyatakan jika dirinya adalah lelaki brengsek.

Berpacaran dengan perempuan hanya sebatas rasa kasihan. Terlebih lagi Ketika sedang berpacaran Zaidan pernah jalan dibelakang pacarnya itu dengan Shaira bahkan mencium Shaira. Sangat terlihat bukan, tampang bregseknya?

"Udah Sha. Masih belum percaya?" tanya Zaidan dengan kesal karena Shaira berkali-kali menanyakan hal yang sama sejak Zaidan menceritakan kejadian yang sebenarnya.

"Dikit sih, berdoa aja semoga besok gue udah percaya," ucap Shaira dengan nada yang terdengar menyebalkan di telinga Zaidan.

"Bacot! Sana masuk," geram Zaidan.

"Iya iya, bawel banget! Pacar bukan, tapi bawel!"

"Nggak usah nyebelin! Kalo gue pacarin nanti lo nya kesenengan!" sahut Zaidan tidak kalah meledek.

"Anjing!" umpat Shaira sebelum menutup pintu mobil Zaidan dengan kasar. Menyebalkan! pekiknya.

Zaidan hanya tertawa di dalam mobil. Setidaknya malam ini Shaira sudah kembali seperti biasa. Shaira yang Zaidan kenal. Shaira yang selalu galak dan suka marah-marah itu lebih baik daripada Shaira yang diam dan tiba-tiba menitikan air mata.

-Puzzle-

Akibat keluar sampai hampir tengah malam bersama Zaidan membuat Shaira bangun tidur siang hari seperti ini. Jam sudah menunjukan pukul sembilan. Tanda matahari sudah seperempat di atas kepala.

Shaira melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Mencuci wajah dan menyikat gigi sebelum akhirnya turun ke dapur untuk mengisi perut yang sudah berbunyi sejak matanya terbuka.

"Pagi Princess Sha..." sambut seseorang yang Shaira kenal sekali suaranya.

Ternyata benar. Shaira berlari memeluk seseorang yang selama ini selalu menjadi nomer satu dalam hidup Shaira yang mengambil peran penting.

Puzzle Piece (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang