Perlahan-lahan kepingan puzzle yang berantakan itu hampir selesai disusun.
-Puzzle-
Berulang kali Shaira mencoba untuk tenang dan santai setelah membaca pesan singkat yang Aldan kirimkan untuknya. Lelaki yang berperan sebagai kakak tingkat Shaira di kampus itu ingin bertemu dengannya.
Bibir bawah terus digigit sampai menimbulkan sedikit luka. Shaira belum siap bertemu Aldan. Mengingat terakhir kali pertemuannya dengan Aldan, lelaki itu memilih bersikap yang tidak bisa Shaira jelaskan. Intinya Shaira tidak siap bertemu Aldan.
"Gimana nih?" tanya Shaira pada dirinya sendiri.
Masih dengan posisi yang sama. Bergerak seperti setrika, kesana-kemari. Mencari jawaban atas bingungnya.
"Agh! Kenapa sih, Mas Aldan itu Out of the box banget jadi orang? Kalau gini caranya gue beneran bingung harus gimana?"
Gadis itu sudah rapi dengan pakaian casualnya. Ditambah dengan rambut pendek dan bando pink di kepalanya. Menambah kesan cantik sekaligus imut pada wajah Shaira.
Drrt...
Mas Aldan : Depan.
Ya Tuhan, selamatkan Shaira hari ini. Dengan satu hembusan napas panjang Shaira melangkah turun menghampiri Aldan yang sudah menjemputnya di depan.
Bola mata Shaira membulat dengan alis terangkat melihat Aldan duduk manis di ruang tamu bersama Kay. Bisa gawat ini! Shaira paham benar bagaimana tingkat keingintahuan Mamanya itu sangat tinggi.
"Ma, Sha pamit," ucap Shaira menyalami tangan Kay.
Sejak malam pengakuan panjang itu. Hubungan Shaira dan kedua orang tuanya sedikit membaik. Ya meskipun di awali dengan kecanggungan. Shaira paham, berubah menjadi baik itu bukan hal yang mudah, tapi belajar dan terus mencoba menjadi baik bukan suatu masalah bukan?
Intinya, sejak malam itu. Shaira merasa lega. Apa yang menjadi masalah hidupnya kini sedikit terhapuskan.
Mama juga sudah memperbolehkannya untuk tidak melanjutkan tes kedinasan dan mempersilahkan Shaira mengambil jalan yang dia pilih. Terdengar bagus bukan?
Papa juga beberapa akhir ini tidak pulang malam. Mengajak Shaira menonton bola kesukaannya, Liverpool. Dan yang terpenting sudah meninggalkan laptop yang selalu membuat Shaira cemburu.
"Ya, jangan pulang malam," ucap Kay dengan nada perintah seperti biasanya. Shaira hanya membalas anggukan pelan.
Berbeda dengan Aldan yang ikut menyalami Kay dan pamit membawa putri semata wayangnya itu pergi berdua.
"Mas ada keperluan apa di Jakarta?" tanya Shaira membuka obrolan. Keduanya sudah duduk di dalam mobil sejak tujuh menit yang lalu.
Aldan menoleh pelan dan tersenyum, "Acara keluarga," ucap Aldan.
"Mas udah berkeluarga?!" pekik Shaira dengan nada kagetnya, freak banget tebakannya. Shaira tahu itu, dia hanya tidak suka keadaan serius. Makanya dia bersikap seperti sekarang, banyak tanya.
Aldan tidak banyak menanggapi Shaira. Lelaki itu fokus pada kemudinya. Meskipun ini bukan pertama kali Aldan mengemudi di Jakarta, tapi tetap saja Aldan butuh fokus karena jalan sudah berbeda sejak tiga tahun yang lalu.
"Huh, Mas ini mau kemana?" tanya Shaira mulai bosan.
"Udah makan?" tanya Aldan tanpa menoleh.
Shaira mengangguk pelan, "Udah sih, tadi sarapan," jawab Shaira sekenanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece (Selesai)
Chick-LitBiarkan aku menyusun satu persatu puzzle permasalah dalam hidupku, nanti setelah semuanya selesai. Biarkan aku menetapkan pilihan. Menata masa depan denganmu atau tanpamu... -Shaira Ai Darnisha- - DILARANG PLAGIAT cover & cerita : DISAFRA