Dari sekian banyak manusia yang aku temui, kamu paling rumit untuk aku mengerti...
-Puzzle-
Satu sudut bibir Aldan tertarik mendapati objek familiar bertabrakan ketika dia melangkah masuk ke dalam café.
Terlihat dari wajah yang frustasi dan tangan mencoba menjambak rambut sendiri membuat Aldan penasaran dan menghampirinya.
Kriet...
Suara akibat tarikan kursi membuat sang empu menarik wajah untuk melihat siapa yang mengganggu rasa kesalnya.
"Mas..." ucapan Shaira menguap ke udara bersama dengan kaget mendapati Aldan duduk di depannya.
"Sendiri?" tanya Aldan.
Shaira mengangguk dengan senyum paksa. Bukan tidak ingin tersenyum ramah kepada Aldan, tetapi hari ini rasanya sulit untuk Shaira bersikap ramah seperti biasanya.
"Keberatan?" tanya Aldan lagi, tetapi gagal untuk Shaira mengerti.
"Pardon me?"
"Keberatan saya duduk di sini?" tanya Aldan sekali lagi.
Gadis itu menggeleng pelan. Kembali mengabaikan Aldan yang menatapnya dengan penuh tanda tanya.
Hari ini Shaira terlihat berbeda di mata Aldan. Tidak seperti biasanya, gadis itu menunjukan wajah ceria tanpa beban dan masalah. Namun hari ini wajah ceria itu hilang, tidak Aldan temui keberadaannya.
Tiga puluh lima menit. Tidak ada satu obrolan yang coba Aldan atau Shaira keluarkan. Si perempuan sibuk dengan laptopnya dan si lelaki sibuk menatap perempuan di depannya.
Tangan Shaira bergerak merapikan laptop. Berniat pergi dari café karena tugasnya sudah selesai. Tidak peduli dengan Aldan yang berada di depannya. Hari ini sangat melelahkan. Shaira hanya ingin kembali ke Kos atau ke tempat mana pun yang tidak orang lain temukan.
"Duluan ya Mas..." ucap Shaira melangkah pergi dengan senyum manis yang dia berikan kepada Aldan.
Kali ini. Aldan tidak bisa menghentikan langkah Shaira. Dia paham gadis itu tidak ingin diganggu. Raut wajah apa tadi? Aldan tidak pernah lihat sebelumnya. Begitu menyakiti hati Aldan.
Melihat Shaira berpura-pura seakan tidak ada apa-apa. Padahal jelas sekali Aldan lihat jika gadis itu menyimpan sedih. Shaira terluka dan gadis itu berhasil membungkusnya dengan rapi.
-Puzzle-
Langkah kaki Shaira terhenti di depan sebuah bangunan. Sudah berapa bulan dia tidak mengunjungi bangunan ini? Tempat dimana Shaira mencari kelegaan hati, penyembuhan luka dan keinginan sembuh dari luka batinnya.
Psychology Practice House's
"Assalamualaikum..." Shaira mendorong pintu kaca memasuki ruangan dengan langkah berat. Mengingkari janji untuk tidak datang lagi ke tempat ini.
"Waalaikumsalam..." balas Ria a.k.a Resepsionis klinik Psychology Practice House's.
Suasana tempat praktek terlihat sepi. Tidak seperti biasanya membuat Shaira harus menentukan jadwal pertemuan dengan Ibu a.k.a sapaan akrab Shaira kepada psikolog yang menanganinya.
"Halo mbak, tumben sepi," ucap Shaira menyapa Ria sambil mengedarkan pandangan yang memang tidak menemukan satu pasien pun di bangku tunggu.
"Ibu minta kurangi jumlah pengunjung harian," jelas Ria.
"Kenapa?" tanya Shaira sedikit penasaran.
Ria mengangkat bahu pelan, "Ndak ngerti," jawab Ria.

KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece (Selesai)
Chick-LitBiarkan aku menyusun satu persatu puzzle permasalah dalam hidupku, nanti setelah semuanya selesai. Biarkan aku menetapkan pilihan. Menata masa depan denganmu atau tanpamu... -Shaira Ai Darnisha- - DILARANG PLAGIAT cover & cerita : DISAFRA