1:01

21 2 1
                                    

Ucapan sapa pertama kali yang keluar dari bibirmu membalikkan tiga ratus enam puluh derajat jalan cerita hidupku...

-Puzzle-

Tap.

Gadis dengan nama lengkap Shaira Ai Darnisha menutup Buku Diary yang sudah menemaninya selama empat tahun belakang. Sepenggal kisah Shaira tulis di sana, menjadikan dirinya peran utama protagonis dalam genre romance dengan pemeran 'si paling tersakiti'.

Ini tahun kedua Shaira di bangku kuliah. Jauh dari keluarga, berpisah dengan teman lama hingga bertahun lamanya, juga menjadi awal tahun kelima untuk Shaira mencoba lupa atau banyak orang bilang move on dari si Dia. Manusia berjenis kelamin laki-laki yang berhasil membuat Shaira percaya cinta pertama sulit untuk dilupa.

Memang seharusnya saat itu Shaira tidak boleh melanjutkan perasaannya. Lagi-lagi hal tersebut menjadi validasi yang membenarkan 'jika cinta itu buta' dan jatuh cinta sendirian lebih membuat Shaira buta karena terus bertahan dengan hati yang berkali-kali tersakiti.

"Harusnya Tuhan nggak usah ciptain Zaidan, bikin repot perasaan gue aja!" dumal Shaira di tengah dirinya merapikan buku-buku yang berantakan di atas meja.

Hari ini sangat lelah, banyak aktivitas yang tidak berjalan seperti seharusnya. Anak aktif seperti Shaira tidak bisa tidak memikirkan hal yang tidak seharusnya dipikirkan atau biasa disebut 'Overthinking'. Jangankan mengenai masalah tugas di perkuliahan. Dalam hal bersikap saja, dia selalu bertanya 'apa yang gue lakuin udah bener?'.

Shaira beranjak keluar dari perpustakaan. Waktu menunjukan sore dan Shaira harus mengikuti kelas Statistika. Berkali-kali Shaira merutuki jarak gedung perpustakaan umum yang sangat jauh dari gedung Fakultas Teknik. 'Kenapa juga gedung FT ada di pojok Univ?' kira-kira seperti itu rutukan Shaira.

"Shai," langkah Shaira terhenti ketika mendengar seseorang memanggil namanya.

"Ya?" tanya Shaira menoleh mendapati sosok lelaki yang dikenal menghampirinya.

"Ketinggalan," ucap lelaki dengan tangan memberikan binder biru milik Shaira.

Lelaki itu kemudian pergi begitu saja dari hadapan Shaira, membuat gadis itu terdiam memandang punggung yang sudah jauh dari hadapannya.

Aldan Yasa Mahendra, manusia bumi yang akhir-akhir ini mengganggu pikiran Shaira. Kakak tingkat sekaligus Ketua Himpunan Jurusan yang banyak dibicarakan teman-temannya karena ketampanan dan aura kharisma yang terpancar dari wajah lelaki itu.

Salah satunya Shaira, dia cukup mengagumi Aldan, tetapi Shaira tidak pernah berharap jika Aldan akan mengenalnya dengan baik, sebagai teman misalnya.

"Ya Allah, kenapa Mas Aldan ganteng banget sih, kalau gini ceritanya gue bisa move on dari Zaidan," ucap Shaira dengan pelan.

Percayalah itu hanya diucapkan Shaira dibibir saja, dia terlalu pengecut dalam hal melupakan. Buktinya sudah jalan di tahun kelima dia masih belum bisa melupakan sosok Zaidan dari hatinya.

"Mampus! Dikit lagi kelas," panik Shaira berlari keluar perpustakaan dan berjalan cepat menuju Fakultas Teknik.

Shaira merutuki kebodohannya karena terlalu terpesona dengan sosok Aldan yang membantunya. Gadis itu masih berjalan cepat hingga sebuah motor Scoopy hitam berhenti di depannya.

Seseorang yang tidak Shaira ketahui itu memberikan helm kepadanya. Tidak ada pergerakan apapun karena Shaira masih tidak bisa mencerna apa yang terjadi saat ini, siapa orang itu?

"Naik." Shaira terkejut mendapati fakta mengejutkan untuknya. Itu Aldan, lelaki yang memberikan Shaira binder dan lelaki itu juga yang membuat Shaira membeku saat ini.

Puzzle Piece (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang