1:10

3 1 0
                                    

Belum juga selesai...kenapa datang lagi hal menyakitkan yang ujungnya menjadi permasalahan buatku sendiri...

-Puzzle-

Siang ini terlihat sangat terik sampai Shaira harus keluar Kost memakai cardigan panjang, masker, dan juga topi penutup kepala. Dilihat dari penampilan seperti perempuan tomboy jauh dari kata feminim, tapi siapa peduli?

Kaki Shaira melangkah memasuki IndoMarket. Dingin ruangan menyapa tubuh hangat Shaira, sangat sejuk sampai rasanya ingin tinggal di IndoMarket saja jika bisa.

Langkah Shaira tuju ke arah kulkas, panas seperti ini cocok sekali dengan minuman dingin. Tidak lupa Shaira mengambil snack, wafer, permen, dan tidak lupa hal wajib yang Shaira beli Popcorn untuk menemaninya nonton.

Baru Shaira ingin melangkah menuju kasir tiba-tiba langkahnya terhenti karena ada seseorang yang menarik cardigan miliknya.

"Mbaa...boleh minta tolong?" Shaira menoleh mendapati anak kecil berusia 6 tahun berdiri di belakangnya menunjuk cokelat yang terletak lebih tinggi dari anak kecil tersebut.

Shaira tersenyum dan menyamakan dirinya dengan anak kecil tersebut. Sebenarnya ini bukan Shaira sekali, dia sebelumnya tidak pernah berinteraksi dengan anak kecil. Dia anak tunggal dan tidak akrab dengan sepupu-sepupunya.

"Boleh. Mau ambil apa?" tanya Shaira dengan lembut. Anak perempuan itu memperlihatkan senyum manis kepada Shaira, cantik. Untuk pertama kali Shaira tersihir pesona anak-anak.

"Cokelat itu," tunjuk anak perempuan.

Shaira tersenyum mengambil cokelat dan memberikan kepada anak perempuan itu. Senyum Shaira mengembang melihat wajah cerita anak perempuan yang dia tidak kenal.

"Maass Al..." Anak perempuan itu berlari menghampiri seseorang yang berada di belakang Shaira.

"Sudah dapet?" tanya suara yang Shaira kenal, itu suara Aldan.

Tubuh Shaira semakin membatu ketika anak perempuan yang entah siapanya Aldan itu kembali memanggil dirinya, "Mbak." Anak itu menarik ujung cardigan milik Shaira.

Shaira menghembuskan napas, dia tidak ingin membalikkan badan. Tidak ingin bertemu dengan Aldan juga.

"Mbak..." panggil lagi anak perempuan.

"Eh? Iya?" tanya Shaira masih dengan menyembunyikan wajahnya, dia sibuk menghitung belanjaan yang ada di tangan.

"Shaira?"

Mata shaira terpejam kesal, tentu saja Aldan mengenal suaranya. Bagaimana dia tidak berpikir sampai ke sana. Shaira berbalik menyapa Aldan dengan senyum lalu pandangan dialihkan kepada anak perempuan di sampingnya.

"Mbak ayo kita bayar," ucap anak perempuan sambil menarik tangan Shaira menuju kasir. Shaira tentu saja terlihat bingung, dia menatap Aldan bertanya.

Aldan mengangkat kedua bahunya tidak tahu dan pergi begitu saja mendahului Shaira begitu pun anak perempuan.

"Jadi satu Mbak," ucap Aldan mengambil alih keranjang belanja Shaira, menaruh di kasir meja.

"Eh? Nggak usah Mas," ucap Shaira tidak enak hati, duh belum jadi pacar saja Shaira sudah menyusahan Aldan, bagaimana nanti jadi pacar? Semakin menyusahkan.

Baru saja tangan Shaira menyentuh keranjang, berniat menolak tawaran Aldan untuk membayar belanjaan. Tangan Aldan lebih dahulu menahan Shaira, tidak membiarkan gadis itu membayar sendiri.

"Mas..." geram Shaira, tapi Aldan tidak peduli. Aldan sibuk mengamati Anak perempuan dan Shaira secara bersamaan tanpa ingin mendengar protes Shaira kepadanya.

Puzzle Piece (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang