"Issa, awas!"
Isabella tersentak saat tangannya ditarik secara tiba-tiba. Romi menatap Isabella terkejut, begitu juga dengan yang lainnya.
"Issa, maaf, maafkan aku!" Albert— si pelempar bola yang hampir menghantam kepala Isabella, langsung datang menghampiri dan meminta maaf dengan wajah paniknya. Romi menatap lelaki itu jengkel, ia mendorong tubuh Albert kesal.
"Kau mau kehilangan kepalamu kalau sampai kena?! Bukan hal sulit untuk menjadikan kepalamu hiasan dinding!"
"Romi," tegur Isabella. Ia tersenyum tipis ke arah Albert. "Tak apa, aku baik-baik saja."
"Aku serius meminta maaf, Issa. Aku akan lebih berhati-hati lagi," tutur Albert penuh ketakutan. Tubuh Albert sampai gemetar dan telapak tangannya sedingin es. Wajahnya seketika pucat saat melihat bola basket yang dilemparnya hampir mengenai kepala Isabella. Untung saja, Romi cepat menarik gadis itu.
"Tak apa, aku juga salah karena berdiri di tengah-tengah. Maafkan aku, Albert." Isabella tersenyum lebih lebar pada teman sekelasnya itu, lalu berjalan lemas pergi dari lapangan.
"Untung Issa baik. Kalau aku jadi dia, sudah kugantung kau," desisnya kesal. Konon, Romi memiliki dendam pribadi pada Albert yang pernah merebut mantan kekasihnya dulu. Sampai sekarang, meskipun hubungan Albert dan lelaki itu sudah berakhir, Romi masih saja membenci Albert.
Setelah puas memaki-maki Albert, Romi menyusul Issa sambil melotot. "Kau gila?! Ingin bunuh diri?! Kenapa berhenti di tengah-tengah, hah?!"
"Ya, salahku," jawab Isabella malas. Ia duduk di kursi ruang ganti. Saat ini, mereka berada di ruang ganti perempuan. Tidak akan ada yang khawatir Romi masuk ke dalam sana, mengingat lelaki itu tidak menyukai perempuan.
"Ya, salahmu! Tapi, tak apa. Seharusnya, kau tidak memaafkannya dan membiarkan dia mati terpenggal oleh ayahmu." Romi tertawa setelahnya. Namun, tawanya lenyap saat Isabella sama sekali tidak merespon dan memilih untuk menatap botol minum di tangannya dengan pandangan kosong.
"Issa, ada masalah?" tanya Romi khawatir. Isabella menggeleng. "Aku akan ganti baju. Keluarlah," usirnya. Lalu, tanpa menunggu balasan Romi, Isabella pergi begitu saja, mengambil seragamnya, dan masuk ke salah satu bilik.
***
Tubuh Isabella membeku saat tatapannya bertubrukan dengan milik Sebastian. Ia tidak menyangka Sebastian akan ada di rumah di siang hari seperti ini.
Dengan langkah kaku, Isabella masuk ke dalam rumah dan segera pergi ke kamar, berusaha mengabaikan Sebastian. Gadis itu tampak biasa saja, tetapi tidak dengan tatapannya yang lurus ke depan. Sebastian hanya melihat sekilas, tetapi ia tahu gadis itu ketakutan.
Sebastian tidak mencegah Isabella. Ia membiarkan gadis itu berjalan melewatinya tanpa sepatah kata pun, meski sebenarnya, Sebastian sangat ingin merengkuh dan mencumbui gadis itu. Saat ini, Sebastian harus menahan diri agar Isabella bisa berkompromi dengan rasa takutnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARK SIDE OF SEBASTIAN ✓ [TERBIT]
Romance‼️ PART MASIH LENGKAP ‼️ Pre-order 1: Start 3 Februari 2023 THE GERRARDS : BOOK 3 [18+] Sebastian Theodoric Gerrard terkenal sebagai laki-laki yang bengis dan tak kenal ampun saat ada yang mengusiknya. Ia rela membunuh siapa saja yang dianggap meng...