SBT | 19

26.4K 2.5K 144
                                    

‼️ Jangan lupa vote di akhir chapter ‼️

Keesokan harinya, kondisi Isabella sudah jauh membaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, kondisi Isabella sudah jauh membaik. Akan tetapi, Oliver masih melarangnya untuk pergi ke sekolah. Meski sangat ingin pergi ke sekolah, ia tetap tidak bisa membantah ayahnya. Alhasil, Isabella hanya terdiam di kamar, mencoba mencari ide-ide baru untuk desain pakaian di butiknya.

Isabella menghela napas panjang. Ia bosan sekali melakukan kegiatan yang monoton. Isabella ingin pergi ke sekolah, bertemu teman-temannya, sekaligus ... melihat Noah.

Mengingat Noah, Isabella jadi merindukan lelaki itu. Sudah lama sekali rasanya mereka tidak bertegur sapa sejak Noah salah paham dan meninggalkannya di kelas sendirian saat itu. Sampai sekarang, Isabella masih ingin meluruskan semuanya, tetapi ia terpaksa mengurungkan niat karena situasi seperti ini justru lebih aman untuk Noah.

Cukup lama melamun, Isabella sampai tidak sadar Sienna masuk ke dalam kamarnya. Wanita itu tersenyum melihat putrinya yang terlihat sangat bosan di kamar terus-menerus.

"Issa."

Isabella tersentak. "Ya, Mom?"

"Sedang apa? Sudah minum obat?" tanya Sienna. Isabella meringis. "Belum."

"Minum dulu, Nak, nanti Rhy bisa mengomel," ucapnya. Isabella mengangguk, segera meminum obatnya. Kebetulan, ia baru saja makan siang satu jam yang lalu.

Sienna duduk di samping Isabella, memperhatikan putrinya yang sibuk mencoret-coret tabletnya. "Untuk butikmu?"

Isabella mengangguk tanpa melepaskan pandangannya dari layar tablet. "Sekaligus untuk portfolioku mendaftar kuliah di Milan nanti," gumamnya tanpa sadar.

"Milan? Kau ingin berkuliah di Milan?"

Gerakan tangan Isabella langsung berhenti. Gadis itu merutuki dirinya sendiri. Terlalu cepat untuk memberitahu ibunya tentang rencananya. Isabella melipat bibirnya ke dalam, lalu menatap ibunya panik.

"Tolong jangan katakan ini pada siapa pun, Mom. Apalagi Sebastian," ucapnya memohon. Kening Sienna semakin berkerut. "Kenapa? Kenapa Sebastian tidak boleh tahu?"

Sial, batin Isabella berteriak. Gadis itu memaksakan senyumnya. "Mommy tahu sendiri, dia selalu protektif terhadapku. Kalau kau memberitahunya, sudah pasti aku tidak akan diperbolehkan pergi."

"Benar juga," jawab Sienna, membuat Isabella bernapas lega. Wanita itu mengusap puncak kepala putrinya, lalu mengecupnya lembut. "Kalau begitu, istirahatlah. Kau masih belum sepenuhnya sembuh."

"Ya, Mom." Isabella mengamati ibunya yang berjalan keluar dari kamar. Begitu pintu tertutup, Isabella langsung menghela napas lega.

***

Sebastian melonggarkan dasinya dengan kasar sembari berjalan, membuat para pegawai perempuan diam-diam memekik tertahan. Lelaki itu berjalan tegas menuju ruangannya diikuti oleh Arash dan dua orang bawahannya yang lain. Seperti biasa, tatapan tajam dan rahang tegasnya menjadi daya tarik tersendiri bagi semua perempuan yang ia lewati.

THE DARK SIDE OF SEBASTIAN ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang