Gianna tersentak dari tidurnya. Ia langsung mengedarkan pandangan, dan menyadari dirinya terlelap di sofa. Hal pertama yang Gianna lakukan adalah pergi ke kamar putranya.
"Noah?" Gianna mengetuk pintu dengan panik.
"Noah, kau sudah pulang?" tanyanya lagi. Karena tak mendapat jawaban, Gianna buru-buru membuka pintu. Detak jantungnya berhenti beberapa saat begitu mendapati kamar itu kosong.
Gianna semakin gelisah. Ia menyandarkan tubuhnya di pintu, lalu menghela napas berkali-kali. Ini bukan pertama kalinya Noah tidak pulang, sesekali putranya itu memang menginap di kediaman temannya, seperti Harry atau Joe.
"Noah akan baik-baik saja," gumam Gianna, berusaha menenangkan diri. "Dia akan pulang hari ini."
Gianna melihat jam digital di meja putranya. Masih pukul lima pagi. Noah pasti masih tidur. Putranya itu akan menghubunginya segera.
Berusaha mengabaikan kegelisahannya, Gianna menutup pintu kamar putranya dan kembali ke sofa. Ia akan menunggu Noah sampai putranya itu pulang.
***
Sudah dua jam Sebastian mendengarkan tangisan Isabella dari dalam kamar. Ia mengetuk-ngetukkan jarinya ke lengan kekarnya sambil bersandar di pintu.
Karena ia yakin Isabella sangat terguncang, Sebastian memutuskan untuk tidak menampakkan diri lebih dulu. Diliriknya sarapan yang sudah dibuatnya. Ia sampai rela membuang makanan buatannya tadi dan membuat yang baru agar tetap hangat.
Setelah dirasa cukup, Sebastian akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Isabella tampak sangat terkejut melihat kehadiran kakaknya, gadis itu refleks menarik selimutnya hingga sebatas leher meski ia telah mengenakan pakaian lengkap.
"Sudah selesai menangis?" tanya Sebastian. "Sudah dua jam, kau pasti lelah. Aku sampai membuatkan sarapan baru untukmu."
Isabella tidak menjawab, tetapi sorot mata gadis itu sangat menggambarkan betapa besar rasa benci yang ada dalam dirinya. Namun, kebencian itu tidak hadir sendirian. Ada rasa takut yang besar ikut menyertai.
Tubuh Isabella bergetar saat Sebastian mulai mendekat. Tanpa sadar, gadis itu mencoba untuk mundur, hingga punggungnya menempel pada kepala ranjang. Sebastian tetap santai, ia menikmati setiap detiknya dengan baik. Pintu sudah kembali dikuncinya agar gadisnya tak kabur.
"Ingin makan sendiri atau kusuapi?" tanyanya.
"Iblis," desis Isabella parau. Sebastian tersenyum miring. Ia meletakkan nampan di nakas, lalu menghampiri Isabella. Ia langsung menahan kedua pundak adiknya saat gadis itu berusaha menjauh, lalu memaksa gadis itu menatap matanya.
"Hm, aku memang iblis. Kau yang memancing sisi iblisku," jawabnya santai. Diusapnya lembut pipi Isabella.
"Siap mendengar cerita seru pagi ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARK SIDE OF SEBASTIAN ✓ [TERBIT]
Romance‼️ PART MASIH LENGKAP ‼️ Pre-order 1: Start 3 Februari 2023 THE GERRARDS : BOOK 3 [18+] Sebastian Theodoric Gerrard terkenal sebagai laki-laki yang bengis dan tak kenal ampun saat ada yang mengusiknya. Ia rela membunuh siapa saja yang dianggap meng...