"Mereka ada di Kalimantan, bukan Paris. Sebastian membohongi kita semua."
Ashton menyerahkan tabletnya kepada Oliver. Di sana, terdapat peta Kalimantan dan sebuah titik merah berkedip di atasnya.
Untuk sesaat, Oliver melotot, terkejut. "Bagaimana bisa?! Aku selalu melacak mereka, dan mereka memang ada di Paris!"
"Sebastian sengaja melakukannya untuk mengecoh kita, Uncle," jawab Ashton. "Dia sengaja menembakkan sinyal ponselnya ke tempat lain untuk mengecoh kita. Sebastian juga sengaja memasang sistem keamanan tercanggih di komputer dan benda elektronik lainnya. Gila, aku penasaran dia mendapatkan tim sehebat itu dari mana. Aku saja butuh tiga hari untuk memecahkan semuanya. Itu pun, aku hanya berhasil menemukan titik keberadaan mereka. Tidak ada kamera atau apa pun yang bisa kuakses di sana. Aku curiga, sebenarnya dia berada di dalam hutan atau tempat lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan teknologi dan manusia."
Oliver menjambak rambutnya, frustrasi. "DERICK!" panggilnya. Tak lama, Derick pun muncul dengan tergesa-gesa.
"Ya, Tuan?"
"Kirim orang kita ke Kalimantan sekarang. Suruh mereka cari Sebastian sama Issa! Gue nggak mau tahu, malem ini, gue harus dapet kabar baik. Siapin juga pesawat, gue sama Sienna berangkat ke Indo malem ini."
"Baik, Tuan." Derick pun segera keluar sembari mengumumkan perintah tuannya lewat wireless earphone yang terpasang di telinganya.
Ashton menatap pamannya itu iba. Meski Oliver tidak menunjukkan secara terang-terangan, tetapi ia tahu bahwa pria itu sedang kecewa dan marah. Oliver kalut, pria itu menutupinya dengan melempar semua barang pecah belah yang ada di dekatnya.
PYAR!
PRANG!
PRANG! PRANG!
"Aaaargh! Bangsat!" umpatnya. Ashton hanya diam, ia mundur beberapa langkah agar tidak terkena amukan pamannya.
"Gue harus bilang apa sama Sienna ...," gumamnya sendu. "Sebastian bangsat! Bajingan!"
Oliver jatuh berlutut. Dari bahu yang bergetar dan isakan pelan yang terdengar, Ashton langsung tahu kalau pamannya itu sedang menangis. Ini pertama kalinya Oliver menangis di depan orang lain selain ibunya dan Sienna.
Tidak hanya Oliver, perasaan Ashton pun campur aduk. Saat ini, ia sangat khawatir akan Isabella. Baginya, Isabella ada sepupu perempuan yang paling manis dan ia sayangi. Isabella tidak suka melakukan hal aneh seperti yang lainnya. Sejak kecil, Ashton juga paling dekat dengan si bungsu Oliver itu.
"Uncle," panggil Ashton seraya menepuk pundak pamannya. "Kau harus segera memberitahu Aunty. Dia pasti khawatir sekali. Kalian tidak usah pergi ke Indonesia, biarkan aku, Asher, dan Archer yang melakukannya."
Oliver menggeleng. "Aku harus turun tangan sendiri. Aku harus memastikan kalau putriku baik-baik saja," tutur Oliver parau. Ia mengusap air matanya, lalu berdiri. Ditepuknya pundak Ashton beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARK SIDE OF SEBASTIAN ✓ [TERBIT]
Romance‼️ PART MASIH LENGKAP ‼️ Pre-order 1: Start 3 Februari 2023 THE GERRARDS : BOOK 3 [18+] Sebastian Theodoric Gerrard terkenal sebagai laki-laki yang bengis dan tak kenal ampun saat ada yang mengusiknya. Ia rela membunuh siapa saja yang dianggap meng...