SBT | 10

35.1K 3.1K 375
                                    

Up! Siapa nungguin? 🖐🏻🖐🏻🖐🏻🖐🏻

Enjoy! 💘

"Kalian boleh berpacaran, tapi tidak dengan seks di luar nikah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian boleh berpacaran, tapi tidak dengan seks di luar nikah. Jangan sampai Mommy tahu ada di antara kalian yang memaksa anak orang melakukannya."

Dua kalimat keramat yang diucapkan Sienna sejak bertahun-tahun lalu masih menancap kuat di otak putra-putranya, termasuk Sebastian. Hampir setiap hari ia mendengarkan kalimat itu, hingga rasanya ia ingin meledak.

Sebastian bisa saja melanggarnya, tetapi ia tidak melakukan itu. Dibanding ucapan ayahnya, wejangan dari sang ibulah yang lebih dihargai olehnya— termasuk adik-adiknya. Baginya, Oliver adalah pria tua yang pemarah, sedangkan Sienna adalah ratu.

Kasihan sekali ibunya harus menikahi kakek-kakek tukang merepet itu.

Waktu menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Sebastian baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja apartemennya, sambil mengawasi Isabella dari CCTV portable yang dipasangnya sebelum ia meninggalkan ruangan. Saat ia melihat pergerakan sang gadis, Sebastian langsung kembali ke kamar.

"Sudah bangun?"

Isabella— yang kesadarannya masih belum terkumpul penuh, tidak menjawab. Lagi pula, kalau ia sedang dalam kondisi 100% sadar pun, rasanya ia tetap enggan menjawab.

Saat kesadarannya sudah hampir terkumpul, Isabella kembali mengingat kejadian sebelum ia pingsan. Ia menghela napas, menatap Sebastian— yang sudah duduk di tepi ranjang— datar.

Isabella pikir, ia tidak akan bangun lagi.

"Aku khawatir sekali," tutur Sebastian. Ia hendak mengusap bekas cekikan di leher gadisnya, tetapi Isabella lebih dulu menghindar.

"Maafkan aku."

Isabella berdecih dalam hati. Ia ingin menggerung marah, tetapi sadar tak akan ada gunanya. Karena itu, Isabella tetap diam. Pandangannya teralih, tidak ingin lebih lama menatap Sebastian.

"Aku sudah bilang Mommy bahwa kau tidur di sini," ucapnya. "Besok, tidak usah sekolah. Keadaanmu belum pulih."

"Sakit, ya?"

"Menurutmu?" tanya Isabella ketus. Suaranya terdengar seperti bisikan karena tenggorokannya terasa kering.

"Aku sudah membeli makan malam. Kau harus makan."

Isabella mengernyit tak suka. Siapa yang selera makan setelah nyawanya berada di ambang-ambang beberapa jam yang lalu?!

Mulai muak, Isabella membalikkan tubuhnya, memunggungi Sebastian. Mata gadis itu terpejam, terlalu lemah untuk marah-marah meski sebenarnya ia sangat ingin.

Sebastian bergerak, lalu memeluk Isabella dari belakang. Ia mengecup dan mengusap bekas cekikan yang mulai membiru. Kali ini, tak ada perlawanan dari adiknya itu.

THE DARK SIDE OF SEBASTIAN ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang