SBT | 13

28.4K 2.8K 230
                                    

Sarapan, Isabella terpaksa duduk di sebelah Sebastian karena tempat yang lain sudah penuh terisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sarapan, Isabella terpaksa duduk di sebelah Sebastian karena tempat yang lain sudah penuh terisi. Entah bagaimana kedua kakaknya yang lain bisa tiba tepat waktu di ruang makan, Isabella juga tidak mengerti.

"Issa, Daddy dengar akhir-akhir ini kau selalu pulang terlambat." Tiba-tiba Oliver membuka pembicaraan, membuat semua orang menoleh ke arah Isabella, tak terkecuali Sebastian.

"Ada masalah, Sayang?"

Isabella menelan ludahnya susah payah. Gadis itu memaksakan senyumnya, menahan diri agar tidak gugup. Apalagi, saat tangan Sebastian yang sejak tadi mengelus pahanya, tiba-tiba berhenti dan beralih mencengkramnya.

"Tidak ada, hanya aku harus mengerjakan tugas di sekolah. Akhir-akhir ini aku suka belajar di perpustakaan."

"Tidak nyaman berada di rumah?" Oliver menaikkan sebelah alisnya. Entah itu merupakan sebuah sindiran, atau murni pertanyaan.

Isabella terkekeh. "Tidak, Dad. Tidak ada masalah sama sekali. Hanya ingin saja."

Oliver mengangguk paham. Ia melanjutkan sarapannya, begitu juga dengan yang lainnya, termasuk Isabella. Hanya saja, satu hal yang berubah, yaitu tatapan Sebastian yang sama sekali tak berpindah dari adiknya.

Rhysand dan Cassian menyadari itu. Keduanya saling sikut-menyikut, lalu terkikik melihat bagaimana protektifnya Sebastian terhadap adik bungsu mereka.

"Sebaiknya kau berhati-hati, Issa. Kakak tertua kita sudah siap mengebom sekolah kalau kau macam-macam." Rhysand tergelak, disusul Cassian.

Isabella melirik Sebastian sekilas, lalu kembali melanjutkan sarapannya tanpa minat. Nasi uduk pagi ini seketika terasa hambar karena tatapan maut Sebastian.

Tidak ada yang tahu bahwa Isabella harus merasakan sakit di pahanya karena Sebastian mulai mencengkram pahanya semakin kuat. Meski gadis itu berkali-kali mencoba menyingkirkan tangan Sebastian, tangan besar itu pasti kembali.

"Sebastian, besok kau ikut aku ke Spanyol."

"Untuk apa?" tanya Sebastian malas.

"Ikut saja apa susahnya?! Banyak tanya sekali."

"Jawab saja apa susahnya? Pelit sekali."

"Hei, sudah," sela Sienna. Ia menatap suami dan putra sulungnya bergantian. "Sejak dulu bertengkar terus! Kalau sudah selesai makan, berangkat saja sana!"

Kalau sudah Sienna yang bersuara, tidak akan ada yang berani melawan. Sarapan selesai beberapa menit kemudian. Satu per satu mulai bangkit dan meninggalkan meja makan untuk melanjutkan kegiatan masing-masing.

"Aku berangkat dulu, Mom, Dad," pamit Isabella. Ia yang terakhir pamit. Ketiga kakaknya sudah pergi.

"Hm. Hati-hati, Sayang. Jangan pulang terlambat, temani Mommy spa hari ini, mau?"

THE DARK SIDE OF SEBASTIAN ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang