Depresi?

1.2K 104 5
                                    

Kenyataan tentang Liam dan statusnya itu benar-benar membuat Azkia bingung dan pusing dengan semua itu. Kepalanya terasa berputar-putar dan pandangannya mulai menggelap. Azkia jatuh tidak sadarkan diri membuat Deon yang sedang asik mengobrol dengan Liam terkejut. Deon langsung berjongkok dan menepuk-nepuk pipi Azkia, tetapi Azkia tidak sadar, ya iya lah kan dia pingsan Deon !

"Cepetan lo bopong tuh cewe dan bawa ke rumah sakit, dia kayanya keliatan syok banget. Gue jadi penasaran apa masalahnya sampe harus bawa-bawa gue" cerocos Liam.

"Bawel banget lo, bantu gw cepet ! Lo yang nyetir mobil gw yang bawa Azkia, oh iya lewat pintu rahasia aja"

"Ck! Kenapa gak lewat jalan biasanya aja ?"

"Gila ! Udah cukup tadi telinga gue panas gara-gara banyak yang nyinyir"

"Iya iya, silahkan lewat sini tuan muda" ejek Liam dengan nada sinis.

Deon menggendong Azkia ala bridal style dan diikuti oleh Liam di belakangnya. Mereka menggunakan mobil Deon keluar dari area sekolah untuk membawa Azkia menuju ke rumah sakit.

"Kita ke rumah sakit terdekat aja kan?" Tanya Liam.

"No ! Bawa dia ke rumah sakit pusat"

"Kelamaan woy ! Lagian sama aja kan...Azkia cuma pingsan"

"Gue gak mau tau ! Bawa mobil cepet biar bisa cepet sampe ke rumah sakit pusat"

"Lo gila? Ini Jakarta cuy ! Bukan pedesaan"

"Pokoknya Rumah sakit pusat !"

"Bodo ah ! Batu banget jadi orang" ucap Liam kesal dan mulai menaikkan kecepatan nya.

Deon hanya diam tidak menanggapi ucapan Liam, Deon menatap wajah Azkia yang terlihat sangat pucat. Deon menghela nafas...dari yang dikatakan Riyan mimpi Azkia sebenarnya berada diantara berbahaya dan tidak berbahaya. Jika Azkia bisa mengenyahkan pikiran tentang mimpinya maka itu tidak akan menjadi masalah namun jika Azkia terus mencoba untuk membuktikan bahwa itu bukan lah mimpi maka itu akan sangat berbahaya. Azkia bisa jadi Depresi sesang bahkan ke tingkat Depresi yang berat.

Riyan menyarankan kepada Deon untuk membantu Azkia menghilangkan pikiran tentang mimpinya. Tetapi Deon tidak tau apa yang harus dia lakukan, dia tidak bisa hanya duduk diam saja melihat anak buahnya menderita sendiri. Terlebih dia adalah adik dari sahabatanya Arsen.

"Kita dah sampe, cepetan turun dan bawa dia ke dalem"

"Hm" Deon hanya berdehem membalasnya. Dia turun dari mobil sambil mengendong Azkia, hal itu membuat perhatian banyak orang terpusat padanya.

"Suster ! Bantu saya bawa dia dan panggil dokter terbaik disini. Berikan ruangan VVIP !"

"Maaf dek...tapi..."

"Bawa dulu dan setelah ini anda bisa tanya siapa saya dan anda juga bisa memastikan itu. Sekarang cepat bawa dia dan tangani" Deon berucap dengan nada datar dan tatapan tajam, suster itu bahkan dibuat takut olehnya.

"B-baik akan saya bawa" Azkia di ambil alih setelah di letakkan di brankar. Deon mengikuti mereka dari belakang hingga sampai pada ruangan.

Selama 15 menit Azkia di tangani oleh dokter. Saat dokter keluar dari ruangan Azkia, dia langsung di sambut oleh Deon.

"Bagaimana keadaannya?"

"Maaf dek...saya mau tanya, kamu pacarnya atau keluarga nya"

"Saya calon suaminya!" Entah apa yang Deon pikirkan hingga membuatnya mengatakan hal itu, Liam yang di sampingnya pun di buat kaget hingga melotot tak percaya.

"Benarkah? Kalian masih sekolah, dan saya lihat dia juga tidak hamil" ucap Dokter heran, dia yang berumur 32 tahun saja masih belum menikah atau bahkan bertunangan, ini bocah SMA enak sekali mengatakan kalau mereka sudah bertunangan.

"Ck ! Itu bukan urusan anda, yang saya butuhkan saat ini adalah bagaimana keadaannya?"

"Oh maaf saya terlalu ikut campur, dia hanya terlalu banyak pikiran, namun ada yang aneh disini....tapi saya mohon anda pastikan dulu ke dokter psikiater karena saya tidak bisa memastikan hal ini, hanya dugaan sementara saja"

"Maksud anda?"

"Saya melihat dia tidak hanya terlalu banyak berfikir, ada yang aneh dan saya tidak tau itu apa. Tapi saya mohon segera periksakan dia ke psikiater supaya hal yang saya duga tidak jadi lebih buruk"

"Maksud anda, tunangan saya akan mengalami Depresi?"

"Bisa dikatakan seperti itu, dan nona Azkia tidak perlu rawat inap. Tubuhnya baik-baik saja...setelah infusnya habis nona Azkia diperbolehkan untuk pulang"

"Hm"

"Kalau begitu saya permisi dulu, mari..."

Deon membuka pintu ruangan itu dan menatap nanar ke arah Azkia, entah kenapa rasanya sakit sekali melihat cewe itu terbaring lemah.

"Ehem"

"Apaan?" Deon menoleh ke arah Liam yang ada di sampingnya.

"Gue ada urusan, lo gapapa nih gue tinggal?"

"Iya, suruh sopir jemput gue"

"Oke....oh iya jangan lupa buat lurusin masalah itu ke Azkia, gue belom nikah lo katain dah nikah. Jadi jelek citra gue di depan Azkia, btw dia buat gue aja ya ? Lo kayanya gak tertarik gitu sana dia" ucap Liam dengan pedenya.

"Gak !" Deon menolak dengan tegas dan menatap tajam ke arah Liam.

"Lah? Kenapa gak boleh? Lo kan gak suka sam dia? Oh...atau jangan-jangan lo gengsi mau bilang kalo lo suka ke dia?"

"Anj**g bisa diem gak lu ? Pergi sana berisik banget"

"Hahahah cieee Deon akhirnya menemukan cintanya....aduhhh mama bangga sama kamu nak"

"Bacot ! Pergi sebelum gue tonjok muka banci lo itu"

"Ck serem amat dah, yaudah gue pergi....jagain ayang beb gue ya"

"LIAM !"

"HAHAHAHAHA"

Liam pergi dengan tawa nya yang sangat lepas, dia tidak menyangka Deon akan mudah terpancing hanya karena seorang gadis yang membuatnya terbawa di mimpi gadis itu. Liam menjadi penasaran dengan apa yang Deon rasakan pada gadis itu, tapi dia sangat yakin dan terlihat sekali kalau Deon peduli pada Azkia. Mungkinkah Deon akan jatuh hati pada Azkia yang notabene nya adalah sekertaris nya?

"A-air"

Deon menoleh saat suara Azkia terdengar, dia langsung mengambil air yang ada di nakas dan membantu Azkia minum.

"Makasih...ummn gue di rumah sakit? Siapa yang bawa?"

"Hm? Oh gue minta tolong satpam, gak mungkin gue ngotorin tangan gue buat gendong cewe gatel kaya lo yang ngaku jadi istri gue"

Jlebbb

Kata-kata yang Deon lontarkan membuat Azkia sakit hati, bagaimana bisa Deon dengan entengnya menyebut Azkia cewe gatal?

"Haha sorry, gue bakalan ganti kalo udah pulang"

"Gue gak butuh duit lo, anggep aja gue sedekah dan lo gausah kepedean. Itu cuma tanggung jawab gue sebagai ketua lo"

"Iya gausah bawel, gue sadar banget gak pantes lo baperin. Kan gue cewe gatel dan cewe gila yang ngaku jadi istri lo, yakan Deon?" Sial sekali, entah kenapa Deon merasa sangat jahat saat Azkia mengatakan hal itu untuknya.

"Gue keluar, kalo infus lo udah abis panggil gue"

"Lo mau kemana? Kalo mau pergi seenggaknya kasih hp gue biar gue kalo mau pulang gak bingung."

"Hp lo pecah, nanti gw ganti"

"Hah?"

Brakk

Belum sempat Azkia bertanya, Deon sudah keluar dengan menutup pintu kasar.

Okeee jangan lupa komen dan like kalian buat author yaaa...agak sedih pas tau cerita ini sepi gara-gara author lama babget gak update. But....it's okay, masih ada kalian yang masih mau stay buat nunggu cerita ini tamat... thanks for my readers :)

MY COLD KETOS IS MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang