Disinilah Azkia sekarang, duduk di dalam mobil milik Deon dan tidak lupa juga dengan Deon yang ada di sampingnya yang sedang fokus mengetik di Laptop, entah apa yang sedang di kerjakan nya. Ah iya Azkia hampir lupa... sebentar lagi kan akan ada serah terima jabatan osis lama ke osis yang baru tentu saja Deon sibuk. Azkia merasa bersalah karena dia tidak membantu malah menyusahkan Deon, sekertaris macam apa dia?
"Deon, emm gue boleh nanya gak?" Azkia memposisikan dirinya agak menyamping menghadap Deon.
"Tanya aja" balas Deon tetap melihat ke arah Laptopnya.
"Lo lagi ngurusin serah terima jabatan?"
"Ya"
"Kenapa gak minta tolong ke Jihan? Dia kan wakil gue, seenggaknya dia bisa bantu lo biar gak terlalu repot"
"Yang ada makin hancur, lo aja yang sekertaris umum banyak salahnya apalagi dia"
"Sok tau banget, Jihan itu pinter kalo masalah surat menyurat. Lo belum coba udah suudzon aja"
"Udah, gue gak suka omong kosong. Gue bilang gitu berarti udah gue coba"
"Eh?"
Azkia hanya bisa terdiam, dia jadi bingung dan merasa tidak berguna. Kalau di pikir selama ini benar juga yang Deon katakan, Azkia seringkali membuat kesalahan. Dan setiap kali dia melakukan kesalahan, Deon tidak menyuruhnya untuk memperbaiki dan Deon juga yang memperbaikinya. Azkia jadi sedikit kagum pada Deon, dengan kepadatannya sebagai ketua Osis dia juga masih sempat memperbaiki yang harusnya menjadi tugas orang lain.
"Maaf" celetuk Azkia membuat Deon menoleh ke arahnya.
"Maaf karena gue gak berguna jadi sekertaris lo, maaf gue gak bisa bantu banyak, bahkan buat proposal aja gue gak bisa. Harusnya gue sadar dari dulu kalo gue gak seberguna itu, gue bisa ngundurin diri dari dulu kalau tau. Gue-"
"Jangan cuma bisa menyesali apa yang udah terjadi, jadikan motivasi buat memperbaiki diri" potong Deon dan kalimat yang dia ucapkan membuat Azkia meneteskan air mata. Kenapa dia jahat sekali selalu menggibah tentang Deon bersama temannya?
"Hiks huaaaa Deon kenapa lo baik banget huaaa"
"AZKIA !lo berisik ! Bisa diem gak? Cengeng banget dah"
Tanpa menunggu lama lagi, Azkia menghentikan tangisannya. Dia berjanji akan memperbaiki diri dan membantu Deon.
"Deon gue gak mau pulang"
"Apa ?" Tanya Deon heran.
"Gue gak mau pulang sebelum gue bisa bikin proposal yang bener"
"Gausah maksain, tubuh lo terlalu lemah buat jadi sok kuat" ucap Deon membuat Azkia cemberut.
"Plisss....kalo gue gak kuat, gue janji bakalan bilang ke lo dan gue bakalan istirahat"
"Kita gak sedekat itu Azkia, dan gue masih tau betul apa yang selalu menggangu pikiran lo. Gue gak mau dengan gue ngajarain lo jadinya lo kepedean dan bisa aja lo jadi gila terus maksa biar apa yang lo mimpiin itu jadi kenyataan" Deon mendekatkan wajahnya ke arah Azkia sambil memegang dagunya, entah kenapa melihat Azkia yang gugup adalah suatu kesenangan untuknya.
"Deon....gue....gue janji bakalan hapus mimpi itu dari pikiran gue"
"Oh? Lo yakin? Bukannya lo susah buat bedain mana kenyataan sama mimpi?"
"Gue...."
"Gini aja, tiap 2 hari sekali lo ikut gue buat konsul ke saudara gue yang waktu itu. Dan gue juga janji setiap pulang sekolah gue bakalan ngajarin lo gimana cara jadi sekertaris yang baik."
Azkia nampak ragu menimang ucapan yang Deon lontarkan, dia sangat bingung. Azkia tidak gila kenapa dia harus ke psikiater setiap 2 hari sekali? Apa bagi Deon Azkia adalah orang gila yang harus segera di sembuhkan?
"Deon, gue gak se gila itu sampe harus sesering itu buat ke psikiater"
"Gue tau, tapi bukan itu masalahnya. Apa yang lo alamin ini memang gak bahaya kali ini, tapi kalo di biarin bisa aja lo gak bisa di selamatkan"
"Jangan sok tau dengan cara nakutin gue gitu, gue nyesel cerita sama lo"
"Sayangnya gue emang tau tentang hal itu, gue gak pernah omong kosong lo harus inget itu. Gue....gue cuma gak mau liat hal itu untuk kedua kalinya" pandangan Deon lurus ke depan dan tatapan nya terlihat seperti sedang menahan rasa sakit. Azkia bingung apa maksud Deon, kedua kalinya? Memangnya siapa yang pernah mengalami hal itu?
"Siapa yang-"
"Intinya kalo lo mau bisa mahir lo harus nurut apa yang gue bilang"
"Tapi gue gak punya uang sebanyak itu buat ke psikiater terus-terusan. Ya emang sih keluarga gue masih mampu, tapi gue gak mau bebanin mereka untuk kepentingan gue sendiri"
"Kita buat perjanjian atau kesepakatan kalo gitu. Gue biayain lo berobat sampe lo sembuh dan gue bakalan tetep ngajarain lo cara jadi sekertaris bahkan cara jadi sekertaris CEO yang baik. Tapi lo harus janji, lo harus bisa lulus dengan gelar cumlaude dan setelah itu lo harus kirim surat lamaran dan CV ke perusahaan gue. Gimana?"
"Gue...tawaran lo bukannya ngerugiin lo banget ya ? Itu bahkan gaada untungnya sama sekali buat lo"
"Ada, lo gak bakalan tau"
"Oke"
"Deal?" Deon mengulurkan tangannya yang di sambut hangat oleh Azkia.
"DEAL!"
Deon tersenyum tipis sangat tipis bahkan Azkia pun tidak menyadari hal itu.
"Rumah lo dimana?" Tanya Deon.
"Aneh lo, masa pake nanya sih. Kan lo udah sering ke rum-" Azkia mrngetikan ucapannya, dia menyadari dengan secara tidak dia membawa apa yang di mimpi ke dunia nyata.
"Gue bilang juga apa" ucap Deon sambil sekilas menoleh ke arah Azkia
"Maaf....gue...gak tau kenapa bisa gitu" Azkia menunduk sambil berusaha keras untuk berfikir.
"Di sekolah tolong jangan banyak bicara, cukup sama gue aja. Ini demi diri lo sendiri biar orang gak anggep lu halu ataupun gila"
"Hm...iya"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY COLD KETOS IS MY HUSBAND
Genç Kurgu"dan yang disebelah temen mama itu namanya Deon calon suami kamu" Ucap mama dengan senyum tanpa dosanya. "APA ? CALON SUAMI? DIA? GAK SALAH MA ?" penasaran sama cerita selanjutnya, kalo gitu langsung baca ceritanya yuk.