16 : Overthinking

1.4K 147 3
                                    

Felix saat ini tengah merebahkan diri di kasur empuk milik Changbin. Ya, malam ini lelaki manis itu menginap di apartemen milik Changbin selama beberapa hari kedepan hingga pintu rumahnya benar.

Felix menaikkan selimut tebalnya hingga sebatas dagu, pandangannya kosong menatap langit-langit kamar Changbin, sedangkan pikirannya masih kalut dengan kejadian tadi.

Bagaikan kaset kusut, otaknya terus memutar ucapan serta hinaan yang Jihoon lontarkan untuknya. Kembali memutar waktu kala ia menjual dirinya pada lelaki yang kini sudah menjadi kekasihnya.

Lagi-lagi otak Felix bertanya, apakah benar ia serendah itu?

Apakah wajahnya bisa memancing hasrat lelaki?

Namun seketika pikiran itu terpecah begitu telinganya mendengar suara berat Changbin.

"Gue nyuruh lo tidur, bukan ngelamun!"

Felix menatap Changbin sendu, apakah lelaki di hadapannya saat ini benar-benar mencintainya? Ataukah hanya ingin menikmati tubuhnya saja?

Terdengar helaan napas keluar dari hidung Changbin, lelaki bertubuh tegap itu mulai berjalan mendekati Felix.

"Tidur" ucapnya sekali lagi, namun tak ada jawaban ataupun respon dari Felix. Lelaki manis itu hanya diam menatapnya.

"Lo dengerin gue ga sih?"

"Kakak beneran cinta sama aku?" tanya Felix dengan suara yang bergetar.

"Maksud lo apa sih anjing? Mending lo tidur sekarang!"

"Jawab dulu" rengek Felix yang kini sudah merubah posisinya menjadi duduk.

Changbin menghela napas berat, lalu memijat pangkal hidungnya. Sedetik kemudian, lelaki leo itu menatap tajam pada Felix.

"Kalo gue ga cinta sama lo, ngapain gue pacarin?"

"Ya siapa tau kakak cintanya cuma sama tubuh aku doang"

"LEE FELIX!" pekik Changbin, kesabarannya telah habis sekarang. Ia ingin marah pada lelaki manis di hapadannya tapi ia tak bisa lakukan itu ketika melihat kelehan air mata jatuh dari mata indah itu.

"Gausah dibahas lagi bisa ga sih anjing?! Buat apa gue nyuruh orang buat mantau lo kalo gue ga cinta? Buat apa gue cemburu sama Eric kalo gue ga sayang sama lo? Buat apa?"

Setelahnya, Changbin memeluk tubuh mungil Felix, membiarkan si manis untuk menangis dalam pelukannya.

Changbin semakin mengeratkan pelukan itu, seolah-olah tak ingin ada yang mengambil lelaki manis yang ada didekapannya. Tak henti-hentinya Changbin mengecupi surai lembut Felix, mengusapi punggung sempit Felix agar memberinya sedikit ketenangan.

"Maaf..." lirih Felix masih dengan isak tangisnya.

"Maafin aku kak.. Aku cuma kepikiran sama omongan Jihoon"

Changbin menangkup wajah Felix menatap wajah merah si manis lamat-lamat, lalu mengusap air mata itu dengan ibu jarinya.

"Dengerin gue. Gue sayang, gue cinta sama lo, gausah dengerin apa kata Jihoon, itu semua ga bener. Gue udah suka sama lo sejak lo kelas 10 dulu, jauh sebelum foto lo ada di akun mucikari"

"Kakak... kakak suka aku sejak setahun yang lalu?" tanya Felix dan Changbin mengangguk.

"Kenapa kakak ga bilang?"

"Lo itu pinter Lix, sedangkan gue? Gue cuma murid berandalan yang suka berantem, bolos dan pernah tinggal kelas. Beda banget sama lo"

Felix kembali memeluk tubuh kekar Changbin dan menangis dalam pelukannya.

Good Kitten | changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang