25 : Hujan

959 124 34
                                    

Changbin mencekal tangan Felix, membuat si manis menghadapnya. Wajah yang semula tertunduk itu kini menatapnya, bisa ia lihat kalau ada bekas air mata disana. Tapi si manis mencoba menutupinya dengan menampilkan senyum.

Felix melepaskan tangan Changbin yang menggenggam pergelangannya. Berusaha menahan tangis walaupun dadanya kian terasa sesak.

"Kakak kenapa ngejar aku?" tanya si manis lembut, masih dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Maaf"

Felix menggeleng, "Minta maaf untuk apa?"

"Maaf karena gue udah ngelanggar janji"

"Janji?"

"Janji, waktu itu gue pernah janji sama lo buat ga main lagi sama bispak" mendengar penuturan dari yang lebih tua, Felix tersenyum. Ternyata kekasihnya itu masih mengingat dengan jelas janji yang telah ia buat.

"Kalo kakak mau main sama dia gapapa kok" ujar Felix seraya merapihkan helai rambut Changbin yang sedikit berantakan.

Changbin yang mendengar itu membulatkan matanya sempurna. Sedikit terkejut dan tak suka dengan apa yang diucapkan Felix barusan.

"Nggak! Lo kenapa ngebolehin gue? Harusnya lo marah Felix, bukannya ngasih izin gue! Aish bangsat. Lo udah ga sayang sama gue?"

Felix menggeleng cepat, membantah kalimat terakhir yang Changbin ucapkan.

"No... Aku bukan udah ga sayang kakak. Tapi kayaknya kakak lagi pengen banget sampe nyewa bispak?"

"Gue.. Gue cuma pengen mukul orang doang. Makanya gue nyewa dia buat gue siksa" jawab Changbin dengan wajah tertunduk.

Lihatlah, kemana Changbin yang galak dan suka marah-marah itu? Sekarang, Changbin terlihat seperti anak kecil yang sedang dimarahi oleh ibunya. Felix jadi gemas.

"Apapun masalah kakak, kekerasan bukan solusinya"

"Maaf" ucap Changbin yang kesekian kalinya.

"Udah yuk pulang?"

"Akh!" ringis Changbin begitu tangan Felix menggenggam tangannya.

Felix sontak terkejut, ia menatap Changbin bingung seolah meminta penjelasan, ketika melihat luka di tangannya. Luka seperti bekas memukul sesuatu.

"Tangan kakak kenapa? Kok bisa begini?" tanya Felix panik.

"Maaf"

Lagi-lagi hanya permintaan maaf yang Felix dengar.

"Aku ga butuh maaf kakak. Aku cuma mau tau kenapa tangannya bisa begini?" tanya si manis yang sudah emosi.

"Gue tadi abis berantem sama tembok"

"Dasar bego!" celetuk Felix. "Udah ayo pulang ke rumah ku, biar aku obatin lukanya. Lagian jadi orang aneh banget, tembok ga salah apa-apa malah di ajak berantem!"

• • •

Changbin terbangun dari tidurnya nyenyaknya, memandangi langit-langit kamar Felix dengan pandangan kosong. Kepalanya terasa pusing, mungkin karena ia kebanyakan minum semalam.

Tangannya hendak meraih ponsel yang tersimpan apik di atas nakas, namun pandangannya teralihkan pada tangannya yang terbalut oleh kain kasa. Ia menarik kembali tangannya, menatap dengan lamat luka yang sudah diobati oleh kekasihnya itu.

Tanpa ia sadari, senyuman simpul tercetak dengan jelas diwajahnya. Ah kenapa Felix masih berbaik hati padanya? Sedangkan ia saja mencoba melanggar janjinya.

Good Kitten | changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang