34 : Maaf

856 124 8
                                    

Setelah kepulangan Eric, Felix menangis sejadi-jadinya. Hatinya hancur begitu mengetahui kenyataan bahwa ia tengah mengandung. Ia belum siap untuk menjadi orang tua, tapi ia teringat apa kata dokter tadi, berani berbuat harus berani bertanggung jawab.

Dan sekarang, ia sudah tak menyalahkan takdir tentang bayi yang sedang dikandungnya. Ia sudah menerimanya dengan lapang dada. Tapi banyak sekali yang Felix takuti. Ia takut kalau ia tidak bisa menjadi orang tua yang baik untuk anaknya, ia takut kalau anaknya nanti malu mempunyai orang tua sepertinya, ia takut kalau nanti anaknya bertanya tentang keberadaan ayahnya. Ia terlalu takut.

"Maaf ya karena kamu harus lahir dari manusia hina macam aku" ucapnya seraya memeluk perutnya.

"Maafin aku karena pernah punya pemikiran untuk menghilangkan kamu"

"Maaf, karena kamu harus punya orang tua tunggal macam aku"

"Aku memang ga sempurna, tapi syukurnya kamu hadir untuk melengkapi kesempurnaan itu"

"Ayo kita berjuang bareng-bareng! Pipi akan selalu jagain kamu"

Felix sontak terdiam, apa katanya tadi? Pipi?

Nama panggilan macam apa itu? Aneh sekali.

"Haha, pipi ya? Aku sebentar lagi jadi orang tua"

Felix merebahkan dirinya dikasur sambil terus mengusap perutnya yang sedikit agak mengeras itu. Kepalanya terlalu ribut, karena banyak sekali pikiran yang berkecamuk.

Sejak kapan ya janin ini ada didalam perutnya?

"Besok kita ke dokter ya sayang?"

◼◻◼◻◼◻◼◻◼

Felix terbangun dari tidurnya begitu mendengar pintu rumahnya yang diketuk keras, juga namanya yang dipanggil berulang kali.

Felix memegangi kepalanya yang sedikit terasa pusing, lalu berjalan dengan perlahan untuk membukakan pintu.

Begitu pintu ia buka, sebuah pelukan hangat langsung ia dapat dari seorang lelaki yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Dialah Bangchan, lelaki yang selalu membantu dan menjaga Felix layaknya saudara.

Lelehan air mata itu kini keluar lagi dari pelupuk mata Felix. Felix hanya bisa tersenyum seraya menepuk pelan punggung Chan.

Ia melihat satu persatu orang yang ada di belakang Chan, ada Seungmin, Jisung, Jeongin, Hyunjin dan Minho. Mereka semua datang ke rumah Felix dengan berbagai macam kantung plastik bawaannya yang Felix sendiri pun tak tau apa isinya.

Pelukan mereka terlepas, dan Chan segera menghapus air mata yang mengalir di pipi Felix.

"Lo gapapa? Ada yang sakit ga? Kalo ada apa-apa kasih tau gue ya? Telfon gue, atau nggak yang lain, oke? Lo ga sendiri Lix, ada kita yang akan selalu membantu lo. Jangan pernah merasa sendiri ya?"

Lagi-lagi Felix menampilkan senyuman manisnya, kedua tangan Felix terangkat, memegang kedua lengan Chan yang berotot itu.

"Iya kak Chan. Lo ga perlu khawatir, gue baik-baik aja kok"

"No, jangan bohongi diri sendiri Felix, gue tau lo lagi rapuh. Kalo lo butuh tempat bersandar, gue bakal pinjemin bahu gue. Tenang aja, Seungmin ga akan marah kok. Kalo lo butuh tempat cerita, gue bakal siap dengerin semua cerita lo. Apapun itu gue bakal bantu lo"

"Iya.. Makasih ya kak Chan, eh iya, ayo masuk" ajak Felix yang membuka pintu rumahnya lebar-lebar.

"Lix, ini gue beliin cemilan. Kali aja lo pengen ngemil tengah malem" ucap Seungmin seraya menyodorkan dua buah kantung plastik yang berisikan makanan ringan.

"Kalo gue beliin lo susu hamil Lix, di minum ya? Biar si dedek kuat kayak-- eh nanti lo mau dipanggil apa deh sama dedeknya?" tanya Jisung

"Pipi!!" jawab Felix antusias.

"Pipi?"

"Iya, aneh ya?"

"Enggak aneh! Bagus kok. Pokoknya lo harus minum susu ini ya setiap hari biar si dedek kuat kayak Pipi nya! Gue bawa ke dalem ya?" ucap Jisung yang langsung menerobos masuk kedalam rumah Felix.

"Kalo gue bawa buah Lix hehe, gue ga tau sih lo suka nya buah apa, jadi gue beliin semua. Di makan yaa"

"Makasih Jeje"

Felix tak berhenti menampilkan senyumnya. Entahlah, dunia memang sebercanda itu dengannya. Etelah tadi ia menangis karena mengetahui fakta bahwa ia hamil. Sekarang ia bahagia karena ternyata masih banyak orang yang dayang dengannya dan juga buah hatinya.

Hati Felix menghangat. Ia menatap sekumpulan manusia yang tengah berkumpul didalam rumahnya itu. Kehadiran mereka, membuat Felix lupa akan sedihnya.

◻◼◻◼◻◼◻◼

"Jadi, siapa ayahnya?" tanya Chan datar.

Felix yang ditanya begitu hanya menunduk dalam seraya memilin ujung pakaiannya. Sungguh, Chan yang sedang seperti ini sangat menakutkan baginya.

"Lix?" panggil Chan.

"Lo nanya nya biasa aja dong. Kasian nih, anak orang ketakutan!" picik Seungmin seraya memukul lengan Chan.

"Aku penasaran Min.. Jadi, siapa Lix?" tanya Chan kali ini dengan nada yang lembut.

Dengan takut-takut, Felix menatap wajah Chan sebelum menjawab.

"K-kak.. C-changbin"

"Anjing!"

"Tapi Felix mohon.. Tolong jangan kasih tau dia tentang hal ini, biar dia hidup bahagia sama tunangannya. Dan biarin dia menjalani kehidupannya dengan normal" ucap Felix seraya berlutut, memohon pada semua orang yang ada disitu agar mengabulkan permintaannya.

"Bangun Lix!" pinta Seungmin, dan Felix pun menurut.

"Ga bisa gitu Lix! Masa lo ngebiarin dia hidup bahagia sedangkan lo kesusahan disini?" timpal Minho.

"Bener kata Minho, walaupun Changbin temen gue, tapi gue ga bisa ngebiarin dia hidup tenang apalagi bahagia!" sahut Hyunjin.

"Tolong.. Tolong kabulin permintaan gue yang satu ini, gue cuma mau hidup berdua sama anak gue"

Setelah lama berpikir, akhirnga semua orang yang ada disitu menyetujui permintaan Felix. Namun, dengan satu syarat, Felix harus mengabari mereka jika butuh sesuatu. Dan Felix langsung meng-iyakan hal itu.

"Terus, sekolah lo gimana Lix?" tanya Jisung.

"Gue kayaknya mau home schooling aja, tanggung udah kelas 12.  Terus ujiannya ambil paket C. Dan mungkin juga, gue bakal tetep lanjut jualan cookies sama brownies" jelas Felix.

"Lo gila? Sekarang lo itu lagi hamil Felix, masa lo masih jualan? Yang ada lo kecapekan nanti!"

"Karena gue lagi hamil makanya gue harus tetep jualan Min. Gue harus ngumpulin uang buat biaya persalinan nanti. Dan lagi, gue juga harus beli perlengkapan dedek nanti"

"Gue bisa bayarin dan beliin itu!"

"Gue ga mau ngerepotin lo semua! Udah cukup selama ini gue ngerepotin kalian. Sekarang, gue mau mandiri. Tolong ngertiin gue"

"Terserah lo deh!"

• t b c •

Good Kitten | changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang