2

1.5K 242 5
                                    

Tubuhnya terasa pegal, dan kepalanya begitu berat dan pusing,

Doyoung mencoba untuk membuka matanya, ia tidak bodoh jika tadi ia habis pingsan, setelah melihat sesosok hantu di apartemennya yang mahal.

Matanya mengerjap mencoba untuk membiasakan cahaya yang masuk ke dalam netranya.

Dahinya mengerut saat melihat bayangan manusia yang berada tepat di depan wajahnya.

Saat pandangannya mulai terasa jelas, lagi-lagi Doyoung rasanya ingin mati, saat melihat sosok 'itu' sedang berjongkok di sampingnya, dan wajahnya di condongkan kearah wajahnya.

"Kamu... Gak papa?" Tanya sosok itu.

"AAAAAA SIAPA?!? LO SIAPA?!?" Doyoung bangkit dari posisinya yang masih di lantai dapur apartemennya ternyata.

Ia melihat kearah tangan laki-laki yang dihadapannya yang masih menatapnya dengan tatapan bingung.

"Eh, a- aku... Temanmu!" Ucap laki-laki itu yang tiba-tiba saja mengulurkan tangannya meminta agar Doyoung menjabat tangannya.

Doyoung menatap takut tangan pucat pria itu,

"LO SETAN?!" Teriaknya, ia masih takut dan syok dengan apa yang terjadi,

Kejadiannya berjalan begitu cepat.

"Bukan! Di bilang setan juga aku belum mati." Ujarnya dengan raut wajah yang sedih.

Doyoung menatap lawan bicaranya dengan ragu,

Air mukanya nampak muram.

"S- siapa nama lo?" Akhirnya ia mulai memberanikan diri untuk bertanya lebih dulu.

Sang lawan bicara, mengembangkan senyum manis, yang benar-benar “Manis”.

"Y-E-D-A-M! Yedam! Bang Yedam!" Ucapnya riang sambil mengulurkan tangannya kembali.

Doyoung mencoba untuk membalas uluran tangan si 'Yedam'. Tangannya menembus angin, ia bahkan melupakan fakta bahwa pria di hadapannya ini adalah hantu.

Yedam mendesah panjang,

"Benar, aku masih menjadi arwah...." Ujarnya sendu.

"Eh, j- jangan sedih, by the way lo masih sekolah?" Tanya Doyoung lagi,

Pria itu mengangguk kecil,

"Ya! Aku baru lulus SMA tahun ini," Jawabnya dengan riang.

Bahkan Doyoung melupakan rasa takutnya pada laki-laki di hadapannya itu.

"Terus lo kenapa bisa di sini?" Doyoung mulai membenarkan posisi duduknya dengan nyaman,

Yedam mengetuk dagunya tanda berpikir,

"Um, aku ngikutin kamu... Soalnya tadi aku lagi jalan-jalan di sekitar Rumah Sakit, terus ketemu kamu, jadi aku ikutin deh." Ceritanya pada Doyoung, tatapannya penuh dengan semangat, ia sangat gemas dalam ukuran arwah orang koma.

"Terus-" Doyoung menghentikan acara pertanyaannya saat pemuda itu menaruh telunjuk mungilnya di depan bibirnya seperti membuat gesture diam.

"Ssstttt kamu banyak tanya," Ucapnya sambil menatapnya tajam.

Sekarang mereka berdua sedang duduk di sofa ruang tamu apartemen milik dokter Kim itu.

Aneh sekali saat ia melihat Yedam yang bisa duduk dengan nyaman di sofa padahal tadi ia tidak bisa bersentuhan dengan tangannya.

"Jadi... Lo gak pulang?" Tanya Doyoung menatap kearah pemuda yang duduk di sampingnya itu.

Yedam menggelengkan kepalanya,

"Gak mau, di Rumah Sakit terus aku bosan!" Jawabnya sambil melipat kedua tangannya di dada,

Gemasnya!

"Terus lo mau bareng gue terus disini?" Tanya Doyoung lagi.

Yedam mengangguk antusias,

"Boleh???" Tanyanya senang,

"Nggak!" Jawaban telak itu membuat Yedam kembali murung.

"Kenapa? Aku mau sama pak Dokter." Ujarnya lesu.

"Gue gak setua itu buat lo panggil pak, Yedam." Jawabnya kesal,

"Tapi kamu dokter," Ucapnya polos.

Doyoung menghela nafasnya.

"Lo gak bisa tinggal di sini, Yedam. Ini apartemen gue, lo tempatnya di Rumah Sakit!" Doyoung sedikit menaikkan suaranya pada Yedam.

"Gak mau, bosan tau!" Yedam masih kekeuh dengan permintaannya, bahkan ia sekarang sedang memeluk erat boneka kelinci yang tidak tahu darimana asalnya.

"Yedam...." Oh ayolah, siapa juga yang mau satu rumah dengan arwah? Arwah orang koma sekalipun.

Bahu pemuda itu merosot, ia mengangguk lesu.

"Baiklah, aku akan tinggal di Rumah Sakit," Ucapnya sendu, lalu mulai beranjak dari sofa tempat ia duduk, namun boneka kelinci itu masih setia ia peluk.

Doyoung menghela nafas berat,

"Yaudah lo bisa tinggal di sini sementara!" Kasihan juga pikirnya.

Yedam menoleh kearahnya dengan tatapan berbinar.

"Benarkah??? Aku di bolehkan tidur di sini? Aaaaaa terimakasih pak Dokter!" Soraknya bahagia.

Huh, setelah ini ia akan semakin di sibukkan oleh dua faktor,

Pasien-pasiennya dan,



















Arwah mungil satu ini

Thanks for reading y'all<3

Ghost? || DODAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang