6

1.1K 185 13
                                    

Doyoung menggeliat kala ia merasakan ada sepasang mata memantaunya yang tengah tertidur.

Ia mengubah posisi tidurnya ke kiri, namun ia merasa semakin di perhatikan, matanya dengan tak rela perlahan-lahan terbuka, membiasakan cahaya yang masuk ke dalam kedua netranya.

Betapa terkejutnya ia saat melihat wajah seorang laki-laki yang sedang menatapnya dengan dagu yang bertumpu pada pinggir kasurnya.

Tubuhnya yang semula masih seratus persen tiduran sekarang sudah tertuduk secara paksa karena ulah pemuda laki-laki itu.

Doyoung menutup mata nya kesal dengan kedua tangannya yang naik untuk mengurut pangkal kepalanya, mengurangi rasa pusing karena bangun secara tiba-tiba. Jujur saja bahwa Doyoung memiliki riwayat darah rendah, yah bukan karena ia seorang Dokter maka ia tidak boleh sakit.

"Selamat pagi kak Dobby! Kak Dobby sakit?" Tanya sang pelaku utama yang membuat Doyoung sakit kepala pada pagi hari.

Doyoung menoleh kearah pemuda itu, dan menatapnya tajam.

"Ngapain lo kesini sih?! Kan udah gue bilang jangan masuk kamar gue! Lo tuli?!?" Bentaknya pada yang lebih muda.

Yedam tersentak atas tindakan tiba-tiba seorang Kim Doyoung, matanya yang tadi penuh dengan binar sekarang menatapnya dengan sendu, entah mengapa hati Doyoung tercubit saat melihat tatapan itu, ia rasa ia telah melakukan hal yang salah.

Doyoung menarik nafasnya dalam, lalu membuangnya perlahan, ia tidak boleh emosi di pagi hari.

"Ngapain lo kesini?" Tanyanya, kali ini tidak ada tekanan ataupun nada tinggi pada suara Doyoung,

Yedam menggeleng pelan lalu tersenyum tipis padanya, ah sepertinya ia merasa sedih sekarang.

"Eum, aku tadi cuman mau ngajakin kak Dobby ke Rumah Sakit... Tapi kalo kak Dobby masih mau tidur lagi gak papa kok, maaf yaa kalo aku ganggu tidur kakak, mungkin tadi aku terlalu semangat pengen ketemu Jeje lagi sampe lupa pesan kak Dobby kalau aku gak boleh masuk ke dalam kamar kak Dobby," Jelasnya lalu bangun dari posisi duduknya menjadi berdiri.

Saat ingin keluar kamar Doyoung dengan menembus dinding, suara serak Doyoung menginterupsi pergerakan Yedam.

"Tunggu di ruang tamu, jangan masuk kamar gue lagi tanpa seizin gue," Ujarnya mutlak, Yedam membalikkan tubuhnya lalu memberikan pose hormat kepada yang lebih tua,

"Siap bos!" Ucapnya lalu pergi menghilang di telan dinding kamar apartemen milik Doyoung.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mereka berdua sudah berada di dalam mobil Doyoung, entah perasaan Doyoung saja atau tidak, Yedam lebih sunyi dari biasanya.

Ia hanya menatap keluar jendela mobil, sesekali bergerak hanya untuk membenarkan posisi duduknya.

"Tumben lo diem?" Tanya Doyoung, masa bodo lah dengan rasa gengsinya, rasa penasarannya sekarang lebih tinggi dari rasa gengsinya.

Yang lebih muda menolehkan ke arah yang lebih tua.

Yedam memiringkan kepalanya bingung, "Kan semalam kak Dobby bilang sendiri kalo aku gak boleh berisik," Jawabnya dengan tatapan polos.

Oke, sekarang Doyoung harus belajar untuk memendam rasa ingin tahunya itu.

Ia butuh sebuah kafein untuk meredakan rasa stresnya, bahkan rasa stres nya hari ini lebih mengalahi rasa stresnya saat hari pertama bertemu dengan sosok pendek dihadapannya itu.

Yedam menatap kawasan kedai kopi yang dihampiri oleh mobil mewah milik Kim Doyoung itu, "Kak Dobby suka kopi?" Tanya Yedam yang di tanya hanya menjawab dengan deheman,

Ghost? || DODAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang