8

1K 180 10
                                    

Mereka berdua sudah berada di dalam mobil Doyoung, untuk menuju arah kediaman tuan muda Kim itu.

Sedari tadi Yedam hanya bisa diam, menatap sibuknya jalanan walau di malam hari, cahaya lampu dari gedung-gedung pencakar langit, serta bintang-bintang seakan sedang melakukan unjuk pesona siapa yang lebih terang di malam hari.

Doyoung hanya bisa melirik ke arahnya dari ekor mata miliknya. Entah mengapa rasanya ada yang kurang tanpa celotehan pria disampingnya itu, bahkan sejujurnya hatinya sedikit tersentil melihat sosok riang itu menjadi sosok menyedihkan seperti siang tadi.

Apa ada masalah di Rumah Sakit tadi? Padahal tadi saat mereka berdua sedang berangkat ke Rumah Sakit pemuda Bang itu masih bisa merajuk dan menampilkan ekspresi-ekspresi lucunya, namun hanya dalam hitungan beberapa jam, pria yang tadi ia usili sudah menangis seperti tadi siang, dan itu adalah sisi yang pertama kali ia lihat di dalam diri pria mungil itu.

Doyoung mengerutkan alisnya, apa itu ada hubungannya dengan pria yang tadi pagi berteriak-teriak di Rumah Sakit? Hah, kepalanya seakan-akan ingin pecah memikirkan masalah yang datang bersamaan, tapi mengapa Doyoung repot-repot memikirkan masalah yang dihadapi oleh hantu orang koma di sampingnya ini?

Entahlah biar Doyoung dan otaknya yang bekerja sekarang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Lo mau ke Rumah Sakit?" Tawar Doyoung yang sedang merapikan kerah kemejanya di cermin ruang tamu, yang lebih muda menggeleng kecil sambil tersenyum seadanya.

"Nggak kak, aku disini aja sama Dobby," Jawabnya, jujur Doyoung untuk sekedar bertanya hal apa yang terjadi kemarin hingga Yedam bisa seperti ini saja tidak berani, sedekat apa hubungan mereka berdua sampai dengan lancang Doyoung menanyakan hal yang mungkin sensitif kepada pemuda itu,

Doyoung hanya bisa mengangguk mengerti, dan pergi meninggalkan nya di apartemen sendiri,  mungkin pria itu butuh waktu untuk menyendiri.

Doyoung sudah sampai di Rumah Sakit, raut wajahnya sangat datar, dapat dirasakan bahwa pria itu sedang mode tidak ada yang boleh mengganggunya, apalagi saat ia melihat sosok yang tidak ingin ia lihat untuk seumur hidupnya.

Pria keparat yang dengan tidak tahu dirinya selalu mengambil apapun yang ia punya, pria yang selalu mengecapnya sebagai rival abadinya. Pria yang selalu ingin mengalahkan semua pencapaian yang telah ia dapatkan.

Mengapa ia harus bekerja di Rumah Sakit yang sama dengan bajingan satu ini. Ia sudah sangat muak karena dari semasa ia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas hingga kuliah pun ia selalu satu kelas dengannya, bahkan Haruto yang notabene-nya adalah sahabatnya sendiri saja selalu memiliki kelas yang berbeda dengannya.

"Selamat pagi Dokter Kim, kita bertemu lagi, bukankah itu dinamakan takdir?" Pria itu mengulurkan tangannya ke arah Doyoung, senyum remeh terpancar dari wajah angkuhnya.

Doyoung dengan enggan membalas jabatan tangan pria itu, "Jangan berimajinasi, Dokter Kai Heuning, dan sikap profesional lah," Bisik Doyoung yang sengaja mendekatkan wajahnya pada telinga milik pria blasteran itu.

Kai Heuning atau kerap dipanggil Heuningkai mendengus dengan ucapan pria Kim itu, tangannya mencekal tangan kekar milik anak direktur utama Rumah Sakit tempat ia bekerja, matanya menatap berapi pria itu.

"Gue udah kembali, jadi siap-siap aja gue berada di tingkat teratas dari lo." Ancamnya sambil mendorong dada bidang Doyoung dengan jari telunjuknya.

Doyoung terkekeh remeh melihat tingkah kekanak-kanakan pria dihadapannya itu, bahkan sifat kekanak-kanakan nya tidak ada kesan menggemaskan seperti hantu kecil yang bersamanya belakangan ini.

Ghost? || DODAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang