3

1.5K 218 12
                                    

Pagi ini mood Doyoung sedang dalam keadaan tidak baik.

Ia baru sadar betapa bodohnya ia memperbolehkan sesosok arwah remaja untuk tinggal bersamanya dalam sementara waktu,

Tadi saat ia mencoba untuk tidur, namun ada saja tingkah anak itu untuk mengganggunya.

Memang Doyoung menyuruh hantu itu untuk tinggal di apartemen nya sementara waktu, namun tidak untuk tertidur bersamanya di kamar yang sama.

Awalnya pun masih baik-baik saja, sampai hantu bertubuh mungil itu memanggil-manggil namanya dari luar kamarnya,

Doyoung membuka pintu kamarnya dan nampak anak itu menatapnya dengan tatapan polos dan menampilkan cengiran bodoh yang bukannya terlihat menyebalkan melainkan menggemaskan,

"Hai," Anak itu melambaikan tangannya kepada Doyoung,

"Apa?" Ketusnya,

Pemuda itu menggaruk tengkuknya canggung, "Eum... Hantu itu... Bisa tidur atau tidak?" Mulut Doyoung menganga, tidak habis pikir dengan jalan pikir anak muda di depannya itu.

"Lo kesini cuman mau nanya ini doang?" Yedam mengangguk pelan sambil tersenyum canggung,

Doyoung menghela nafasnya berat, bahkan belum genap satu hari ia bertemu dengan arwah remaja ini, namun anak ini sudah menguji kesabarannya.

"Gue bukan setan, jadi gue gak tau," ujarnya dingin,

"Terus aku harus ngapain?" Tanya nya lagi, sambil menunduk sendu,

"Ya ngapain kek, lo kan masih bisa jalan walau tubuh lo jadi arwah, astaga," Benar-benar emosinya sedang dipertaruhkan oleh pria mungil di hadapannya itu,

"Ish tau ah pak Dokter nyebelin!" Ujar Yedam final, lalu menghilang begitu saja di hadapan Doyoung, dengan bibirnya yang di tekuk.

Kalau saja laki-laki yang merajuk padanya adalah manusia, sudah dipastikan ia sudah ditendang oleh Doyoung, beruntung saja ia sedang tidak di dalam satu alam dengan Doyoung.
.
.
.
.
.
.
Dan disini lah ia sekarang, dengan wajah tertekuk, dan dengan secangkir kopi yang baru ia beli di kantin Rumah Sakit.

"Buset masih pagi udah lempeng aja tuh muka, kenapa lagi kali ini? Keran air lo bocor?" Sudah dapat ditebak bahwa itu adalah teman yang sudah menemaninya dari nol, Haruto.

Doyoung dari SMA sudah memilih untuk tinggal sendiri dan memulai semuanya benar-benar dari nol tanpa campur tangan orang tua ataupun kakaknya, dan hanya Haruto lah yang menjadi teman sekaligus support system nya sejak masa SMA.

Jadi jika ada yang mengatakan bahwa Doyoung sukses saat ini karena koneksi ayah dan ibunya, maka orang itu adalah sekelompok manusia-manusia yang iri atas kesuksesan seorang anak bungsu dari  keluarga Kim.

"Kenapa sih bro, kasih tau aja sini sama gue, gue kan guardian angel lo." Haruto merangkul bahu Doyoung, sambil menaik-turunkan kedua alisnya menggoda sang lawan bicara,

Doyoung mendelik jengah, selalu saja manusia bertubuh jangkung ini menggodanya,

"Najis," Doyoung menepis tangan Haruto yang merangkulnya, lalu pergi meninggalkan Haruto yang sudah meminum kopi Doyoung yang sudah berada di tangannya entah sejak kapan.
.
.
.
.
Entah ini sudah yang keberapa kali ia menghela nafas nya, bahkan Jihoon, rekan satu timnya pun sudah merasa kesal dengan helaan nafas yang ia lakukan terus menerus.

"Lo kenapa sih?! Capek gue liat lo bengong-bengong kaya orang bego," Kesalnya, kalau saja ini bukan di Rumah Sakit, bisa dipastikan mantan seniornya waktu semasa kuliah ini sudah menyiramnya dengan air, karena takut ia kerasukan.

Ghost? || DODAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang