1

2.3K 261 7
                                    

Hari Minggu memang adalah saat yang ideal untuk orang-orang hanya sekedar bermalas-malasan di tempat tidurnya.

Siapa juga yang mau melakukan aktivitas fisik berlebihan di hari libur seperti ini?

Tentu ada,

Kim Doyoung namanya, dokter ahli bedah yang terbilang cukup muda di usianya yang ke-25.

Ayahnya adalah seorang Direktur Utama Rumah Sakit yang ia tempati, dan ibunya adalah dokter spesialis senior di Rumah Sakit yang sama. Walau begitu orang tua Doyoung tidak pernah turun tangan karena ia menjadi seperti ini. Karena kepandaiannya lah yang membawanya ke jalan yang cerah ini.

Namun tentu saja tidak sedikit yang memandang jabatan yang ia dapatkan adalah karena orang tua nya yang berpengaruh besar di Rumah Sakit ini.

Pagi-pagi seperti ini, ia bahkan sudah berada di dalam mobil di parkiran Rumah Sakit milik ayahnya itu. Ada beberapa pasien yang harus ia urus.

"Hah, bisakah orang-orang tidak mengalami kecelakaan di hari libur? Oh ayolah, hari ini hari libur, mengapa kecelakaan juga tidak bisa libur?" Monolognya, sambil melirik ke arah jam tangannya yang tidak murah itu.

Menjadi seorang Dokter Bedah adalah mimpinya, dari dulu ia sangat kagum melihat kedua orangtuanya yang bekerja dalam bidang ini.

Bukankah keluarganya sangat hebat? Dengan, Ayah seorang Direktur Utama Rumah Sakit terbesar di pusat kota, Ibu seorang Dokter Spesialis jantung yang sudah mendapatkan gelar profesor, dan sang Kakak yang menjadi seorang psikolog ternama, dan tentu dirinya yang telah menjadi Dokter Ahli Bedah muda yang berprestasi.

Namun apabila soal mimpi, apa tidak bisa ia menggerutu seperti sekarang ini?

Tentu bisa! Tidak ada yang tidak bisa!

Ia menghela nafas sebentar, lalu dengan segera ia keluar dari mobil bermerek Tesla338 itu.

Huh, bahkan ia baru bisa tertidur pukul 3 pagi tadi, namun dengan kurang ajar nya kawan seperjuangannya, Watanabe Haruto, seorang Dokter Ahli Bedah, sama seperti dirinya, menelefonnya di pukul 5 dini hari tadi, karena panggilan ada pasien kecelakaan pada pukul 04.43, dan sudah ditangani oleh kawannya itu tadi. Namun pria itu masih membutuhkan bantuan darinya untuk menangani pasien itu.

Ia dengan kaki panjangnya mengambil langkah besar untuk masuk ke dalam Rumah Sakit.

Walau sudah 1,5 tahun bekerja di sini, namun tetap saja seluruh atensi selalu terpusat padanya jika ia sudah masuk daerah kawasan Rumah Sakit.

Dengan kemeja merah maroon dengan lengan kemejanya yang sengaja ia lipat sebatas siku, serta jam tangan pintar yang mewah bertengger manis di tangan kanannya. Tentu siapa yang tidak terpesona dengan ketampanan seorang Kim Doyoung.

"Lo telat!" Ujar pria bertubuh jangkung, dengan jas putih yang sudah terpasang sempurna di tubuh bongsor nya serta stetoskop yang bertengger di lehernya.

"Lo pikir gue gak perlu mandi? Lo udah ngurus pasiennya sendiri, jangan manja!" Sarkas nya sambil memencet tombol absensi, dan menggunakan hand sanitizer.

"Lo jabatannya lebih tinggi dari gue sir!" Ujarnya, sudah biasa bagi Doyoung melihat pria berkelebihan kalsium itu, selalu menggerutu jika ia telah mengerjakan tugas di luar jadwalnya, tetapi tetap ia kerjakan juga dengan cepat.

"Ya terus? Berisik To, awas minggir mana data pasien lo!" Sekarang jubah putih khas kedokteran nya telah terpasang sempurna pada tubuh atletisnya.

Haruto segera memberi papan berisi kertas-kertas data pasien yang baru ia tangani beberapa jam yang lalu.

Doyoung membacanya dengan teliti, dari awal hingga halaman-halaman berikutnya hingga terakhir.

‘Park Jeongwoo, 19 tahun
Iksan, South Korea;

Pembengkakan pembuluh arteri.’

Doyoung mengangguk paham.

"Noh pasien lo kemaren, tadi Wonyoung ke ruangannya, detak jantungnya turun jadi 50/menit," Ucap Haruto sambil menaruh kedua tangannya ke kantung jas miliknya.

"Lah turun?" Haruto mengangguk.

"Cek sono!" Ujar Haruto, Doyoung mengangguk dan pergi meninggalkan Haruto yang menatap tubuhnya yang semakin lama semakin menghilang ditelan jarak.
.
.
.
.
.
.
.

Doyoung menyalakan lampu apartemennya.

Ya, sekarang ia sudah sampai di apartemen nya. Cukup melelahkan baginya mengurus pasien-pasien dari pagi-pagi sekali hingga pukul 9 malam seperti ini.

Ia sudah tidak ada niat untuk sekedar makan malam, di pikirannya sekarang adalah mandi dengan air hangat lalu pergi ke dunia mimpi.

03:00 AM.

Sangking lelahnya benar saja, bahkan yang sebelumnya ia selalu tidur di pukul dua belas malam keatas, sekarang pada pukul sepuluh kurang saja Doyoung sudah terlelap.

Pada pukul 3 subuh ia tiba-tiba merasa sangat haus, jujur ia sangat malas untuk meladeni rasa hausnya di setiap pagi-pagi buta seperti ini.

Namun pagi ini ia benar-benar tidak bisa menahan rasa hausnya, jadi dengan malas ia turun dari tempat tidurnya.

Dengan mata yang masih sepat ia menuju dapur yang berada di lantai bawah.

Alisnya mengkerut saat melihat dapurnya yang menyala, apa ia sebelumnya menyalakan dapur? Tapi dia bahkan tidak pergi ke dapur sama sekali.

Ia mengedikan bahunya acuh, mungkin ia lupa.

Segera ia membuka kulkas untuk mengambil air putih dingin didalamnya. Namun saat ia meneguk air dinginnya, sekelebat bayangan hitam lewat di sampingnya, dengan cepat ia menoleh ke samping, namun nihil tak ada apapun di sekitarnya.

Pacuan jantungnya semakin mengencang, di pikirannya sekarang adalah cepat-cepat kabur dan tertidur hingga besok pagi.

Namun belum sempat ia melarikan diri tiba-tiba saja lampu apartemennya padam. Jantungnya serasa berhenti sekarang.

Lampunya padam tidak bertahan lama, dalam satu menit lampu itu nyala kembali.

Namun bukannya merasa lega saat lampu menyala tapi sekarang rasanya ia akan pingsan.

Di depannya terdapat seorang laki-laki dengan sweater berwarna merah muda dengan list kuning berdiri di depan nya.

Wajahnya yang pucat, dan tatapan mata yang kosong menatap kearahnya, tiba-tiba saja hujan turun sangat deras disertai dengan petir-petir yang saling bersautan.

Tubuh Doyoung terasa beku, mulutnya serasa kelu bahkan untuk sekedar mengeluarkan suara pun tidak mampu, nafasnya seketika tercekat, saat menatap sosok pucat di hadapannya. Dan saat itu juga tubuhnya ambruk menyapa lantai apartemennya yang dingin.




Next/not?

Ghost? || DODAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang