Yedam memandang tidak percaya pada sang sahabat. Merasuki tubuh pasien yang baru operasi katanya? Dan alasan nya karena dia ingin bertemu dengan dirinya? Gila.
Dulu mengapa ia menerima ajakan Jeongwoo untuk berteman dengannya? Dulu saat di dalam kandungan apa yang diidamkan oleh ibunya sampai-sampai melahirkan anak sepertinya?
Jeongwoo yang sedari tadi menceritakan kejadian kemarin hanya tertawa kencang saat mengingat wajah bingung Dokter yang menampung sahabat kecilnya ini.
"Sekarang lo yang harus cerita!" Jeongwoo yang tadi tertawa sampai tersedak ludahnya sendiri seketika memasang wajah sok serius, dengan mata yang dipicingkan, Yedam yang memang dasarnya polos hanya bisa gelagapan melihat ekspresi wajah sahabatnya itu padahal dari kata serius, kata yang lebih cocok menggambarkan ekspresi Jeongwoo sekarang adalah ekspresi orang yang sedang mengalami sembelit.
"C- cerita apa?" Mereka berdua sedang duduk tenang dengan kedua kaki bersila diatas sofa pojok ruang inap, omong-omong.
"Ya ceritain gimana lo bisa tinggal sama Dokter itu?" Jeongwoo masih berlagak sok serius, bahkan sekarang kedua tangannya dilipat di depan dadanya.
"Yaa waktu itu aku cuman ngerasa bosan di Rumah Sakit, terus aku liat kak Dobby mau pulang jadi aku ikutin deh," Jawab Yedam dengan tatapannya yang lugu, jika saja Jeongwoo melupakan statusnya sebagai sahabat Yedam satu-satunya, maka bisa-bisa pemuda bermarga Park ini menerkam pemuda di hadapannya itu.
"Tunggu deh, kak Dobby? LO SAMPE BUAT NAMA PANGGILAN KE DIA?!" Sebut saja Jeongwoo berlebihan ia sampai menangkup kedua pipi Yedam dengan kedua tangannya, sehingga bibir yang lebih mungil nampak maju karena terhimpit oleh pipi yang di tekan oleh telapak tangan besar milik sahabatnya.
"Lwepwaswin Jejwe akwu gak bwiswa napwas," Bukannya melepaskan tangkupan tangannya pada pipi sahabatnya Jeongwoo malah membawa kepala Yedam ke kanan dan ke kiri dengan kedua tangannya.
"Ulululu gemes banget aaaaaa mama," Pekik Jeongwoo dengan tangan usilnya yang sekarang berubah mengunyel-unyel pipi milik pemuda Bang itu. Karena merasa gemas Jeongwoo melupakan fakta bahwa ia ingin menghukum sahabat kecilnya itu.
Yedam yang merasa kesal pipinya di mainkan akhirnya ia berniat membalas perlakuan sahabatnya itu, kedua tangan mungilnya mulai bergerak ikut mengunyel-unyel pipi milik Jeongwoo. Mereka berdua hanya bisa tertawa lepas dengan apa yang sedang mereka lakukan bersama.
Lihat saja, karena kegemasan kedua anak adam itu bahkan mereka tidak sadar ada beberapa arwah manusia koma yang sama seperti mereka sedang menahan pekikan mereka karena merasa gemas.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Jadi lo tinggal sama tuh hantu udah hampir seminggu? LAMA AMAT BANG, BETAH LU TINGGAL SAMA TUH HANTU?!" Teriak Haruto, Demi Tuhan bisakah pria dihadapannya ini musnah saja? Apa tidak bisa sehari saja ia tidak berteriak-teriak? Doyoung mengerti suara pria itu rendah bahkan serendah Palung Mariana, namun bisakah ia berbicara dengan suara biasanya itu? Oh ayolah Doyoung tidak tuli sehingga tidak dapat mendengar dengan jelas suara sahabatnya ini.
"Lo bisa gak sih, gak teriak-teriak? Gue gak budeg To," Doyoung menatap Haruto sinis, yang ditatap hanya bisa terkekeh bodoh.
"Yee maaf bos," Cengir nya lalu ia melanjutkan kegiatannya untuk memakan makanan yang sudah ia beli beberapa menit yang lalu.
Sekarang sedang waktunya makan siang, dan keadaan kantin Rumah Sakit cukup ramai. Sehingga mata Doyoung tidak sengaja menangkap sosok yang ia benci, hancur sudah moodnya untuk makan siang dengan hikmat. Bagai disambar petir tiba-tiba saja pria brengsek itu berjalan menghampirinya dengan seseorang yang benar-benar membuatnya emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost? || DODAM
FanfictionBagaimana jika ternyata saat kalian pulang ke rumah ada arwah yang mengikuti kalian pulang? Warn! BxB content Dodam Do! Top Dam! Sub Age switch If you are homophobic, get out of this book