PROLOG

464 41 125
                                    

🌸 Happy Reading 🌸

.
.
.

Hamparan jumantara berteman gumpalan awan putih, berpadu dengan hangatnya cahaya mentari menjadi awal pagi bagi para mahasiswa di Glory University. Derap kaki yang tak beraturan pun terdengar di beberapa sisi yang ditapaki banyak orang. Dan kini, beberapa mahasiswa tengah berkumpul di sebuah tempat untuk mengambil nomor kamar.

Lebih tepatnya, mereka sedang mengantri untuk mengambil nomor kamar di asrama yang disediakan oleh pihak kampus. Hal ini tidak diwajibkan namun para mahasiswa harus mendaftar terlebih dahulu untuk tinggal di asrama, karena jumlah kamar yang terbatas. Usai mendapatkan nomor kamarnya masing-masing, para mahasiswa akhirnya masuk ke gedung asrama.

Tentunya asrama laki-laki dan perempuan berbeda tempatnya. Empat orang gadis masuk bersamaan ke dalam lift, dan naik menuju lantai paling atas gedung asrama. Setibanya di lantai atas, keempatnya pun keluar bergantian. Merasa heran, mereka saling beradu pandang satu sama lain.

"Kalian kamar nomor berapa?" tanya seorang gadis berkacamata.

"2244," jawab tiga gadis lainnya serempak, membuat keempatnya saling menoleh.

"Sama dong!" seru gadis berkacamata tadi.

"Ya udah, barengan aja kita," ajak gadis bergaya tomboi.

Keempatnya akhirnya berjalan menuju kamar yang letaknya berada di bagian tengah di lantai tujuh gedung tersebut. Mereka akhirnya masuk ke dalam kamar setelah salah satu dari mereka membuka pintu.

"Gila! Ini kamar apa hotel? Mewah banget!" seru gadis tomboi tadi.

"Asramanya elite gini, sama kayak kampusnya," ujar gadis yang terlihat paling santai.

"Ada empat tempat tidur dan empat meja belajar. Mana ada TV lagi. Beneran gila!" pekik gadis berkacamata antusias.

"Mau pilih kasur dan meja sendiri, atau kita main game buat tentukan pilihan?" usul gadis yang terlihat pendiam.

"Langsung pilih aja gak sih," jawab si gadis santai.

"Aku mau kasur yang itu, oke?" Si gadis berkacamata menunjuk ranjang dengan seprai berwarna biru.

"Aku yang itu aja," tunjuk gadis yang paling santai pada ranjang dengan seprai berwarna pink.

"Gua itu aja deh," timpal gadis tomboi menunjuk ranjang dengan seprai berwarna abu-abu.

"Berarti aku sisanya," ucap gadis yang paling pendiam.

Berjalan menuju ke kasur masing-masing, mereka mulai membongkar koper yang mereka bawa dan memasukkan isinya ke dalam lemari yang ada di samping ranjang. Setelah selesai, keempatnya sepakat untuk berkumpul di sofa ruang tengah yang tampak seperti ruang tamu.

"Kita kenalan dulu, yuk!" ajak gadis berkacamata riang.

"Gue Diva Athalia. Panggil terserah kalian aja," tukas si gadis tomboi.

"Terserah? Diva aja deh biar gampang. Boleh?"

"Boleh," jawab Diva.

"Oke, kamu Diva. Nama aku Nayla Aruna Nalendra. Kalian bisa panggil Nayla aja."

"Aku Rayita Maheswari Wiguna. Panggil Ayi aja, ya."

"Apaan Ayi? Ayi mah tukang siomay langganan gue dulu," gurau Diva.

Ayi langsung melemparkan tatapan tajam pada Diva, membuat yang lainnya terkekeh kecil.

"Aku Dhira Karuna Shalini, panggilan Dhira."

College or ConfessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang