25. Hampir

30 16 59
                                    

Happy Reading

.

.

.

Mendung, keadaan langit saat ini seolah mendukung suasana hati salah satu makhluk astral, eits bukan!

Seolah langit mengerti bahwa hari-hari nya belakangan ini suram, galau, stress untung masih stress belum gila.

Suasana kampus yang saat ini ramai di penuhi oleh manusia-manusia yang haus akan ilmu pengetahuan seolah dianggap angin lalu dan patung.

Walau kampus saat ini sedang ramai tapi tetap saja baginya saat ini sangat sepi. Terhitung sudah satu minggu lebih ia tidak melihat sumber kebahagiaan nya.

Berjalan tergesa-gesa untuk menemui seseorang karena takutnya ia telat, sesekali melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya.

"DIT!" Panggil nya yang masih sibuk menstabilkan nafas.

"Oit!" Yang di panggil menjawab sambil melambaikan tangan.

"Bangsat so sibuk lo!" Kesal nya karena ia disuruh cepat-cepat menghampiri nya.

"Sorry emang gue sibuk bro."

"To the point gimana keadaan adek lo? Hp nya dijual apa gimana dah? Gue hubungin dia gak aktif terus tu hp." Tanyanya. Ia juga sudah tau bahwa Diva dan Radit adalah kakak beradik, tentu Radit yang menceritakan nya walau Yuda sempat tak percaya. Yeaa Yudanta Nara yang belakangan ini hari nya selalu suram.

"Buset, kagak ada basa basi nya nanya kabar gue dulu kek, ngajak ngopi dulu kek. Hp nya dia matiin, gue juga gatau hp nya dimana."

"Kenapa lo selalu gak bolehin gue buat datang ke apart lo sih? Dari dulu malah."

"Privasi bro, kalo dari dulu gue bawa kalian ke apart pasti dari dulu lo pada udah ngincer adek gue!"

"Ck! Ujung-ujungnya gue yang dapetin adek lo dit."

"Kepedean lo! Gatau aja lo, kalo saingan lo banyak, mereka tinggal nunggu restu gue pasti gak lama janur kuning melengkung dah."

"Gue udah galau sama adek lo, lo jangan nambah beban pikiran gue dong! Lagian dia kapan ngampus lagi sih? Balik ke asrama lagi? Gue dapet kabar dari si azam, cewenya mogok makan gegara gaada Diva." Cerocos Yuda panjang lebar.

"Serius?" Radit nampak tak percaya, karena Yuda adalah orang yang sangat pintar berbohong, raut wajahnya selalu datar entah itu saat ia sedang berbohong atau tidak.

"Iya, lo tanya aja anaknya nanti."

"Idih, gue kenal aja kagak. Gue juga udah sering bujuk dia buat jalanin aktivitas kayak biasanya. Tapi ya gitu, akhir-akhir ini dia lebih sering bengong. Lo boleh deh datang ke apart gue, tapi tunggu diluar aja ya, nanti gue kirim alamatnya, gue lagi buru-buru nih sorry. Oh iya, nanti temuin gue kalo gue nyuruh datang ya, ini tentang Diva." Setelah memberi tepukan pada bahu Yuda, Radit bergegas melangkahkan kakinya.

Sementara Yuda masih mencerna kalimat yang Radit lontarkan. Biasa kapasitas otaknya minim karena sudah dipenuhi oleh Diva.

✨✨✨

Pintu apartemen terbuka menampilkan Radit dengan sekantong makanan yang ia beli.

"Tumben pulang telat? Titipan gue gak lupa kan?" Tanya Diva saat melihat Radit berjalan menghampirinya.

"Iya elah, lagian punya kaki masih mampu jalan kenapa masih nitip sih? Kenapa gak beli sendiri aja gitu." Radit mendudukkan dirinya di samping Diva yang sedang asik menonton.

College or ConfessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang