Berjalan menuju ruang praktek ditemani dengan rasa malas yang sangat luar biasa. Jam kuliah kali ini akan ditemani oleh beberapa kakak tingkat karena dosen tidak bisa masuk, sudah beberapa kali dosen tidak masuk, entah Diva harus senang atau tidak yang jelas jika dirinya yang seperti itu sudah dipastikan ia akan diceramahi habis-habisan oleh dosen dan juga Radit, ah iya satu lagi oleh Yuda.
Ngomong-ngomong tentang Yuda, ia sepertinya masih kesal karena kesalah pahaman kemarin, lagi pula laki-laki mana yang tak marah melihat pujaan hati berpelukan dengan pria lain? Yuda yang sudah siap baku hantam dengan Arun untung saja masih bisa diluluhkan oleh Diva.
"Gue bisa jelasin semu-"
"Ikut gue." Yuda menarik Diva untuk keluar.
"Gausah kasar sama dia, dia gak salah apa-apa." Arun menarik lengan Yuda agar tidak menarik Diva.
"Bukan urusan lo!" Yuda menghempas kasar tangan Arun.
"Bakal jadi urusan gue kalo ada cowo yang kasar sama cewek."
Yuda menghampiri Arun, mata keduanya beradu tatap seolah siap menghantam satu sama lain.
"Udah udah, Gapapa kak. Gue pergi dulu ya, Dhir sorry gue bikin rusuh di rumah lo, Kak gue duluan ya." Setelah mendapat anggukan dari Dhira, Diva langsung menarik Yuda dan membawanya keluar rumah, meninggalkan Arun yang masih menatap keduanya dan Dhira yang masih kebingungan.
"Kak!" tegur Dhira.
"Ini cuma salah paham kok." jawab Arun dengan lembut.
Namun bukannya menjelaskan, Diva malah diam karena tak mampu berkata setelah melihat Yuda yang menyeramkan dan berakhir dengan Yuda yang mengantarkan Diva pulang ke asrama tanpa keluar satu kata dari mulut keduanya.
Hari ini Yuda tidak masuk karena ada urusan, entah urusan apa Diva tidak mau tau. Setelah mengganti pakaian, semua mulai mengerjakan apa yang harus dikerjakan bersama kelompoknya masing-masing.
"Makin kesini makin bagus aja nih gue lihat-lihat." Raka memperhatikan Diva yang sedang memperbaiki salah satu mesin.
"Iya dong kan diajarin Yuda." Diva menjawab tanpa menengok Raka.
"Oh iya, lo udah baikan sama tu anak?" Diva hanya mengangguk.
"Pantesan dia gak ada ngajak mabok lagi." Diva menatap Raka dengan mata melotot namun Raka hanya menanggapi nya dengan cengiran. "Tapi waktu itu lo amankan?"
"Aman, udah dibilang gue bisa nyetir."
"Terus? Yang lainnya aman? Pulang kemana lo?"
"Ini gue lagi serius tolong jangan di ganggu ya."
"Lagi serius atau gamau jawab?"
"Hush hush pergi sana." Diva mengayunkan tangannya untuk mengusir Raka.
"Gue disuruh jagain lo, kata Yuda takutnya lo tiba-tiba makan baut."
"Heh! Gue bukan limbad ya!"
"Biasa aja kali." Raka mengusak kepala Diva lalu pergi memeriksa kelompok lain.
Tenang Diva tidak akan baper karena yang bisa membuatnya salah tingkah hanyalah Yuda seorang atau mungkin sekarang ada yang lain? Satu jam lebih sudah berlalu yang artinya jam kuliah sudah selesai.
Berjalan menuju taman kampus untuk mencari udara segar, sesampainya di taman, Diva duduk di bangku panjang dan langsung melihat ponselnya. Raut wajah kesal kini terpampang jelas karena sampai saat ini Yuda belum memberinya kabar, hanya ada pesan pagi tadi yang memberi tahu bahwa ia ada urusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
College or Confess
Fiksi PenggemarKehidupan perkuliahan yang cukup pelik di balik hiruk-pikuk dunia mengantarkan pada sebuah jalan yang berliku-liku. Bertemu dengan kisah romansa tak terkira pun jadi pelengkap yang begitu indah, dibalik kesibukan mengejar masa depan. "Kalian mau kul...