30. Pulang

27 15 67
                                    

🍄Happy Reading🍄

.

.

.

Untuk pertama kali Ayi tidak bergairah menjalankan harinya. Bukan karena malas, tapi karena semuanya mendadak sepi tidak ada teman. Dhira hilang kabar tapi dihantui sama Raja. Kabar Diva dari Radit gadis itu sibuk terapi. Ayi sendiri tidak tahu pasti terapinya apa. Dan terakhir si Nayla. Memang dirinya selalu bertemu di asrama. Hanya saja, saat membutuhkan gadis itu di kampus selalu hilang ditarik sama mahasiswa kedoteran mulut buaya itu. Siapa lagi kalau bukan Aksa.

"Ck! Pada ngilang satu-satu," gerutu Ayi. Kelasnya selesai lebih awal dari biasanya dan dirinya memutuskan untuk pulang ke asrama.

"Nayla mana sih? Pacaran mulu kerjanya."

Kaki kecilnya menyusuri koridor kelas fakultas Nayla. Tujuannya apalagi kalau bukan mencari gadis itu. Ingin menanyakan jadwal apa saja yang dilakukan hari ini agar Ayi bisa tahu kalau dirinya tidak sendiri.

Sayangnya, sepanjang kelas yang dia tuju tidak mendapatkan sosok perempuan yang dicarinya. Kembali menggerutu dan berlalu dengan wajah masam. Tanpa peduli akan pandangan orang-orang yang terkekeh padanya.

"Aksa teruuus! Dikit-dikit Aksa, ini itu Aksa," kesalnya. "Satunya belum pulang. Satunya hilang gak ada kabar. Pada kenapa coba?" Gerutunya sepanjang jalan hanya menjadi kelucuan bagi orang yang menatap. "Lihat saja nanti. Aku hilang sebulan masa bodoh masa kalian."

Sepertinya hari ini memang hari untuk Ayi marah-marah. Mau beli minuman di kantin malah habis. Kembali mengundang emosinya dengan pelayan kantin yang menjadi korban. Atau sekedar orang yang membuang sampah dengan dilempar tapi meleset. Sembari membantu memasukkannya dalam tempat sampah, mulutnya tidak pernah berhenti mengoceh. Segala hal yang dia lihat membuat Ayi misuh-misuh seperti anak kucing.

"Ini lagi? Siapa yang telepon? Bikin jaket geter-geter aja." Ponselnya sendiri pun jadi korban kekesalan.

Menatap nama Ayah yang terpampang membuat kedua alisnya naik ke atas. "Kenapa?" sahutnya kesal.

"Apa Ayah melakukan sesuatu yang salah? Kamu kenapa marah?"

"Tau saja! Semua temanku hilang. Seperti dimakan oleh Bumi," jawab Ayi. Langkah yang terhenti itu kembali dilanjutkan. "Ayah ada apa menelponku?"

"Ayah ingin bertanya pasal jadwal kuliahmu. Tapi mendengar kamu marah-marah sepertinya Ayah mengurungkan niat untuk bertanya."

"Semua orang membuatku kesal hari ini!" serunya yang berhasil membuat seluruh orang yang melewatinya menatap. Wajahnya menggebu dengan dada naik turun.

"Termasuk Ayah menelpon mu?"

Ayi menghela napas. "Aku sayang Ayah. Ayah pengecualian. Jadi ada apa lelaki terbaikku?" nada bicaranya seketika berubah dan tersenyum sumringah. Kini orang-orang memandangnya dengan tatapan aneh.

"Apa kelasmu hari ini sudah selesai? Ayah berniat menjemput mu hari ini."

"Owowowow~ Sepertinya ada hal penting sampai Ayah ingin menjemputku? Sudah bosan di lab manekin manusiamu?" sindir Ayi. Ayahnya hanya terkikik dari seberang.

"Kamu akan tahu. Jadi, jam berapa Ayah bisa ke kampus?"

"Jemput aku sekarang! Kampus hanya berisi manusia-manusia menjengkelkan! Aku mau bolos."

College or ConfessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang