16. Saingan Berat

20 13 70
                                    

🍁 Happy Reading 🍁

.
.
.


Aroma petrichor bekas hantaman hujan semalam beradu dengan sejuknya aroma embun pagi, dan hal itu menjadi candu bagi Dhira yang sudah bangun lebih awal dari biasanya. Entahlah, gadis itu tampaknya menikmati waktu paginya sendiri dengan secangkir teh hangat setelah memasak sarapan untuk ketiga teman sekamarnya.

"Pada masih molor mereka," monolog Dhira saat melirik ketiga temannya yang mungkin masih berada dalam dunia mimpi.

Wajar saja, akhir Minggu memang lebih seru bahkan hanya untuk sekedar rebahan, ditambah tidak adanya tugas kuliah yang akan menggangu hari libur yang begitu dinanti semua mahasiswa. Tak terkecuali bagi Dhira yang merupakan anak rajin, tak ada tugas menjadi sebuah kebebasan tersendiri baginya.

TING!

Notifikasi dari gawainya memecah lamunan gadis berparas cantik itu. Dilihatnya pesan yang baru masuk menimbulkan kerutan kecil pada kening Dhira.

"Siapa nih?" gumam Dhira saat membaca pesan dari orang yang tak ia kenal.

Tak ingin memikirkan lebih jauh, Dhira pun bangkit dari duduknya untuk mengambil air mineral yang berada di dalam kulkas. Tapi gadis itu tidak sadar tengah diperhatikan seseorang saat itu.

"DUAR!"

BYUURR! Dhira terkejut bukan main saat air yang sedang ia teguk disembur begitu saja ke wajah orang yang baru saja mengagetkan dirinya. Dan tentu saja air tersebut sukses membuat wajah si pelaku basah secara keseluruhan.

"Astaga! Diva! Kamu ngapain sih pakai ngagetin aku?! Jadi basah..."

Dhira tidak bisa melanjutkan ucapannya lantaran melihat wajah basah Diva akibat semburan darinya. Dikira Diva ada setannya kali ya, pakai di sembur.

"Ahahaha! Diva kena sembur! Rasain tuh! Hahaha..."

"Lo!"

"Apa? Kena batunya, kan? Mau ngerjain Dhira tapi kamu yang kena. Gapapa, Div. Biar setan di badan kamu langsung minggat habis di sembur."

"Kurang ajar! Sini lo, Ayi!"

"Wleeek!"

Diva langsung emosi saat Ayi mengejek dirinya yang kena sembur dan keduanya malah berlarian mengelilingi kamar, karena Diva mencoba untuk menangkap Ayi yang kabur sambil terus mengejek dirinya. Dhira yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala, begitu juga dengan Nayla yang baru bergabung dengan Dhira di dapur.

"Mereka kayaknya dulu musuk bebuyutan deh, berantem mulu kerjanya," ucap Nayla sambil mencomot telur goreng hasil masakan Dhira di atas meja.

"Jangan di comot, Nay! Ntar habis."

"Tapi aku laper, Dhira." Nayla kembali mencomot telur goreng yang sudah habis setengah olehnya.

"Cacingan kamu? Bukannya makan nasi malah sibuk comot lauk."

"Hehehe, laper banget soalnya..."

"Mending kita makan sekarang, laper aku nonton Diva sama Ayi lari-larian mulu dari tadi. Mana gak berhenti lagi mereka."

"Ide bagus! Aku juga udah laper, nih! Woi! Diva! Ayi! Ayo kita makan! Berhenti lari-larian kayak setan!"

College or ConfessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang