✨Happy Reading✨.
.
.
Suasana malam yang sunyi tentu sangat disukai oleh sebagian orang, termasuk salah satu gadis yang diketahui bernama Diva ini. Satu yang tidak disukai nya saat ini, yaitu mengerjakan tugas yang sudah menumpuk.
Walau tidak masuk kuliah Diva masih tetap belajar dan mengerjakan tugas, karena Yuda selalu memberinya materi pembelajaran.
"Gila pusing banget." Sembari membereskan buku-buku yang sudah selesai ia coret coret, mulutnya tak berhenti mendumal mengomentari tugas.
"Loh ko gaada!" Tangannya sibuk mengacak-acak isi laci mencari sesuatu. "Perasaan di simpan disini deh."
Saat sedang sibuk mengacak-acak isi laci, ada yang memeluknya dari belakang, membuat Diva kaget.
"Kalo gue jantungan, lo mau tanggung jawab bang?!" Perkataan Diva tak digubris oleh Radit, ia malah menyembunyikan wajahnya di bahu Diva.
"Apa sih bang! Minggir lo! Ngeri gue kalo lo kaya gini." Pelukan Radit semakin erat.
"BANG!" Sentak Diva. Karena ia merasa ada yang aneh pada kakaknya.
"Malam ini tidur sama gue ya." Ucap Radit.
"Dih kagak mau gue!" Diva menyiku perut Radit karena ucapan Radit yang aneh, memang mereka ini kakak beradik tapi kali ini Radit aneh.
"Sejak kapan?" Radit bertanya dengan suara beratnya.
"Apa? Yang jelas kalo ngomong!" Kesal Diva.
"Sejak kapan konsumsi obat?" Diva terdiam mendengar pertanyaan Radit. "Div!" Tegur Radit.
"Udah lama, tau dari mana?"
"Kenapa? Susah tidur hmm? Kenapa gak bilang? Temen-temen lo tau?" Beberapa pertanyaan Radit tanyakan.
"Gak ada yang tau, jangan kasih tau Yud.."
"Telat! Gue udah kasih tau dia. Bentar lagi pasti dia nelpon lo."
"Bang ahh!" Kesal Diva, ia memberontak melepas pelukannya. "Kenapa harus bilang Yuda sih!"
"Ya abisnya gue bingung, waktu lo main sama Yuda, gue beresin kamar lo dan nemu obatnya. Gue foto botolnya dan ambil satu butir terus gue liatin ke Yuda karena bingung mau tanya siapa."
"Goblok! Kan lo bisa tanya ke apotek kek rumah sakit kek."
"Heh tai! Mana inget sama yang begitu gue, keburu mikir yang enggak-enggak takutnya lo konsumsi narkoboy." Radit duduk di sofa dengan santai.
"Mulut lu bang! Jangan sekate kate! Enak aja narkoboy!" Diva ikut mendudukkan diri di samping Radit.
"Serius gue tanya, lo dari kapan minum obat?" Radit menatap serius Diva.
"Di bilang udah lama juga."
"Kenapa? Susah tidur?" Diva mengangguk. "Kenapa gak bilang sama gue, kan gue bisa nemenin lo tidur."
"Dikira gue bocah kali ya."
"Emang." Enteng Radit.
Dering telepon membuat keduanya menatap handphone yang saat ini sedang berbunyi tanda bahwa ada yang menelpon.
"Yaudah, gue mau tidur." Dengan cepat Radit berlari kearah pintu karena takut diamuk Diva.
Diva yang hendak memarahi pun diurungkan, beralih menatap handphone yang masih berbunyi. Dengan malas Diva mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
College or Confess
Fiksi PenggemarKehidupan perkuliahan yang cukup pelik di balik hiruk-pikuk dunia mengantarkan pada sebuah jalan yang berliku-liku. Bertemu dengan kisah romansa tak terkira pun jadi pelengkap yang begitu indah, dibalik kesibukan mengejar masa depan. "Kalian mau kul...