✌GC-06✌

8.4K 1.1K 93
                                    

Oke! 210 vote 65 komen gas!

✌.✌

Tangisan kuat terus saja terdengar sejak 1 jam yang lalu, semua itu berasal dari Gama yang tak hentinya menangis.

Gema sendiri juga ikutan nangis, dia gak tau cara mendiamkan Gama kalau lagi rewel kaya gini, Arcila sendiri pergi meeting.

Tanpa adanya Gema, karena Gema terlambat masuk ke ruang meeting selama 20 menit, iya Gema harus menenangkan adiknya.

Tapi sampai 1 jam lamanya Gama masih menangis, bahkan suaranya sudah serak dan matanya sumbab tak terkira.

"Adek kenapa, adek mau apa? Bilang sama abang." lirih Gema lemas, dia tak tau apa mau Gama saat ini.

Gama hanya terus menangis keras, Gema jadi frustrasi sendiri dibuatnya.

Padahal tadi Gama baik-baik saja setelah kembali dari ruangan Cila, tapi tak lama dia menangis tak henti-henti nya.

Gama duduk disudut ruangan dan memeluk lututnya erat, dia menangis disana.

"Adek.."

"Huhuu..hiks..mau mamiiii..hiks..mamiiii huaaaa.." apa sekarang Gama tengah merindukan Mami mereka?

Tapi kan Mami Haira dan Papi Alam pulangnya masih 4 hari lagi, dan tak mungkin juga mereka harus menyusul kesana.

"Mau telepon mami aja?" bujuk Gema.

Gama menggeleng kuat, wajahnya sudah memerah dengan linangan air mata, mata indahnya bahkan ikutan memerah.

Rambutnya acak-acakan tak karuan, Ac di ruangan itu tak bisa mencegah keringat keluar dari tubuh Gama.

Sampai akhirnya tubuh Gama mulai merasakan gatal yang amat sangat menusuk di kulitnya.

Alergi nya kambuh, Gama alergi pada keringat, kalau dia keringatan maka nanti nya ruam merah yang gatal akan muncul.

"Huhuuu mamiii..hiks.."

Gema lemas, Gema kudu ottokhe..

Cklek.

"Gama masih nangis." Gama mendongak seketika, dia mengeraskan tangisannya saat melihat Arcila masuk ke dalam.

Dengan sekotak es krim, cemilan dan susu kotakan. "Acilaaa..hiks..kangen mami Gama nya..hiks..huaaaaa mau mamiiiiii." tangisnya semakin keras.

Arcila mengangguk, dia berjalan mendekati Gama lalu meletakan benda yang dia bawa tadi.

Perlahan Arcila mengelus rambut Gama yang sudah basah dengan keringat, dia merogoh kantung celana kerja nya dan meraih sapu tangan.

Dengan lembut dan telaten, Cila membersihkan keringat serta liur Gama yang tak henti karena menangis.

"Sst, Gama mau Mami ya."

Gama mengangguk cepat.

"Iyaaa..hiks..mamii mauuu..hiks.."

Cila menangkup kedua pipi Gama lalu menatap lekat pada kedua mata Gama yang memerah itu.

"Dengerin Cila ya, Mami lagi kerja sayang, Gama sebagai anak yang baik harus sabar nungguin Mami pulang, jangan gini yah." tutur kata Cila lembut dan sangat halus.

Gama terus menatap mata Arcila, walau sesenggukan dan kondisi badan penuh keringat.

"M-mami..hiks.."

"Iya sayang, mami lagi kerja, sama Cila aja yah."

Gama mengangguk, dia memeluk Arcila erat dan mendusel dibahunya.

"S-sakit..hiks..tenggorokan Gama.." isaknya sesenggukan.

Cila mengelus punggung Gama perlahan dan penuh ketenangan.

"Nanti gak sakit lagi kok." jawabnya tenang.

Gama mengangguk, dia capek, menangis sudah mengeluarkan energi yang tak sedikit.

Dan Gama ngantuk sekarang.

Sebelum dia benar-benar tertidur, Gama mengeratkan pelukannya dileher Cila dan menyamankan diri dibahunya.

Baru setelahnya, Gama bisa tertidur dengan isakan yang masih tersisa.

...

Setelah di kantor tadi harus menenangkan Gama, sekarang Cila harus menenangkan Aga yang juga menangis.

Sepulang kerjanya tadi, Cila sengaja ke rumah Aga untuk meminta maaf.

Dan begitu dia masuk, dia disambut dengan tangisan pilu dari Aga yang terus memanggil dirinya.

"Maafin Cila ya, maaf tadi Cila gak datang." bujuk Arcila seraya menggendong Raga penuh ala koala dan mengelus punggungnya.

Raga menggeleng kuat, dia menggigit bahu Cila karena itu caranya dia mengeluarkan rasa sakit di dadanya.

"C-cila bohong..hiks..Cila ndak sayang lagi Aga sama..hiks..Cila jahat!"

"Maaf yah, Cila ada urusan penting tadi."

"Aga penting enggak lagi buat Cila..hiks.."

"Penting sayang, cuma kan-"

"Hiks..Aga benci-benci sama urusan Cila.."

"Hm?"

Raga mengendurkan pelukannya lalu menatap Arcila sedih, alisnya luyu dengan bibir yang melengkung kebawah.

"A-aga suka enggak..C-cila lebih milih urusan daripada Aga..hiks..Aga ndak suka.." protesnya yang lebih mirip dengan rengekan, tangannya memukul bahu Cila pelan.

Baru setelahnya dia kembali menangis dibahu Cila, lucu, manis, menggemaskan.

Kenapa di rumah dan di kantor selalu ada saja hal yang menggemaskan bagi Cila.

Rasa lelahnya selalu hilang setelah bertemu Gama ataupun Ragaz, keduanya seolah menjadi obat instan intuk mengurangi rasa lelahnya setelah seharian bekerja.

"Tidur aja yah, biar Cila puk-puk."

"Jangan pergi..hiks.."

"Iya sayang."

Sudah nyaman seperti ini, apa Cila tak perlu menikah yah?

Bersambung✌

Lovely Gama [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang