✌GC-19✌

6.6K 815 31
                                    

Semoga atap rumahmu roboh buat yang gak vote🏃

Semoga hidup kalian berkah buat yang vote🏃

><

Arcila membawakan sebuah benda yang mungkin akan membuat Gama tersenyum hari ini, dia datang pagi-pagi, masih jam 9 pagi dia sudah di rumah sakit.

"Gama pasti suka." gumamnya tak sabar, dia juga sudah membelikan Gama es krim kesukaannya, membawakan boneka larva merah ukuran besar.

Dan lagi hari ini Cila membawa kamera nya, itu untuk merekam aktivitas Gama seharian ini.

Cila menatap beberapa Suster dan seorang Dokter yang berlari ke arah kamar inap Gama, perasaan Cila tiba-tiba memburuk.

"Gama!" dia harus pastikan baik-baik saja, untuk beberapa hari sebelum dia operasi, Gama harus baik-baik saja.

Arcila sampai di depan kamar Gama, tapi dia tak diizinkan masuk dan hanya mampu melihat Dokter disana berusaha menenangkan Gama.

Nampaknya, sesak di dada Gama semakin menjadi sampai membuat pria itu menangis tak karuan, dia menepuk dadanya kuat.

"Sa..hahh..hiks..kit..huhuhuu..sakiit...hiks..sakit..dada..Ga-ma..hiks.." pandangan Gama sudah kabur dengan air mata, Dokter segera memakaikannya masker oksigen dan membuka kancing piyama nya.

Dengan langkah cepat Dokter itu melakukan penanganan.

Haira berusaha menenangkan Alam yang sudah nangis tak karuan, Alam menggigit ujung ibu jari kanannya karena ketakutan mulai mendera pria itu.

Sementara Gema, hanya mampu terduduk lemas disofa, air mata mengalir jelas dikedua pipi Gema saat ini.

Dia berdoa agar adiknya itu baik-baik saja.

Butuh 14 menit untuk Gama kembali tenang, deru napasnya mulai kembali normal walau sesak masih bersisa di dadanya, keringat dingin membekas di dahinya.

Tatapan sayu Gama berikan kearah Haira yang hanya tersenyum padanya. "Jagoan mami, Gama hebat." puji Haira lembut.

Gama tertawa tanpa suara mendengar itu, dia menghela napas panjang dengan lega, matanya masih agak kabur karena air mata.

"Operasinya bisa kita percepat menjadi hari ini, Pendonor sudah di dapatkan dan dia juga berasal dari rumah sakit ini, Keluarga nya sudah melepas pasien ini agar bisa tenang,"

"Benarkah? Memangnya apa yang terjadi pada pasien itu?"

"Dia koma selama 3 tahun lamanya, itu terjadi karena kecelakaan parah."

Gama melirik ke kiri kasurnya, disana ada pria yang tempo hari dia temui di taman.

Pria itu tampak tersenyum manis padanya.

"Hai Gama, aku balik lagi, jadi karena tubuhku yang ada di lantai atas tak mampu menerima rohku lagi, jadi lebih baik aku pergi saja kan," Gama masih diam menatapnya sayu.

Tapi Gama kini merasa sedih, pria itu juga tampaknya sedang sedih, walau Gama tak suka pada pria itu karena pria itu sahabat Arcila, tapi pria itu tak pernah mengganggu Gama.

Ini juga pertemuan kedua mereka, Gama mengangkat tangannya dan melambai pelan.

Pria itu terkekeh melihat lambaian imut dari Gama, dia tersenyum.

"Sekarang aku tau kenapa banyak orang menyayangi mu Gama, Aku lihat kau juga sangat mencintai Cila dan Cila juga bahagia bersama mu, tolong jaga jantung ku baik-baik, setidaknya ada bagian dari diriku yang masih ada dan bersama Cila, jaga Cila, aku sangat mencintainya."

Pria itu mengelus rambut Gama pelan, lalu tersenyum lagi.

"Oh iya, katakan pada Cila kalau aku mencintainya, tapi jangan katakan jika jantung ku ada padamu, dan nama ku adalah Kio, Akio Lingga Hamasta, salam kenal dan sampai jumpa lagi Gama."

Setelah mengucapkan hal itu, Kio menghilang dari sana, Gama tanpa sadar meneteskan air mata perlahan.

"Dadah..Kio.." Gama berbisik lirih.

Cklek.

"Gama.." Gama merasakan ada sentuhan hangat dipipinya, dia mengarahkan kepalanya pelan ke kanan, senyum tipis langsung tercipta.

Itu Arcila cantiknya. "Cila.." lirihnya senang, Gama menggapai tangan kanan Cila dan menggenggamnya erat.

Cila mengangguk, dia mencium pipi Gama sekilas. "Gama pasti sembuh, nanti saat di operasi jangan nangis yah, Cila bakal nunggu diluar." bisik Cila lembut.

Gama mengerjab pelan, bibirnya sontak melengkung kebawah, air matanya kembali turun. Tangis yang awalnya lirih jadi mengeras dan sangat kuat.

"Takut Gamaaaa..hiks..Gama takuut Cilaaaa..hiks..takuuut..huaaaa takuuut!" jujur Gama takut dioperasi, dia sudah pernah merasakan operasi pada kaki atau tangannya dulu.

Cila dengan perlahan dan hati-hati langsung memeluk Gama erat. "Cila ada disini, Gama gak perlu takut."

"Hiks..k-kalau Gama bobok lama..hiks..gimana?"

"Gak boleh bobok lama, nanti Cila kasih es krim di kulkas buat Aga."

"Huaaaaa ndak boleeeeh!!"

"Makannya Gama gak boleh tidur lama, oke?"

"Eung! Gama ndak..hiks..tidur lama.."

"Anak pintar.."

Cila menoleh kearah Haira lalu mengangguk pelan, Gama sudah tenang dan operasi akan berlangsung sebentar lagi.

"Pegang ini kalau Gama takut." Cila memberikan sebuah gelang berbandulkan larva merah ketangan Gama.

Lalu Cila menunjukan tangan kanannya yang sudah terpasang gelang yang sama. "Lihat? Cila juga pakai gelangnya, kita couple an." ujarnya riang.

Gama tertawa pelan, dia meminta Cila untuk memakaikan gelang tersebut, dengan senang hati Cila memakaikannya.

"Makasih Cila cantik~"

"Sama-sama sayang."

Baiklah, Gama tak takut untuk di operasi, dia sudah punya benda pemberian Cila untuk menenangkan ketakutannya.

Gama mencium punggung tangan Cila lalu mengelusnya pelan. "Sayang Cila banyak-banyak."

"Heem, Cila juga sayang Gama banyak-banyak."

Baguslah, kalian saling menyayangi yah.

✌Bersambung✌

Lovely Gama [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang