✌GC-11✌

6.3K 943 168
                                    

Khilaf up lagi karena komen rame sama 2 curut ini andirgita Echaniy komentar udah dijadiin sebagai room chat🏃

><

Arcila dan Gema saat ini tengah menghadiri meeting, kebetulan Gama juga sedang tidur siang dengan dot disela bibirnya.

Dia kelelahan setelah menggambar dan bermain di ruangan Cila tadinya.

Tapi sayangnya Gema lupa mengunci ruangannya, sampai pada akhirnya kejadian naas itu terjadi.

Gama mengerang pelan, karet dot yang masih ada dimulutnya dia lepehkan begitu saja, Gama mulai mengulet dikarpet berbulu.

Suara lenguhan mulai terdengar. "Eungghhhh..hiks..abaaaaang.." Gama mulai merengek dengan mata yang berair, dia bangun dan terduduk sendirian.

Rambutnya acak-acakan, dengan liur disudut bibirnya, bibir Gama bergetar pelan menyadari jika dia di ruangan itu sendirian.

Gama meremat ujung hodie putihnya dan kembali menangis.

"Abaaaang..hiks..abaaaang!" Gama terus memanggil Gema, perlahan dia berdiri dan berjalan sambil sesenggukan, Gama memeluk tasnya erat lalu membuka pintu.

"Huaa abaaaang..hiks..abaaaaang!!" ruang meeting ada 1 lantai dibawah lantai ruangan Cila dan Gema.

Gama bisa turun melalui Lift atau tangga, tapi karena Gama gak ngerti cara pakai lift, akhirnya dia turun melalui tangga.

Gama masih sesenggukan, dia menggigit tali tasnya kuat menahan ketakutannya saat ini, Gama tidak suka sendirian, dia takut.

"Hiks..huhuu gelap..ndak suka..hiks..hantu ada..hiks.." isaknya semakin kuat, Gama tak berani menatap ke sudut belokan tangga, seram.

Gama merapatkan tubuhnya disisi kanan tangga, dia menggenggam erat besi pegangan, tangannya mulai berkeringat.

"Hiks..abang.." tangisnya belum berhenti, Gama sampai disebuah pintu berwarna merah, perlahan Gama mendorong pintu tersebut.

Dia tersentak kaget begitu dia membuka pintu, lorong kantor itu sangat ramai, berbeda dengan lorong dilantai atas.

Banyak orang yang mengenakan kemeja sedang berlalu lalang, Gama mulai terserang kepanikan ketika orang-orang itu berhenti dan menatapnya.

Tubuhnya gemetar hebat, pelukannya pada tas terlepas dan dia jatuh terduduk, kakinya lemas dan tak bisa menopang berat badannya.

"Hei!? Kamu gak papa? Ada apa!?" tanya seorang perempuan bernama Echa.

"Huaaaa abaaaang! Hiks abang Gemaaaa..hiks..Acilaaaa huaaaaaaaaaaaa." Gama histeris saat perempuan itu hendak menyentuhnya.

Dia meringkuk ketakutan, dia takut keramaian dan juga takut kesepian, Gama juga tak bisa mengontrol ketakutannya ini.

Semua mulai panik, sebagian orang mulai berlari ke ruang meeting guna mencari Gema, itu karena lelaki tadi menyebutkan nama Gema.

Gama terus menangis pilu, tubuhnya mulai berkeringat dan terasa gatal, alerginya pada keringat kembali lagi.

"Acilaaa..hiks..takut Gama..takut..takut..hiks..mereka seram..takut..hiks..huaaa takuuut!!" racaunya tak terkendali.

Tidak sedikit dari pegawai itu mencibir Gama. "Dia ada gangguan mental ya? Adiknya Pak Gema tuh, idiot kaya nya." cibir seorang pria bernama Vante.

"Autis deh kayanya." sahut Andir pelan.

"Kasihan, kenapa dibawa kemari sih anak autis kaya begitu?"

"Ya mana tau."

Tak lama Gema dan Arcila berlari kearah kerumunan itu, Arcila dengan sigap memeluk Gama dan menenangkannya.

"Ini Acila, sst Gama jangan takut yah, Acila disini.." bisik Arcila lembut, walau sebenarnya dia juga panik.

Gama langsung memeluk leher Cila erat dan menangis diceruk lehernya, napasnya mulai tersendat dengan jantung yang berpacu cepat.

"Hahhh..hiks..n-napas..g-gak bisa..hiks..G-gama..s-sesak..hahhh.."

Arcila semakin panik, dia menggendong Gama ala koala lalu berlari menuju lift, sementara Gema mengikutinya, dia tak lupa membawa tas Gama.

"Buk! Berikan dia obat ini untuk menahan sesaknya!"

Arcila berhenti berlari, dia membiarkan Gema memasukan 2 pil berukuran kecil kemulut Gama, Gama langsung menelannya namun sesaknya masih ada.

Dan Arcila kembali berlari, dia sangat panik, rasa takut mulai merayapinya melihat betapa susahnya Gama bernapas.

Pelukannya pada tubuh Gama menguat. "Bertahan Gama..bertahan yah.." lirih Arcila serak, dia hampir menangis karena rasa takut di dadanya.

Gama sudah lemas, tapi dia masih bisa memeluk leher Cila dan menangis lirih.

"Ta..kut..hiks..Gama..takut Cila..hiks..se..ram.." isaknya pilu.

"Iya sayang, maafin Cila yah, maafin Gema juga..maaf sayang.." racau Cila kalut.

Dia tak bisa berpikir jernih, Aga juga sering seperti ini kalau ketakutannya lebih besar dari keberaniannya, dan berakhir Aga akan pingsan lalu tertidur selama 3 hari, baru setelahnya dia bangu.

"Sabar yah, kita bakal ke rumah sakit."

Gema merasa bersalah, ini salahnya karena meninggalkan Gama yang tertidur sendirian, seharusnya dia membangunkan Gama saja, agar tidak begini.

"Adek..maaf..hiks..abang minta maaf.." kan, nangis juga Gema nya.

"Gema jangan nangis yah, Gama bakal baik-baik aja." bujuk Cila.

"Takut..hiks..takut Gama kesakitan.."

"Gama bakal oke, Gema harus kuat."

"Hiks.." Gema menggenggam ujung jas hitam Arcila dan mengikutinya, dia kan takut.

Tapi benar dia harus kuat demi Gama, Gema gak boleh cengeng, dia harus bisa menahan tangisnya.

Agar Gama tak takut.

✌Bersambung✌

Lovely Gama [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang