✌GC-15✌

5.6K 785 124
                                    

Aku suka sad end🏃

Apalagi cerita yang vote nya jimplang semua🏃

><

"Papi, Papiii."

"Hmm?"

"Papiiii."

"Hmm?"

"Papi, wangi ketiak Papi, suka Gama nya." Gama asik mendusel diketiak Alam yang malam ini menjaga Gama di rumah sakit.

Sebenarnya nanti Haira nyusul, cuma Haira masak dulu di rumah terus nanti bakal dibawa ke Rumah Sakit, sementara Gema sudah tidur duluan.

Padahal masih jam 9 malam.

Alam tiduran diranjang dengan Gama yang asik mendusel diketiaknya, Alam sendiri sibuk memandangi foto-foto Haira dari Zaman SMA sampai sekarang.

Ada lebih 3000 foto Haira yang disimpan di Galeri hp Alam, memang sebucin itu Alam dengan anaknya Tante Alena.

Lagian sih, Haira sudah mencuri hati Alam seutuhnya dari dulu, dari Alam masih belum bangun dari koma, sampai dia bangun kembali setelah koma setahun.

"Papi, Gama tanya mau."

"Tanya apa nak?"

Gama memeluk Papi nya erat dan kembali mendusel diketiaknya, lalu diam sejenak. "Papi, Mami, abang, rindu ndak kalau Gama bobok?" tanya nya pelan.

Alam langsung menoleh, dia meletakan ponselnya lalu berbalik memeluk Gama erat.

"Rindu berat dong, kami gak suka kalau Gama bobok lama-lama."

"Tapi, Gama mau bobok laaaamaaaa."

"Ih ndak boleh dong, nanti Mami nangis loh kalau Gama bobok lama."

"Eung..Mami nangis?"

"Iya, Gama mau ngeliat Mami nangis?"

"Ah! Ah! Ndak mauuu, Mami ndak boleh nangiiiis."

"Nah, makannya Gama ndak boleh bobok lama, kalau ngantuk boleh bobok tapi jangan lama-lama."

"Heum, gitu ya Papi?"

"Iya gituuu."

Gama mengangguk. "Oke! Gama ndak mau bobok lama!" dia kembali mendusel diketiak Alam, sementara Alam mulai jahil menggelitiki perut Gama.

"Hahahah, gelii papiii aaaaaaaa."

"Nihh perutnya mbul banget yaaa, gemes Papi jadinya."

"Hihi, isi perut Gama, cacing abang bilang."

"Iya nih. Cacing-cacing diperut."

Gama tertawa lepas saat Alam kembali menggelitiki nya, seolah sesak tak lagi terasa di dadanya, tawanya indah didengar dan semakin membuat Alam takut.

Takut jika Gama harus pergi dan tawa seperti ini tak akan terdengar lagi.

"Maafin Papi yah.."

"Kenapa Papi? Papi sedih jangan.."

Bibir Alam melengkung pelan, dia merasa sedih karena penyakit Gama itu turunan dari Alam, dulu juga Alam memiliki penyakit yang sama, beruntung Alam mendapat pendonor jantung sehingga dia masih bisa hidup sampai sekarang.

Tapi untung Gama, mereka takut anak manis ini tak akan bisa bertahan lagi, jantungnya memang sudah rusak.

Bertahan hidup sampai 21 tahun saja sudah menjadi sebuah keajaiban, tapi mereka harus cepat menemukan pendonor.

Agar mereka tak dibayang-bayangi ketakutan akan kepergian Gama.

"Papiii..pipis.." Alam menoleh, Gema mengigau, dia bangun dan langsung turun dari kasur.

Alam harus menenangkan Gema dulu, kalau Gema mulai mengigau dia bisa saja sampai tidur sambil berjalan.

"Mau pipis, ayo papi anter." Gema menggumam tak jelas, dia turun kemudian berjalan menuju kamar mandi, Alam menuntunnya.

Pasalnya mata Gema masih ketutup.

"Nah masuk ke dalam, jangan lupa disiram."

"Okey." Gema masuk ke dalam lalu menuntaskan kencingnya.

"PAPI KETIAK PAPIIIII."

"Iyaaaa sabaaaar." Alam berlari pelan ke ranjang Gama lalu naik lagi, nanti Gema bisa keluar sendiri karena pasti dia tersadar begitu buang air kecil di dalam.

"Ketiak papi harum.." gumam Gama yang kembali mendusel dan memejamkan matanya.

Ngantuk dia, mau bobok aja.

✌Bersambung✌

Lovely Gama [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang