20 - Tiga Keuntungan

34 12 23
                                    

Happy Reading 🦋🌻✨💛

“Gue pengen deh sesekali jitak kepala Jiro,” ucap Kanaya pada ke-empat temannya. Mereka baru kembali dari kantin dan berjalan menuju kelas. Jam istirahat hanya tersisa 5 menit lagi.

“Kenapa?” tanya Davina ingin tau.

“Ya masa dia semalam chat gue ngajakin nonton ke bioskop.”

Violla mengernyit bingung, “salah nya dimana Nay?”

Kanaya membalikkan badan nya dan berjalan mundur. Tangannya bergerak kian kemari sembari menjelaskan “Salah nya dia ngga ngajak langsung, coba kalau langsung, gue pasti bisa pikir-pik-, Aww mama,” pekik Kanaya begitu tubuhnya tersungkur jatuh dengan lutut yang terbentur mengenai lantai.

Tanpa memastikan siapa yang telah menabraknya. Ralat, yang sudah ia tabrak. Kanaya mengumpat dengan kasar. “Bangke, kalau jalan liat-liat do-,” ucapan Kanaya terhenti begitu melihat wajah orang yang telah ia tabrak, Pak Bambang.

“Eh bapak. Maaf ya pak, mata saya minus soalnya, hehe.” Kanaya cengengesan. Ia merasa malu karena di saksikan oleh banyak siswa kelas XI yang sekedar berdiri atau ngobrol di koridor. Dan soal matanya minus, Kanaya jelas berbohong. Pak Rian yang di sebut-sebut sebagai guru tertampan saja bisa ia lihat dari tempatnya sekarang. Padahal guru itu berdiri di depan ruang guru yang berjarak lumayan jauh.

“Lain kali jalan pakai mata,” ucap Pak Bambang datar. Namun tetap membuat Kanaya kicep.

“Bukannya pakai kaki ya pak,” celetuk Kanaya pelan. Tapi tetap dapat di tangkap oleh telinga pak Bambang yang sensitive.

Kanaya beruntung karena Singa yang bersarang dalam tubuh pak Bambang sedang tidur, jadi ia selamat dari terkaman maut.

Setelah pak Bambang berlalu, kanaya mencari keberadaan teman-temannya. Mata nya melotot saat melihat Kanisha asik merekam kejadian yang menimpanya barusan.

“Woi Nis gue banting ya Hp lo,” seru Kanaya, berlari mengejar Kanisha yang sudah terlebih dahulu kabur.

Davina menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan kelakuan dua makhluk yang menjadi temannya sejak SMP itu.

“udah biarin aja, yuk ke kelas,” ajak Yona.

* * *

Jam pelajaran tersisa 1 jam lagi. Namun sifat malas Satria makin meronta-ronta saat melihat Bu Sri mulai mencatat materi di papan tulis.

Guru BK yang merangkap sebagai guru mata pelajaran Prakarya ini sungguh menyebalkan bagi Satria. Bahkan ia sudah menganggap Bu Sri sebagai rivalnya di sekolah.

Satria menulis sesuatu di kertas bagian tengah bukunya. Merobeknya dan meremas kertas tersebut sampai membentuk bulatan.

Dengan sekuat tenaga, Satria mengayunkan tangannya untuk melempar kertas tersebut pada Nina yang duduk di depan papan tulis.

Namun ibarat pepatah mengatakan, ‘malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih’. Kertas yang di lempar Satria malah mengenai belakang Bu Sri. Membuat guru tersebut membalikkan badannya dan memungut kertas yang tergeletak di dekat kakinya.

“Mampus,”bisik Jiro.

“Ketar-ketir kan lo,” tambah Oza.

Senior High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang