24 - Te Amo Coffe

26 9 24
                                    

Happy Reading 🦋💛🌻✨

Violla memandang sayu pada sebaris kalimat yang sudah  lebih dari dua jam lalu ia kirimkan pada Cakra. Cowok itu tak mengangkat telepon nya sedari tadi. Membalas pesan singkat nya pun tidak.
Sejak dua hari lalu, pasca percakapan keduanya di UKS sekolah. Violla merasa Cakra mulai berubah dan sering bertingkah aneh.

Mulai dari menyusulnya ke roof top. Mengabaikan panggilan serta pesan dari Violla. Bahkan, Cakra tak lagi menjemput dan mengantarnya pulang sekolah dengan alasan tak punya waktu. Padahal Violla sendiri tau, bahwa Cakra pergi bersama teman-temannya. Info itu pun ia dapatkan dari Kanisha yang notebene nya kekasih Oza.

Violla membaringkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa biru langit. Pikirannya terlempar pada kejadian dua tahun lalu. Saat dimana kehidupannya belum berubah seperti sekarang. Saat dimana ia selalu menjadi pihak yang di cari, bukan mencari. Saat dimana ia melakukan suatu hal yang ia sesali seumur hidupnya.

Setetes air mata mengalir di pipi kirinya. Bahkan suara Isakan mulai terdengar memenuhi kamar Violla yang sepi. Apalagi jam menunjukkan pukul 00.45 wib, dan sudah tengah malam.

Ting!

Suara bel masuk ke pendengaran Violla. Membuat tangisan nya mendadak berhenti. Bulu kuduknya mendadak merinding di balik selimut yang ia gunakan. Hatinya penuh oleh satu pertanyaan besar. “Siapa yang membunyikan bel di saat tengah malam begini?”

Dengan mengendap-endap, Violla menyeret kakinya menuju jendela kamarnya. Menyibakkan tirai untuk menatap ke arah pintu dan teras rumahnya di lantai satu.

Jantung Violla hampir berhenti berdetak saat matanya menangkap siluet seorang pria dengan wajah tertutup masker berjalan keluar dari gerbang rumahnya. Sebuah kotak tergeletak di depan pintu rumahnya.

Tanpa berani keluar. Violla bergegas berlari ke ranjangnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Jantungnya masih berdetak kencang. Apalagi Violla sadar, hanya ada ia sendiri di rumah itu. Satpam nya sedang sakit dan izin untuk tidak bekerja sejak tadi pagi. Sedangkan pak Beni sedang berada di Bandung.

Violla berusaha menutup matanya dengan paksa. Hingga akhirnya, malam membawanya menuju alam mimpi.

* * *

Pagi harinya, di kediaman Violla yang lagi-lagi terasa sepi. Violla sedang memasang sepatu nya dengan tergesa-gesa setelah menyelesaikan sarapan. Bik Lina yang sedang membereskan meja makan menghentikan aktivitasnya. “Kenapa buru-buru non?”

“Gapapa bi, pengen datang lebih pagi aja.” Violla sudah selesai mengenakan sepatunya, “Bibi ada ambil kotak di depan pintu ya tadi pagi?”

“Iya non, tuh ada di atas meja,” tunjuk Bi Lina pada kotak yang tergeletak di atas meja ruang tamu.

Dengan cepat Violla menyambar kotak kado berwarna biru dengan ikatan jerami yang mengelilingi kotak itu. Ia menghela nafasnya perlahan dan mengatur ritme jantungnya. Bersiap membuka kotak itu dengan penuh waspada. Dahi nya mengernyit begitu kotak itu terbuka dan menampilkan isi nya. Selembar foto usang yang mencetak wajah Pati dan teman nya yang Violla kenal sebagai Lio.

Belum habis rasa herannya. Nafas Violla kembali memburu saat melihat tulisan di belakang foto itu, ‘Masih ingat dua korban lo ini?’.

“Persetan!” umpat Violla lalu melempar kotak yang ia pegang ke tong sampah. Lalu bergegas keluar dari rumahnya setelah memasukkan foto tadi ke dalam tas sekolah nya.

* * *

Cakra menghidupkan motornya dan bersiap berangkat ke sekolah. Mengabaikan Stella yang sejak tadi pagi merecokinya dengan berbagai pertanyaan dan hal-hal yang menurut Cakra tak penting.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senior High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang