Naruto&Sasuke (3)

405 54 6
                                    

Sehari sebelum pertandingan.

"Maaf ya." Tak ada sahutan. Hanya gestur tubuh saja yang ditunjukkan. Terlihat dari gestur itu, si pemuda sedang kecewa.

Naruto menggaruk kepalanya "Ah...ditolak ya?" Orang yang sedang ia ajak bicara, Matsuri menganggukkan kepala.

"Maaf. Jujur, aku....suka orang lain." Naruto mengangguk.

"Sejujurnya, kamu baik kok." Mereka sama-sama terdiam lagi.

"Orang itu pasti Sasuke ya?"

"Oh ya. Kamu bukannya ada latihan pertandingan ya?" Sadar karena Matsuri sengaja tak menjawab, Naruto tersenyum kecut.

"Hehe iya. Ini mau latihan dulu, besok pertandingan. Hehe."

"Semangat!" Matsuri mengepalkan tangannya ke udara. Lalu Naruto meresponnya dengan cengiran.

BUG! BUG!

Ia lampiaskan kekesalannya pada bola basket.

SYUT! TRAK!

Seminggu berlalu, tetapi Sasuke tak menjelaskan apapun mengenai kejadian itu.

BUG! BUG!

Jika Sasuke menyukai Matsuri, kenapa tidak bilang sejak awal?

TRAK!

Bola itu memantul beberapa kali, lalu berhenti setelah beberapa detik kemudian.

Ah, Naruto baru ingat. Dia kan juga tak menemui Sasuke seminggu ini. Sasuke juga tidak datang latihan selama seminggu. Bagaimana mau meluruskan masalah, kalau Naruto juga tidak bertindak. Sasuke kan orangnya kaku, seharusnya Naruto duluan dong yang memulai. Biasanya juga gitu kan?

"Oi Naruto!" Naruto berhenti ketika mendengar namanya disebut. Anggota klub basket ternyata satu persatu berdatangan. Mereka melakukan pemanasan sambil bercanda sedikit. Di sela-sela pertandingan itu, Naruto melirik ke arah pintu stadion. Tak ada tanda-tanda kehadiran Sasuke disana.

Naruto tidak tahu saja, beberapa menit yang lalu, Uchiha Sasuke terlihat hendak masuk ke stadion. Tetapi ada yang menghalanginya.

"Hampir seminggu tak datang. Tiba-tiba muncul lagi. Gak malu?" Wajah datar Sasuke masih tetap tak berubah. Tetapi itu justru membuat Ishida makin kesal.

"Sekalian saja gak usah datang latihan. Kau kan sudah pintar. Kalau kalah juga gak mengurangi jumlah fansmu kan?"

"Oh? Gitu ya." Tanpa berkata lebih lanjut, Sasuke meninggalkan tempat itu. Dia kesal, marah, kecewa. Dia sudah terlanjur emosi. Akhir-akhir ini perasaannya kacau, gak bisa dikontrol.

Ishida tersenyum sinis. Dirinya merasa bangga banget karena berhasil membuat Sasuke pergi.

Biar aja. Biar dia tahu rasa kalau gak punya teman itu gak enak. Siapa suru suka semena-mena sama teman sendiri.

"Loh? Sasuke gak datang lagi?" Seluruh anggota saling melirik, tapi gaada yang menyahut. Pelatih pun mengerutkan alis kesekian kalinya. Hampir seminggu anak didiknya itu absen. Padahal selama ini dia yang paling rajin.

"Kalau sampai besok dia gak datang, suruh out aja." Diam-diam, anggota yang gak suka sama Sasuke mengucap syukur.

.......

"Kapan pertandingan latihan itu?" Sasuke mendongak guna menatap wajah kakeknya. Ia pun paham, pertandingan apa yang dimaksud.

"Besok."

"Walaupun pertandingan latihan, tidak boleh terlena." Ucap ayahnya yang ikut dalam obrolan. Sasuke merinding mendengarnya.

"Kau tahu kan, Uchiha tak pernah main-main." Jelasnya lagi. Nadanya datar tapi menusuk. Sukses membuat suasana makan malam di rumah Uchiha menjadi suram.

Didn't Expect! (Complete!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang