A Confession.

694 82 21
                                    

Sasuke mendekat, memahami kode bibi Mina yang menyuruhnya untuk mendekati wanita itu.

"Kalau kau ragu, pejamkan kedua matamu. Lalu lihat, apa yang pertama kali terlintas di pikiranmu."

KRINGGGGGGG

"HAH! Hahh...hahh...." Pemuda ini terbangun dari tidurnya. Cukup terkejut dengan bunyi jam weker yang mengganggu tidur. Dengan kasar pemuda itu mematikan weker lalu mengusap wajahnya yang berpeluh.

Ah...mimpi itu lagi.

Sadar karena sudah waktunya, Sasuke segera bergegas ke kamar mandi. Bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Ketika pemuda itu selesai dengan urusannya di kamar mandi, ia bertemu dengan Sakura, yang baru saja bangun tidur. Rambutnya acak-acakan khas baru bangun.

"O-ohayou Sasuke-san." Sapanya pelan sambil membalikkan badan.

"Aa." Tetapi Sasuke cukup sadar bahwa ia harus segera meninggalkan tempat itu agar Sakura bisa segera berbenah. Setelah siap dengan seragamnya, matanya tak sengaja melihat kalender. Sasuke terpaku melihat tanggal hari ini.

28 Maret.

Musim semi, hari kelahiran gadis itu.

Lantas apa? Kenapa Sasuke?

Pemuda itu mengalihkan pandangannya dari kalender lalu mengamit tas dan turun ke bawah. Hal yang pertama kali ia lihat adalah kerempongan keluarganya yang menyiapkan segala hal untuk merayakan ulang tahun si gadis merah muda. Sejak kapan mereka bersiap? Bahkan kakek Madara dan ayahnya juga?

"Bu. Sejak kapan menyiapkan ini?" Tanyanya sambil melirik kue bertuliskan 'Otanjoubi Omedetou Sakura-chan'

Mikoto menggidikkan bahu. "Sejak tadi." Dahi Sasuke cukup berkerut ketika ia mendengar ada nada sinis di tuturan sang ibu.

Lantas Sasuke bertanya lagi, "Kenapa tumben tak mengajakku?"

"Memangnya sejak kapan Sasuke-kun tertarik dengan hal-hal seperti ini?" Sasuke terdiam, tak menanyakan apapun lagi sampai Itachi berseru kalau Sakura sedang turun. Mereka sibuk menggenggam konfeti, memegang spanduk dan menyalakan lilin. Suara ledakan konfeti serta lagu ulang tahun mengalun ketika target sudah di depan mata. Dari kursi meja makan, mata hitam Sasuke dengan jelas menatap raut bahagia di wajah ayu gadis itu. Ia memejamkan mata, meniup lilin dan memeluk satu persatu keluarga Uchiha, kecuali Sasuke.

Pemuda itu akhirnya bangun dari duduknya, menghampiri Sakura yang terasa masih canggung dengannya. Tanpa diduga, pemuda ini mengulurkan tangan.

"Selamat ulang tahun." Katanya tanpa ekspresi. Entah mengapa, tak ada perasaan senang yang dirasakan oleh Mikoto maupun Izumi. Sebab mereka melihat, seperti tak ada harapan lagi bagi mereka berdua.

"Terima kasih." Balas Sakura membalas uluran tangan itu. Pagi itu, mereka sarapan dengan ditemani candaan Sakura seperti yang lalu-lalu. Hari itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, mereka berangkat bersama. Akan tetapi ada yang berbeda. Kali ini Sakura tak memandang punggung Sasuke. Melainkan berjalan di depan, memunggungi pemuda itu. Dari jarak 1 meter, pemuda itu mengawasi dari belakang. Berjaga-jaga supaya tak ada hal berbahaya yang akan menimpa Sakura.

"Awas!" Seru Sasuke ketika Sakura hampir saja ditabrak oleh seorang anak kecil yang membawa sepeda. Pemuda itu reflek menarik lengan Sakura, mengakibatkan tubuhnya menabrak dada bidang Sasuke.

Baik Sasuke maupun Sakura saling terdiam. Hingga gadis itu melepaskan diri dan berterima kasih karena sudah diselamatkan. Mereka berjalan lagi, tetapi Sakura berjalan lebih cepat, berusaha cepat sampai ke sekolah.

Didn't Expect! (Complete!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang