Detektif.

534 74 11
                                    

Sehari sebelumnya...

Naruto mondar-mandir karena dia gak sengaja mendengar pembicaraan Sakura dan Gaara.

"Besok di Shinjuku street ya."

"ARGHHHH!!!!!!" Naruto frustasi. Anggota klub basket yang hari itu sedang latihan kompak melihat Naruto.

"Kenapa?" Tetapi Naruto tidak menjawab.

"Aku duluan ya!" Tanpa menunggu balasan anggota lainnya, Naruto langsung lari ke loker untuk berganti pakaian.

"Bentar lagi lulus ya. Kerja sama kita tinggal pemilihan ketua Osis baru plus ramah tamah kepengurusan aja."

"Ya benar." Temari melirik wakil ketua yang selama setahun ini sering membantunya.

"Jadi apa kamu sudah memikirkan tempat ramah tamah nanti?"

"Ya. Lokasinya gak terlalu jauh, jadi kita bisa pinjam bus sekolah. Lalu..."

WUS!

Temari terkejut dengan kilat kuning yang baru saja lewat itu. Kakinya sedikit kehilangan keseimbangan, tapi beruntung ada Shikamaru yang menangkapnya dari belakang.

"Le-lepas!" Temari buru-buru melepas pegangan itu, lalu dia pergi meninggalkan Shikamaru yang wajahnya gak kalah merah.

"Ah, merepotkan banget." Gumamnya. By the way yang tadi lewat itu apa ya?

Naruto berlari ke gedung klub dan mencari klub debat. Jujur saja, ada banyak klub di sekolah ini. Selama ini Naruto tidak pernah explore ruang klub lain, jadi dia cukup kesulitan mencari ruang klub itu.

"Hei Naruto!" Sapa seseorang.

"Kamu tahu ruang klub debat gak?" Orang itu mengangguk.

"Di lantai 3. Dua ruangan sebelum ruang terakhir." Naruto bergumam makasih sebelum menepuk pundak orang itu dan melanjutkan langkah.

Naruto akhirnya menemukan tempat itu. Tanpa mengetuk pintu, ia seenak jidatnya menggeser pintu hingga tak sadar kalau seseorang dari dalam juga ikut menggeser pintu.

"Eh?" Naruto badannya condong, sementara orang itu reflek memundurkan tubuhnya. Tangan Naruto pun juga ikutan reflek menahan bobot orang itu.

"Eh? Maaf Hinata. Aku gak sempat mengetuk pintu." Sayang dia gak menjawab. Karena ada hal yang lebih penting selain menjawab pertanyaan Naruto, yakni mengontrol degup jantungnya yang gak beraturan.

"A-a-a...." Sekuat tenaga ia kerahkan supaya bisa mengeluarkan suara, tapi gak bisa. Pada akhirnya, dengan wajah yang merah sempurna bahkan sampai telinga, Hinata mendorong Naruto dan dia kabur.

Di dalam ruangan itu, Neji menepuk jidatnya sendiri. Dalam hati menggerutu karena perilaku Hinata yang masih begitu kalau dihadapan Naruto.

"Dia kenapa?" Lalu dengan wajah yang kebingungan, dia bertanya pada 2 orang yang masih bertahan di ruangan itu, Neji dan Sasuke. Mereka hanya menatap Naruto datar. Dasar gak peka! Mungkin begitu arti tatapannya kalau diteliti pakai teori semiotika.

"Sasuke, kagi onegai*" Si ketua klub bermarga Hyuuga itu lalu meninggalkan ruangan.
*Tolong kunci ruangan.

"Kenapa kau kesini?" Sadar dengan tujuan awalnya, Naruto lalu duduk berhadapan dengan Sasuke.

"Teme! Ini gawat! Superrrr gawat!" Katanya dengan wajah yang tegang.

"Apa?" Sasuke cukup penasaran, tapi wajahnya tetap datar.

"Sakura-chan, besok dia mau kencan sama Gaara!"

KRIK!

KRIK!

Didn't Expect! (Complete!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang