Kukira orang itu Hinata, ternyata kamu.
.
.
.
.
.
Kamu yang waktu itu datang membawa surat. Aku pikir, kamu sama saja seperti gadis-gadis gila seperti yang lain."Tunggu Uchiha-san!" Kamu membungkuk, menghentikan langkahku untuk memberikan surat. Aku sudah mengerti itu, surat yang sejak lama sering kuterima.
"Gak tertarik." Ucapku waktu itu. Tanpa tahu kalau hal itu membawaku terus terikat denganmu.
BRUK!
Aku ingat lebam yang kau sebabkan di hari itu.
"Sial!" Aku hanya bisa menggeram ketika kau sudah tidak ada di hadapanku. Tanpa kusangka, bahwa kita bertemu lagi.
Siapa namanya kek?" Aku mendengar percakapan dari ruang keluarga.
"Haruno Sakura? Kalau tidak salah."
Aku benar-benar mengingat nama itu. Nama yang tidak sengaja kubaca di seragammu.
"Ah. Melelahkan." Entah karena aku yang baru saja datang dari klub, atau karena malas berurusan lagi denganmu. Dan benar saja, orang yang datang ke rumahku sebagai anak dari teman baik ibu adalah kamu.
Haruno Sakura. Gadis berambut pink.
Mata hijaumu melotot ketika melihatku di depan pintu kamar mandi. Berteriak hingga seluruh keluarga berlarian.
"Apa? Aku baru selesai mandi." Ucapku ketus.
Kekesalanku bertambah ketika kita harus tinggal bersama dan harus berangkat ke sekolah bersama.
"Menjauh dariku 1 meter!" Aku sengaja membentakmu, mengejekmu bahkan menghinamu supaya kamu gak dekat-dekat denganku.
"Jangan ajak aku bicara di sekolah!" Kamu waktu itu cuma bengong aja dengan wajahmu yang bodoh. Bukannya benci, tetapi harus ada alasan bagiku buat benci sama kamu. Aku gak suka harus mengurus orang lain yang bahkan gak aku kenal.
"Ayo Naruto. Kita pergi ke kelas 3-5 yang ASYIK BANGET. KELAS 3-1 MANA PERNAH TAHU ASYIKNYA MASA MUDA DI SEKOLAH. KAN TAHUNYA CUMA BELAJAR SAJA." Aku cukup terkejut ketika kau membentakku. Merasa sangat tertantang dengan bentakan itu.
"Haruno. Ikut aku sebentar dan bawa tasmu." Hari itu kupikir adalah hari tersialku karena harus berangkat bersamamu dan buku kita ditukar secara sengaja oleh ibuku. Wajahmu yang melongo dan seperti orang bodoh itu masih tidak kusukai. Pun dengan orang-orang yang tadinya mengerumuni kelasmu, mereka sama saja.
Hari itu, aku melanggar kesepakatan yang kubuat sendiri. Bahwa kita tidak boleh berbicara jika di sekolah.
.
.
.
.
.
.
"Oi." Aku memanggilnya seperti yang sudah-sudah. Mungkin ini sudah 2 bulan kamu tinggal disini? Entahlah. Dan kamu masih sama. Memandangku dengan tatapan bodohmu."Ya? Uchiha-san?" Kamu sibuk memotong-motong tomat ceri yang terlihat sangat menggoda di mataku.
"Kasih yang banyak." Ucapku. Kamu terkejut lagi, lalu mengangguk malu.
Di malam selanjutnya saat musim panas, aku baru saja pulang mengantar Hinata. Aku melihatmu tertidur di sofa, entah apa yang kau pikirkan hingga tertidur di tempat ini. Entah mengapa, mataku seperti tertarik melihatmu. Rambut yang berwarna pink alami dan tubuh yang ramping ini. Kuakui warna matanya bagus. Berwarna hijau cerah, siapapun yang melihatnya pasti terpikat. Tetapi sekali lagi, ketika aku menyadari bahwa kau bodoh....
"Hah...merepotkan." Ujarku yang hendak menggendongmu. Namun kau terbangun, aku berusaha bersikap biasa saja meskipun terkejut karena kau tiba-tiba bangun.
"Ah? Uchiha-san sudah pulang ya." katamu. Lalu kau menghangatkan makanan untukku, dan ocehanmu tentang proses memasak menemaniku sepanjang makan malam. Sejenak aku merasa nyaman, tetapi aku berpikir lagi, ini cuma sekadar perasaan biasa karena kita sering bertemu kan?
.
.
.
"Sasuke-kun. Mulai sekarang antar makanan ini untuk Sakura-chan ke rumah sakit ya." Waktu itu aku sedang bersantai sambil baca komik. Tiba-tiba ibu datang seenaknya menyuruhku menjadi petugas pengantar makanan. Lebih-lebih lagi untuk perempuan bodoh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Didn't Expect! (Complete!)
Teen FictionAda banyak hal yang tak terduga terjadi dalam hidup ini. Tapi dalam hidup Sakura, ini benar-benar di luar dugaan sih. Pokoknya gak pernah terpikirkan! A fanfiction story about our beloved couple Sasusaku ❤️ Of course, Naruto belongs to Masashi Kishi...