"Beneran nih gak apa? Kakimu sudah baikan?" Mikoto sangat berterima kasih, tetapi dia juga khawatir dengan keadaan Sakura. Namun keputusan gadis itu sudah bulat.
"Aku mau menghibur Sasuke-san. Aku mau menyemangatinya juga. Soalnya, anu...kalau bantu ngomong sama paman...aku takut." Ucapnya hati-hati supaya gak didengar. Bisa gawat kan kalau Fugaku tiba-tiba nongol.
Seminggu berlalu, tetapi hubungan ayah dan anak itu masih memanas. Sasuke bahkan gak pernah terlihat lagi keberadaannya. Doi tetap mengurung diri di kamar. Sakura tentu saja khawatir sama kondisi orang yang dia sukai itu. Dia galau, tapi gak bisa curhat ke siapapun karena ini kan urusan keluarga. Jadi dia cuma bisa curhat ke ibunya meskipun Mebuki gak bisa jawab.
Eh tunggu!
SAKURA KAN PERNAH CURHAT TENTANG MASALAH SASUKE KE NARUTO?!
"AA!!" Teriak Sakura tiba-tiba. Sontak saja Mikoto mendekat dan bertanya. Dengan cepat Sakura menggelengkan kepalanya sambil mengutuk diri sendiri. Duh! Bodoh! Bodoh!
"Okedeh, kalau gitu tolong ya. Bujuk dia supaya mau turun, jangan diem di kamar aja. Bilang kalau ibunya ini kangen sama wajah tampannya. Kalau bisa cium aja dia, Ra. Pasti nurut kok."
"Hah? Ih! Bibi! Ap-apaan sih?" Tertawalah Mikoto dengan reaksi itu. Duh, ibu dua anak ini jahil juga. Kalau ada Izumi pasti double double deh jahilnya. Sayang banget Izumi lagi nemenin Ito ngetrip sama teman-teman sekolahnya.
"Ya udah, kalau gitu aku berangkat sekarang ya. Biar keburu buat kuenya." Lalu Sakura segera bergegas ke kafe. Dia tergesa-gesa berlari supaya cepat sampai ke bus. Oh? Sudah sembuh toh kakinya?
"Bu, Sakura mana?" Itachi yang baru bangun bertanya ke ibunya. Dia telat sarapan, capek soalnya tadi pagi-pagi buta baru nyampe di rumah setelah ngelarin kerjaan di luar kota.
"Oh, ke kafe. Mau buat kue buat si adikmu itu." Gak lupa sama senyuman jahil plus alis yang naik turun 2x.
"Sasuke belum turun juga ya?"
"Sayangnya belum." Hah...Itachi mendesah lelah. Kiranya hal ini gak bakal kejadian lagi, ternyata ayahnya masih berpegang teguh sama pendiriannya sendiri.
"Maaf bu, untuk satu ini, aku gak bisa bantu banyak." Ucap Itachi merasa bersalah. Bagaimanapun juga, dia merasa bersalah karena dia gak mau masuk akademi militer, ayahnya jadi melampiaskan kepada Sasuke.
"Gak apa, ibu juga salah kok disini. Sebisa mungkin nanti bakal ibu bujuk ayahmu supaya gak maksa Sasuke-kun." Lalu mereka jadi menunduk sendiri karena mengingat masa lalu.
....
Well, sekarang Sakura benar-benar semangat banget buat kue. Kali ini dia gak buat kue kopi, tapi dark chocolate cake. Sengaja buat yang pahit-pahit karena Sasuke gak suka yang manis-manis. Padahal kan yang manis-manis lebih enak ya daripada yang pahit-pahit.
Di tengah-tengah kegiatannya itu, Sasori nampak terkejut ketika ia melihat si pinky ada di dapur. Toko belum buka, terus karyawan pertama yang datang tuh Sasori, apalagi sekarang hari libur. Dia bisa datang pagi deh karena gak kuliah.
"Eh? Bos kecil, apa kabar? Udah sembuh tuh kaki? Udah selesai ujian universitas?" Sapanya sekaligus menggoda Sakura. Gadis itu cuma menengok sekilas terus melengos.
"Kak Saso jangan mulai deh. Aku lagi serius nih buat kue buat..."
"Iya, iya. Buat Sasuke kan?" Sakura terkejut. Kok bisa tahu?
Sadar karena ekspresi Sakura yang kelewat ketahuan itu, Sasori lalu menunjuk jidat Sakura. "Tuh, tertulis di jidatmu." Benar aja, Sakura baru ingat dia pakai ikat kepala bertuliskan 'Sasuke no tame!' (Demi Sasuke!).
KAMU SEDANG MEMBACA
Didn't Expect! (Complete!)
Teen FictionAda banyak hal yang tak terduga terjadi dalam hidup ini. Tapi dalam hidup Sakura, ini benar-benar di luar dugaan sih. Pokoknya gak pernah terpikirkan! A fanfiction story about our beloved couple Sasusaku ❤️ Of course, Naruto belongs to Masashi Kishi...