Update nih, jangan lupa votement!!
Jelilah pergi jalan-jalan sendiri ke taman yang tidak terlalu jauh dari rumah. Menikmati suasana sambil melihat bunga-bunga yang sedang mekar. Senyumnya terulas melihat bayi berusia sekitar tiga tahunan bermain bersama kedua orang tuanya. Ia menunduk mengelus perut, berharap ia akan bahagia seperti itu juga nantinya.
Tidak jauh dari tempat Jelilah duduk, seorang pria tengah memperhatikannya. Pria yang tak lain adalah Harsa. Ia ikut tersenyum melihat mata Jelilah yang menyipit, menandakan wanita itu tengah tersenyum di balik cadarnya. Namun, ada yang membuatnya bertanya-tanya, sejak tadi Jelilah memegangi perutnya sambil menatap balita yang tengah bermain.
"Apa dia mengandung?" gumam Harsa.
Fokusnya buyar saat Jelilah beranjak dari bangku dan berjalan-jalan ke sekeliling taman. Harsa mengikutinya, memperhatikan perempuan bercadar itu dari jarak sekitar sepuluh meter.
Tiba-tiba, seorang ria tak dikenal datang menghampiri Jelilah.
"Teroris, sedang apa di sini?" tanya pria itu.
"Saya bukan teroris," sahut Jelilah.
"Hanya teroris yang memakai pakaian seperti ini!" tunjuk pria itu pada Jelilah.
Jelilah mendelik. "Astaghfirullah! Tolong jangan asal bicara, saya bukan teroris!"
Kedua pria itu malah terkekeh remeh dan semakin mendekat, berusaha menyentuh Jelilah. Harsa yang melihat itu pun geram dan menghampiri mereka, ia langsung berdiri di hadapan Jelilah.
"Jangan coba-coba menyentuhnya!" tegas Harsa.
"Anda siapa? Jangan ikut campur! Ini urusan kami dengan wanita teroris itu!" Pria itu berusaha meraih cadar Jelilah.
Geram, Harsa menangkap tangan itu dan memelintirnya. "Dia bukan teroris, Sialan!"
"Argh!" erang pria itu, Harsa malah semakin memelintir tangannya hingga sendinya berbunyi krek!
"Minta maaf, cepat!" bentak Harsa.
"Arghh!! Iya... maafkan saya!" pekik pria itu kesakitan.
"Harsa, sudah! Kasihan!" ujar Jelilah, ikut merasa ngilu melihat Harsa memelintir tangan pria itu.
Harsa melepas pelintirannya, orang itu pun segera bergegas sambil meringis memegangi lengannya yang nyaris patah.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Harsa pada Jelilah.
"Saya tidak apa-apa, terima kasih," sahut Jelilah.
"Ada-ada saja, mana ada teroris secantik ini," gumam Harsa.
Jelilah langsung menundukkan pandangannya dan berlalu dari sana. Harsa mengikutinya, mensejajarkan langkah kakinya dengan Jelilah.
"Jangan ikuti saya!" tegur Jelilah tanpa menoleh, semakin mempercepat langkahnya.
"Siapa yang mengikutimu? Mobil saya ada di sana," tunjuk Harsa pada mobilnya yang terparkir, persis di samping motor Jelilah.
"Oh," gumam Jelilah, malu sendiri.
Harsa terkekeh pelan. "Jangan cepat-cepat, nanti kamu jatuh," tegurnya.
Tidak peduli, Jelilah tetap melangkah cepat tanpa memperhatikan jalannya. Alhasil, dirinya tersandung dan nyaris terjerembab ke depan kalau saja Harsa tidak menarik lengannya.
"Eits! Saya bilang juga apa, pelan-pelan," kata Harsa, buru-buru melepas pegangannya saat perempuan itu sudah berdiri dengan normal.
"Makanya jangan dekat-dekat!" kesal Jelilah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Jelilah ✓
Fanfiction(Xinlaire series 2) Tentang Jibril yang dijodohkan dengan wanita bercadar bernama Jelilah. Walaupun sudah menikah, perasannya tidak berubah dan tetap mencintai mantan pacarnya, Raline. "Dilihat dari manapun, kamu memang lebih cantik dari Raline, tap...