Jangan lupa vote dan komen!
Hari ini, Jelilah mengajak Harsa keluar ruangan, sekedar berjalan-jalan ke taman rumah sakit untuk menghirup udara segar. Jelilah mendorong kursi roda suaminya sampai ke dekat bangku taman lalu membantu suaminya untuk duduk di bangku juga.
"Akhirnya bisa keluar kamar," gumam Harsa disusul helaan napas pelan. Memang ia baru keluar kamar hari ini setelah sekian lama terbaring di ruang inap.
Jelilah menyilangkan jemarinya ke jemari Harsa, menggenggam tangan suaminya erat. "Aku senang Mas Harsa sudah mulai pulih."
Harsa tersenyum, merangkul bahu Jelilah, menyandarkan kepala sang istri di bahunya dan mengecup kening istrinya itu dengan sayang. "I love you," ucap Harsa tulus.
Balas memeluk pinggang suaminya mesra. "I love you too, lekas sembuh, Sayangku."
Lama keduanya duduk, Jelilah merasa enggan melepas pelukannya, seolah Harsa akan pergi jauh jika pelukan mereka terlepas.
Malamnya, hanya ada Jelilah dan Harsa di kamar inap. Aji pulang ke mansion bersama Arya karena besok pagi harus berangkat ke sekolah. Jelilah baru saja mengganti pakaian Harsa usai membasuh tubuh suaminya itu dengan handuk basah.
Harsa memegang tangan Jelilah yang hendak mengancing piyamanya, menatap manik indah yang kini menatap penuh tanda tanya. Lalu tanpa aba-aba, Harsa mengecup bibir istrinya lama.
Jelilah yang mendapat kecupan tiba-tiba pun mematung. Harsa menjauhkan wajahnya, menangkup pipi kanan Jelilah dengan sebelah tangan, sedang tangan yang satu lagi masih setia menggenggam tangan istrinya.
"Jelilah safwa adinda... istriku...," gumam Harsa disertai air matanya yang tiba-tiba menetes tanpa izin.
"Mas? Kenapa menangis?" Jelilah mengusap air mata suaminya.
Harsa tersenyum dan mengusap kepala istrinya. "Semoga Allah selalu merahmati dan memberikan kebahagiaan untuk istriku ini, serta lebih menguatkan hatimu."
"Aamiin... dan semoga suamiku ini lekas pulih dan sehat seperti sedia kala," balas Jelilah.
Harsa menarik Jelilah ke dalam pelukan, mendekap nyaman tubuh istrinya. "Ya Allah... aku sangat mencintai istriku, tolong tegarkan dia saat aku tiada nanti," gumamnya dalam hati.
Ada satu rahasia yang Harsa sembunyikan dari semua orang, termasuk istrinya. Ia hanya berpura-pura kuat demi membahagiakan istrinya. Padahal sebenarnya, organ dalam tubuh Harsa sudah rusak dan tidak dapat berfungsi dengan normal lagi pasca koma. Obat-obatan yang ia minum selama ini hanya untuk memberikan sedikit tambahan energi. Harsa tidak pernah benar-benar makan, secara diam-diam ia akan memuntahkan kembali makanan yang telah ia makan karena organ pencernaannya sudah tidak mampu lagi mencerna dengan baik.
###
Sebulan kemudian, Jelilah tengah berada di pantai bersama Harsa, karena tiba-tiba suaminya itu ingin ke pantai. Pantai yang pernah mereka datangi saat awal-awal menikah dulu. Keduanya tengah berada di gazebo, Jelilah duduk di samping suaminya yang juga duduk di atas kursi roda, menatap keindahan pantai di sore hari. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak berjalan-jalan berdua.
"Jelilah...."
"Iya?"
"I love you infinity time," ucap Harsa lalu mengecup punggung tangan istrinya.
"Akhir-akhir ini Mas sering sekali bilang cinta, aku juga mencintaimu, Mas," ujar Jelilah.
Harsa tersenyum sambil menggenggam tangan istrinya. "Kamu cinta pertama sekaligus cinta terakhirku, Jelilah. Rasanya agak berat kalau harus meninggalkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Jelilah ✓
Fanfiction(Xinlaire series 2) Tentang Jibril yang dijodohkan dengan wanita bercadar bernama Jelilah. Walaupun sudah menikah, perasannya tidak berubah dan tetap mencintai mantan pacarnya, Raline. "Dilihat dari manapun, kamu memang lebih cantik dari Raline, tap...